Libur Ramadhan tahun ini saya rasa cukup lama, hampir sebulan lamanya. Para siswa sekolah negeri di Jakarta pasti bahagia untuk menikmati liburannya. Untuk itu saya selalu pesankan kepada siswa di sekolah saya untuk senantiasa membaca buku agar daya pikir mereka tidak lemah atau tetap terjaga saat menerima pelajaran baru di kelas yang baru nanti.
Untuk Orang Tua pun saat hari penerimaan raport saya pesankan agar putra-putrinya diperhatikan untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sebagai anak di rumah dan siswa di sekolah. Misalnya saat sahur mereka diajak untuk membersihkan piring dan gelas yang baru mereka pakai, beribadah, berolahraga ringan lalu membaca.
Membaca ?
Terdengar ringan dan mudah, toh setiap hari kita membaca? di surat kabar, buku atau di bbm dengan membalas percakapan yang dikirimkan oleh teman/kerabat.
Membaca yang saya tekankan adalah membaca buku kesukaan. Untuk seusia saya atau di atas saya, membaca adalah hal yang menyenangkan namun apakah itu menyenangkan juga untuk putra - putri kita yang sudah terbiasa dengan gadget yang dalam kegiatannya lebih asyik untuk sekedar bermain game, menuangkan curahan hati di media sosial atau sekedar mendengarkan musik.
coba kita lihat artikel ini http://sp.beritasatu.com/home/persentase-minat-baca-indonesia-hanya-001persen/79632
Miris rasanya melihat persentase tersebut yang hanya 0,01 % untuk minat baca di Indonesia.
Saat di sekolah, saya wajibkan siswa-siswi saya untuk membaca dan meminjam buku yang terdapat di perpustakaan sekolah dan dengan agak memaksa saya perintahkan mereka untuk menulis resensinya lalu melaporkan kepada saya, tentunya saya pun harus mengetahui isi buku yang mereka baca. Ini berhasil membuat mereka lebih lancar dalam membaca dan memahami isi buku bahkan pelajaran di dalam kelas.
Saya teringat, dahulu saat liburan seperti ini, orang tua saya selalu mengajak saya ke toko buku dan boleh mengambil buku bacaan yang saya suka. Saya pun suka dengan berbagai buku petualangan, legenda bahkan dongeng dari dalam maupun luar negeri.
Bahkan itu menjadi suatu kebanggan bersama teman-teman untuk saling "punya" dan saling menukar untuk dibaca. lebih-lebih saat mulai beranjak remaja saya pinjam sampai saya lupa kepada siapa saya pinjamkan buku tersebut karena semakin tua semakin tinggi lagi jenis yang ingin saya baca seperti halnya Novel remaja dan dewasa seperti Mira W, NH Dini, Merari Siregar dan lainnya yang sampai sekarang menjadi favorit saya.
Â
Salah satu buku cerita rakyat kegemaran saya (dan saya patut bangga terhadap diri sendiri) karena hampir seluruh serinya telah saya baca saat duduk di Sekolah Menengah Pertama.
Â
Buku yang menjadi keramat untuk saya. Entah mengapa saya sangat menyukainya. Kisah kakak beradik yang berjuang untuk hidup ditengah kerasnya kehidupan dengan kegalakan sang Ayah dan lemahnya kondisi Ibu sehingga mereka pun harus berpisah dalam kematian sang adik, Johan. Inilah yang menjadikan saya untuk tetap semangat seperti Jamin karena jika kita selalu baik, jujur dan senantiasa dapat membantu orang niscaya kita akan menemukan orang yang tulus untuk kita. Cerita ini pun pernah difilmkan namun entah mengapa tidak sampai tamat.
Sampai sekarang tempat favorit saya di Mall adalah Toko Buku, entah itu Gramedia, Agung atau apapun toko buku itu. Sekedar iseng melihat buku yang dalam keisengan pasti ada saja buku yang saya tukarkan dengan rupiah yang saya bawa.
Saya harapkan generasi muda sekarang lebih menyukai buku daripada sekedar iseng curhat di dalam media sosial. Karena tak lepas suatu pepatah, "Buku adalah Jendela Dunia". Bacalah buku yang kamu suka untuk melihat dunia.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H