Mohon tunggu...
Erwin Tanjung
Erwin Tanjung Mohon Tunggu... Guru - Pengamat sosial,pendidikan

- Alumni IKIP Medan 1991 - Penggiat Sosial -

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Jokowi Minta Dikritik

20 Februari 2021   09:53 Diperbarui: 20 Februari 2021   10:06 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keinginan Presiden Jokowi meminta agar masyarakat mengkritik kenerja pemerintah menjadi perbincangan yang viral di media sosial. Seperti biasa respon masyarakat Indonesia terbelah menjadi dua kubu besar. Biasalah.... Jika kita memakai istilah yang populer sampai saat ini adalah kubu cebong dan kubu kampret. Ternyata pertarungan kedua belum juga usai.

Tulisan kita kali ini  tidak lagi berdebat tentang  pro kontra tentang kritik anak bangsa di masa lalu. Kita tidak lagi diskusi tentang bagaimana sikap pemerintah ( Presiden ) tentang kritikan dan demontrasi ( bagian dari kritik ) atas  keputusan yang dikeluarkan pemerintah. Kita tidak lagi membicarakan presiden ( entah sengaja atau tidak ) selalu menghindar jika terjadi aksi kritik di ibukota. dan sebagainya. 

Anggaplah itu semua masa lalu. Saat ini kita membicarakan harapan dan keinginan presiden agar masyarakat memberikan kritikan yang lebih banyak kepada pemerintah. Ini sebuah keinginan presiden  yang benar-benar penuh perhatian. Negara tidak akan kuat tanpa ada kritik dari rakyatnya. Apalagi kita sudah bertetapan hati negeri iniadalah negeri yang dibangun berdasarkan alam demokrasi.

Apa yang dapat kita tangkap ketika " Presiden Jokowi meminta rakyatnya memberikan kritikan kepada pemerintah?". Sekali lagi kita berbicara dalam konteks masa yang akan datang tanpa sejarah masa lalu. Sedikitnya ada 3 hal yang dapat kita baca dari keinginan presiden.

Pertama, masyarakat itu harus dicerdaskan. Hanya masyarakat yang cerdaslah bisa memberikan sebuah kritikan kepada pemerintah. Hal ini sangat perlu. Tanpa kritik maka sebuah negara tidak akan besar.

Kedua, presiden mencoba memberikan teguran kiasan kepada wakil-wakil rakyat yang lebih nyaman berkoalisi dengan pemerintah dibandingkan dengan berkoalisis dengan rakyat. Padahal mereka adalah wakil rakyat. 

Padahal tugas mereka diantaranya adalah memberikan kritikan atas kinerja  pemerintah. Kalaupun ada satu dua wakil rakyat yang begitu keras memberikan kritikan kepada pemerintah oitu hanya sekedar memberi warna warna agar ada hiburan untuk rakyat yang diwakilinya.

Ketiga, pada dasarnya presiden ingin menyampaikan bahwa sistem bernegara kita perlu direvisi ulang agar semangat mengkritik pemerintah itu bisa tumbuh dengan baik di negeri ini. 

Kondisi parlemen kita membuat wakil rakyat tidak berani buka suara kecuali sakit gigi masih bisa kita maklumi. Istilah memilih wakil rakyat hanya sebatas sampai pada tahap pencoblosan setelah terpilih mereka bukan lagi wakil rakyat. 

Sebagai rakyat berharap apa yang disampaikan presiden dapat dipahami rakyat dan rakyat nggak perlu takut sebab presiden siap dikritik. Begitu juga harapan tersirat dari presiden ( berdasarkana analisa kita ) dapat diperbaiki sehingga alam demokrasi hidup sebagai upaya membangun negeri. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun