bahasa Jerman! Anak dalam bahasa Jerman punya jenis kelamin netral! Lho, kok bisa? Sejak anak lahir, bahkan ketika masih di kandungan pun 'kan sudah ada jenis kelaminnya. Betul!
Laki-laki pasti jenis kelaminnya maskulin atau laki-laki, dan perempuan atau wanita berjenis kelamin feminim atau perempuan. Kalau anak, apa jenis kelaminnya? Maskulin, feminim? Atau belum punya jenis kelamin? Penutur jati bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa daerah di Indonesia pasti tidak akan pernah iseng untuk bertanya seperti itu! Tetapi lain cerita kalau dalamLaki-laki dalam bahasa Jerman adalah der Mann dengan artikel der yang menunjukkan jenis kata gender atau genus jenis kelamin gramatik Maskulin. Sedangkan perempuan atau wanita dalam bahasa Jerman adalah die Frau dengan gender jenis kelamin gramatik perempuan atau Feminim. Sedangkan anak atau das Kind secara gender adalah berjenis kelamin gramatik netral atau Neutrum.
Setiap kata benda atau Nomen, baik yang abstrak maupun tidak, dalam bahasa Jerman selalu punya jenis kelamin gramatik atau Genus. Kenapa pisau das Messer (dengan gender netral, garpu die Gabel (gender perempuan Feminim) dan sendok der Loeffel (gender laki-laki Maskulin)?
Apa dasarnya sehingga suatu kata benda diberi der, die atau das? Hal-hal seperti itu tidak akan dibahas di sini. Artikel ini lebih memfokuskan pembahasan tentang kerumitan yang diakibatkan adanya jenis kelamin gramatik kata. Dalam masyarakat sering timbul perdebatan sengit tentang gender ini. Ada yang berpendapat: gender dan kesintingan terletak berdampingan. Bahkan kelompok atau gerakan tertentu sering menuduh ada diskriminasi akibat bahasa. Mereka menuntut persamaan hak!
Dalam bahasa Jerman dikenal tiga Genus, yaitu: der, die dan das.
Setiap kata benda kemudian mendapat gender atau Artikel, misalnya: der Mantel (mantel), die Hose (celana), dan das Hemd (kemeja). Sebelum Angela Merkel menjadi kanselir, di Jerman hanya ada kanselir laki-laki dan disebut der Kanzler. Setelah Angela Merkel terpilih menjadi kanselir, timbul kebingungan: Angela Merkel akan disapa sebagai apa? Sebagai Kanzler?
Padahal Kanzler itu adalah kata dengan gender laki-laki, sementara Angela Merkel adalah wanita. Dan ... dalam Undang-Undang Dasar Jerman das Grundgesetz hanya ada kata der Kanzler dan tidak dikenal bentuk perempuan untuk kanselir, pada pasal 62 UUD Jerman tertulis: Die Bundesregierung besteht aus dem Bundeskanzler und aus den Bundesministern = Pemerintah Federal terdiri dari Kanselir Federal dan Menteri-Menteri Federal.
Jelas tertulis di sana: DER KANZLER artinya kata benda dengan jenis kelamin gramatik laki-laki. Dalam bahasa Indonesia der Kanzler adalah kanselir: tidak ada jenis kelaminnya. Nyaman toh dan tidak bikin pusing? Tinggal ditambah Ibu Kanselir atau Bapak Kanselir habis perkara! Tapi tidak dalam bahasa Jerman.
Kembali ke Angela Merkel. Setelah terpilih sebagai kepala pemerintahan, timbul perdebatan yang ramai. Selain media massa, bahkan para anggota parlemen der Bundestagsabgeordneter juga ikut berbicara (anggota parlemen 'kan punya hak bicara): akhirnya dicapai kesepakatan. Untuk Merkel akan dibuat kata baru berdasarkan analogi: kalau ada der Lehrer (guru laki-laki) dan die Lehrerin (guru wanita) dan kata-kata lain seperti itu, maka dari kata der Kanzler tentu bisa dibuat kata baru die Kanzlerin!
Jadi, tidak harus mengubah UUD. Tapi kemudian para ahli yang mengerti hukum tata negara mempersoalkan itu. Mereka berpendapat: kata die Kanzlerin tidak ada dalam das Grundgesetz Undang-Undang Dasar! Karena itu mereka berpendapat, itu bertentangan dengan UUD. Nah lho! Tapi akhirnya kata die Kanzlerin diterima dan Angela Merkel disapa dengan kata Frau (Bundes-)Kanzlerin Ibu Kanselir. Sampai sekarang Kanselir Angela Merkel masih menjadi kepala pemerintahan di Jerman, dan memegang tampuk pemerintahan sudah selama 16 tahun atau empat periode.
Banyak kata benda dalam bahasa Jerman hanya mengenal satu kata untuk semua jenis kelamin. Misalnya kata der Gast atau tamu. Secara gender der Gast adalah laki-laki atau maskulin. Bagaimana kalau tamu itu perempuan? Apakah ada kata die Gastin atau die Gaestin? Baik kata die Gastin atau die Gaestin tidak ada ada dalam kamus bahasa Jerman!
Kalau tamu itu laki-laki tidak ada masalah. Lalu, bagaimana kalau tamu itu perempuan? Mau tidak mau harus ditambah dengan keterangan perempuan atau wanita, dan menjadi der weibliche Gast= tamu perempuan. Tetapi secara gender, kata itu tetaplah berjenis kelamin laki-laki! Repot 'kan?
Pada tahun 1996 seorang wanita yang sudah selesai dengan studi dan promosi di bidang kedokteran hewan menuntut sampai ke pengadilan agar ada gelar khusus doktor untuk perempuan. Di Jerman memang hanya ada kata der Doktor, dan kata itu adalah gelar akademik baik untuk laki-laki maupun perempuan. Wanita itu menuntut kata baru yang adekuat dengan itu dan diperkenankan untuk memakai gelar die Doktorin doktor perempuan.
Tuntutannya ditolak hingga di tingkat banding dan pada tahun 2000 ada vonis final, tuntutannya tetap ditolak, dan tidak ada kata khusus untuk doktor wanita die Doktorin. Keputusan pengadilan banding menetapkan bahwa kata der Doktor tetap berlaku untuk umum, yaitu doktor laki-laki dan doktor perempuan tanpa membedakan jenis kelamin siapa penyandang gelar doktor tersebut. Solusinya dalam bahas Indonesia sebenarnya sangat mudah: Ibu Doktor! Mudah toh?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H