Mohon tunggu...
Eryadi Ahmad
Eryadi Ahmad Mohon Tunggu... -

Konselor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyebab Tawuran dan Terapinya

28 September 2012   02:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:34 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita baru saja menonton berita di Televisi, beberapa hari yang lalu di Jakarta antar siswa pelajar Sekolah Menengah Atas, terasa miris juga rasanya. Dizaman yang modern, dinegara hukum dan Komisi Perlindungan Anak yang sangat gencar, tetapi sang anaklah yang malah berantem.

Inilahpenyebab diantara timbulnya perkelahian antar pelajar:

1.Ego anak yang sedang mencari jati diri

Kita sebagai orang tua pernahkah bertanya atau mendengarkan keluhan anak dengan sungguh-sungguh?

Jawabannya adalah, hasil dari konseling anak menyatakan bahwa sebahagian kecil saja orang tua yang mau bertanya atau mendengarkan keluhan anak, karena orang tua, apabila anak nya sudah beranjak remaja, anak sudah malu dipeluk, dicium didipan umum, tidak seperti masih waktu di TK dahulu. Maka orang tua pun sudah menjauhkan dirinya terhadap anak. Yang menyangkut tentang aspek kepribadianya, dibiarkan mencari pada kelompok teman sebayanya.

Contoh: Anak Suka Merokok

“Konselor: Kenapa nanda merokok?

“Klien: Ikut-ikutan teman

“Konselor:Orang tuamu tahu

“Klien: belum tahu

“Konselor: Bagaimana kalau orang tuamu tahu

“ Klien: Dimarah, tidak boleh merokok

“Konselor:Sudah kecanduan?

“Klien:Sudah sejak SMP

“Konselor:Bagaimana kamu bisa mulai merokok

“Klien:Ikut-ikutan teman/coba-coba

“Konselor:Bagaimana rasanya?

“Klien: Awalnya pusing tidak enak, karena diejek teman dan terus dipaksa.

“Konselor: Akhirnya kamu kecanduan ?

“Klien: Iya pak akhirnya saya bisa merasakan enaknya merokok

“Konselor : Kamu tahukan risiko nya jika ketahuan merokok di sekolah?

“Klien: Iya pak, tiga kali saja ketahuan merokok , saya dipulangkan

“Konselor : Mahu saya terapi berhenti /menguranginya?

“Klien: Saya coba pak.

Kesimpulan: Anak yang kita ajak bicara dengan hati kehati yang paling dalam, maka anak akan tersentuh dan mahu untuk mengikuti arahan orang tua. Hal tersebut akan ditaatinya, baik didekat kita maupun tanpa kita didekatnya. Hal inilah yang kita tanamkan saling kepercayaan, setelah deal-deal yang kita sepakati.

2.Pembelaan teman dalam kelompok

Ada rasa kesetia kawanan sosial antar teman-teman, walaupun dalam aktifitas tersebut apakah benar atupun salah. Yang penting Ia bergabung dan ikut membelanya atau ada juga yang terpaksa ikutan saja takut dibilang tidak kompak.

Ikatan kelompok bagi mereka segala-galanya sehingga bagi orang tua yang tidak pro aktif ( maaf bahkan anak ustadz ) anaknya tidak patuh pada orang tuanya, anak lebih suka bergabung dengan teman-temanya, daripada dirumah

Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:

1.Berikan tugas tambahan/aktifitas wajib kepada anak di rumah

Jika anak sudah banyak kesibukan yang diembannya, yang sifatnya mendidik ditambah kondisi lingkungan yang baik, maka anak akan merasa kesenangan dan kebahagian dalam akfitas sehari-harinya. Hal-hal yang menyebabkan pikiran dan tindakan yang negatif tidak terjadipada diri anak.

2.Salurkan bakat anak. Salah satunya seni bela diri

Tipe anak atau karakter anak berbeda-beda, ada yang tipe tempramen, sehingga anak tersebut sangat perlu disalurkan bakatnya, supaya daya emosinal dapat tersalurkan, dan memahami sifatnya. Pada umumnya anak yang mengikuti seni bela diri yang benar akan membawa dampak kepribadian yang baik.

3.Ciptakan suasana bersama walaupun 15 menit saja

Hal ini akan menciptakan suasana keakraban dalam keluarga, saling lempar gurauan yang lebih menciptakan suasana santai dan gembira dalam keluarga. Sehingga hubungan anak dengan orang tua tidak terasa asing. Ini sering terjadi dimasyarakat bagi anak yang sudah menginjak remaja. Anak sudah jauh dengan orang tua, bukan artian fisiknya tapi secara hubungan sikapnya.

Semoga dapat menjadikan rujukan kepada seluruh para orang tua, untuk ikut memberiikan pendidikan/ asuhan yang terbaik kepada putra-putrinya, jangan di embankan kepada sekolah yang hanya sekitar 7 jam saja tidak cukup, kecuali anak di PondokPesantren yang dapat mengawasi selama 24 jam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun