Lebih parah lagi yang dikatakan oleh Dr. Thâha Husain. Dia menyatakan, bahwa risalah Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan rangkuman dari berbagai ideologi, seperti idiologi jahili (paganisme), Persia, Nashara, Yahudi dan Yunani. Pendapat Dr. Thâha Husain, nampaknya hanya sekedar mengadopsi pemikiran para orientalis Barat dan tokoh-tokohnya. Bukan murni hasil penelitian empiris yang ia lakukan!
Kekeliruan fatal ini terbantahkan oleh Al-Qur`ân, as-Sunnah, dan Ijma` kaum Muslimin, serta fakta sejarah itu sendiri. Allah berfirman untuk membantah para pendahulu Dr. Thâha Husain yang mengatakan kalau Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan talaqqi (menerima pengajaran) dari orang lain. Firman Allah, yang artinya: Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al-Qur`ân itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al-Qur`ân adalah dalam bahasa Arab yang terang. [an-Nahl/16:103].
Islam adalah manhaj yang tiada duanya dalam penetapan ushul dan furu', tentu tidak sinkron dengan apa yang ditunjukkan oleh Dr. Thâha Husain. Justru, Islam datang dengan ajaran yang sangat berbeda dengan ideologi-ideologi yang disebutkan dan sekaligus untuk mengoreksi dan menggantikannya. Bahkan unsur-unsur dari Yahudi, Persia (Majusi), Nashara, Yunani telah memunculkan kekeruhan dan perpecahan di tubuh umat Islam. Maka bagaimana mungkin pernyataan Dr. Thâha Husain bisa diterima?
PENUTUP
Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia terbaik, secara moralitasnya maupun kematangan dan kemampuan akalnya. Allah Ta'ala berfirman, yang artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung -al-Qalam/68 ayat 4-, sebagaimana juga, beliau adalah manusia yang paling cerdas. Pada diri beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam terdapat seluruh sifat keagungan, kemuliaan, kedermawanan, kecakapan dan seluruh sifat utama yang ada pada manusia.
Allah Subhanahu wa Ta'ala memilih beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai imam bagi kaum muttaqin dan rahmat bagi sekalian alam. Allah Subhanahu wa Ta'ala melebihkannya di atas seluruh rasul, mewahyukan Al-Qur`ân kepadanya, sebagai sumber peraturan dan manhaj kehidupan. Tugas ilahi telah dijalankan oleh beliau dengan sebaik-baiknya, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Segala ketetapan yang beliau keluarkan merupakan aplikasi dari perintah Allah dan bukan bersumber dari kejeniusan ataupun ketinggian kedudukannya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam hanyalah seorang hamba, sebagaimana telah disebutkan dalam firman Allah Ta'ala, yang artinya: Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku –al-Ahqâf/46 ayat 9- Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. –al-Jâtsiyah/45 ayat 18.
Tulisan ini bukan untuk mendiskreditkan tokoh-tokoh yang disebutkan di atas. Terlebih lagi sebagian dari mereka telah meninggal. Semoga Allah memberi curahan rahmat untuk mereka. Hanya saja, lantaran pemikiran-pemikiran mereka yang "kurang tepat" tersebut masih dan bahkan terus berkembang, baik langsung melalui murid-muridnya maupun melalui hasil karya mereka, maka dirasa perlu untuk mengangkat pemikiran mereka untuk diwaspadai. Semoga Allah mengampuni kita dan kaum Muslimin pada umumnya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi (06-07)/Tahun XI/1428/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Al-Mauqiful-Mu'ashirul minal-Manhajis-Salafi fil-Bilâdil-'Arabiyyah (Dirasah Naqdiyyah). Dr. Mufarrij bin Sulaimân al-Qausi, Dârul-Fadhilah, Riyadh, KSA, Cet. I, Th. 1423 H – 2002 M.
[2]. Al-Ittijahâtul-'Aqlâniyyatul-Hadîtsah, Prof. Dr. Nâshir bin 'Abdul-Karîm al-'Aql, Dârul-Fadhilah, Cet. I, Th. 1422 H – 2001 M, hlm. 190.
[3]. Al-Ittijahâtul-'Aqlâniyyatul-Hadîtsah.. hal. 225
[4]. Majallatul-Azhar, Tahun X, Edisi 1, Th. 1358, hlm. 15, Vol. 10. Dikutip dari Al-Ittijahât, hlm. 226.
[5]. Al-Ittijahâtul-'Aqlâniyyatul-Hadîtsah, hlm. 227.
[6]. Insaniyyatu Muhammad, hlm. 9, Dikutip dari al-Ittijahâtul, hlm. 227.
[7]. Al-Ittijahâtul-'Aqlâniyyatul-Hadîtsah, hlm. 227.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H