"Takjilnya seperti biasa mbak?" tanya bu Sum penjual takjil langgananku di dekat komplek.
"Iya dong bu Sum, kolaknya dua bungkus, bihunnya tiga bungkus dan tahu isinya lima buah" sahutku seraya menyerahkan uang selembar lima puluh ribuan.
Setelah bertransaksi, aku melanjutkan kegiatan sore menjelang berbuka yaitu berkeliling atau terkenal dengan sebutan ngabuburit. Kegiatan ngabuburitku tak terlalu jauh yaitu disekitar komplek dan sekitar masjid besar. Karena ada langganan favorit dari tahun ke tahun yang berada di sekitar komplek yaitu jualan bu Sum dan tentunya ada penjual pepes terenak di sekitar Masjid Jami Al -- Mukarromah.
Bu Sum sudah berjualan hampir sepuluh tahun lamanya. Ia menggelar jualannya di depan rumah dengan sebuah meja kayu panjang lengkap dengan kursi untuk pelanggan duduk menunggu. Maklum lapak bu Sum selalu ramai tak pernah sepi pembeli. Dengan mengantre di depan lapan jualannya, aku sudah dapat menghabiskan waktu 15 sampai 30 menit. Makanan yang dijual bu Sum selalu panas karena langsung dihidangkan dari dapurnya. Gorengannya yang mantap dapat bertahan hangatnya sampai maghrib. Bihunnya yang legit lengkap dengan sayurannya, sungguh menggugah selera. Bagaimana tidak menjadikan tempat jualan bu Sum menjadi salah satu tempat ngabuburit favoritku.
Daaaan tentunya pepes ikan nila dan pepes ati ampela menjadi andalanku untuk berbuka. Rasa segar kunyit pada pepes nila membuat lauk ini menjadi berbeda dan ati ampela yang tidak amis sungguh berselera. Namun awas, jangan sampai lapar mata sehingga apapun ingin dibeli. Pastikan diingat apa saja yang sudah dibeli untuk berbuka agar tak menjadi mubazir pada saat berbuka nanti. Sungguh melajulah mencari takjil yang bermanfaat agar asyik untuk berbuka nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H