“Halo apa kabar Arum” sapamu lembut
Aku tersenyum sambil menyerahkan bagian penting dari hidupku yaitu undangan pernikahanku.
Ada rasa kaget yang ku lihat dari pancaran wajahmu namun kau tetap tenang.
“Terima kasih atas undangannya, bahagia slalu Kejora Ratna Arum ” ucapnya bahagia sambil menyerahkan sebuah amplop kecil berhias bintang kecil nan banyak.
Saat ku buka tak terasa air mataku menetes namun itu semua memang sudah terlambat. Kau payah ! hanya karena fokus ingin membuktikan hasil karyamu ini kau tega meninggalkanku. Ah sudah terlambat Wuluh...
Namun apakah aku terlambat untuk mengutarakan bahwa aku jatuh cinta lagi kepadamu setelah rasa sakit yang begitu mendalam menghancurkanku?
Cinta ini sakit...
Cinta ini tak wajar...
Namun aku tak ingin mengecewakan calon suamiku...
Dialah yang memenangkan hatiku....
Dialah yang memenangkan restu Ayahku dan membuktikan bahwa dia pantas untukku...
Dan dia juga yang selalu bersemangat agar aku dapat mencintainya walau ia tahu bahwa aku belum bisa untuk mencintainya...
Ah cinta itu hanya rasa..
Cinta itu hanya waktu dan kebersamaan
Tapi aku akui bahwa aku tetap butuh cinta..
Biarlah kejora menjadi sebuah harapan dan cita-cita bersinar paling terang sehingga menjadi pertanda kehidupan terang.
Untukmu Wuluh dan Orion...
Tetaplah bersinar mengelilingi Kejora
di Jakarta saat Malam nan Terang, 2 Oktober 2015
Untuk melihat karya fiksi peserta lain, silahkan klik link ini :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H