Mohon tunggu...
Erwin Silaban
Erwin Silaban Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati Indonesia dari seberang lautan. Deutsch-Indonesischer Brückenbauer. Penghubung Indonesia-Jerman

Dosen di School of International Business, Hochschule Bremen, Jerman. Anak rantau dari Hutajulu, Dolok Sanggul, SUMUT.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Banyak Jalan ke Jerman, Robin Pangaribuan: dari Au-Pair hingga Membuka Restoran Indonesia di Bremen

15 Februari 2021   03:47 Diperbarui: 15 Februari 2021   04:12 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Restoran Indonesia "Surajaya Tabo" di Bremen, dimiliki oleh mantan Au-Pair: Robin Pangaribuan dan Risdayanti Manik. (Foto: Erwin Silaban)

Imbalannya atau upahnya apa? Biaya hidup sehari-hari ditanggung oleh tuan rumah, diberi uang saku sekitar 250 Euro per bulan, uang transportasi, dan biaya kursus bahasa Jerman juga ditanggung oleh tuan rumah. Masa kontrak sebagai Au-Pair adalah selama setahun dan selama itu pula tuan rumah menanggung biaya hidup peserta Au-Pair.

Lalu apa persyaratan supaya bisa jadi Au-Pair ke Jerman? Yang jelas: harus bisa bahasa Jerman, minimal level A1. Lebih bagus lagi level A2, supaya komunikasi di Jerman lebih lancar. Mudah kan? Umur calon Au-Pair antara 18 -- 27 tahun, yang sudah menikah juga boleh. Kalau peserta wanita disebut Au-Pair-Maedchen, dan kalau laki-laki disebut Au-Pair-Junge. 

Dengan modal nekat dan kontrak sebagai Au-Pair dari tuan rumah di Jerman terbanglah Robin Pangaribuan ke Jerman. Kota yang dituju adalah Bremen, yang terletak di antara Hamburg dan Hannover, di sebelah utara Jerman. Kenapa dia pilih Jerman?

Dulu, ketika masih kuliah Prodi Komunikasi di USU Medan, dia pernah ikut rombongan paduan suara USU ke Austria untuk ikut kompetisi paduan suara sedunia World Choir Games pada tahun 2008. Sejak itulah dia tertarik belajar bahasa Jerman. Setelah lulus kuliah dan sambil belajar bahasa Jerman di Medan, maka pada tahun 2010 Robin Pangaribuan ikut program Au-Pair-Junge (kan Robin laki-laki).

Di Bremen pada keluarga tuan rumah (die Gastfamilie) Jerman Robin mengasuh seorang anak laki-laki, yang berusia 5 tahun. Keluarga Jerman ini dan Robin ternyata cocok dan menjadi akrab, dan Robin selalu didukung untuk maju. Robin mengasuh anak sambil kursus bahasa Jerman. 

Setelah satu tahun, kontrak dia sebagai Au-Pair-Junge selesai. Tapi dia tetap tinggal di Bremen sambil kursus bahasa Jerman untuk mendapat sertifikat B2! Kenapa? Rupanya Robin Pangaribuan punya cita-cita yang lebih tinggi, daripada hanya sekedar mantan Au-Pair-Junge dari Jerman, dan dia melihat ada peluang untuk itu. Dia ingin kuliah di Hochschule Bremen. 

Pada tahun 2012 dia beruntung dan diterima sebagai mahasiswa di prodi International Study of Global Management di School of International Business Hochschule Bremen. Kuliah tanpa bantuan luar negeri alias tanpa uang kiriman dari orang tua di tanah air tentu merupakan perjuangan berat. Robin harus banting tulang bekerja sambil kuliah.

Tetapi sebagai orang Batak tulen, dia pantang menyerah, tentu saja juga tidak lupa berdoa. Segala macam pekerjaan dia lakukan agar bisa bertahan dari bulan ke bulan. Pada tahun 2016 Robin berhasil lulus kuliah dengan tepat waktu! Selama kuliah Robin sempat magang kerja di beberapa tempat, dari mulai sektor logistik sampai dengan sektor gastronomi.

Setelah tamat kuliah dan sarjana ekonomi dari Jerman, lalu apa? Kembali ke Indonesia? Pulang habis ke Indonesia dengan embel-embel lulusan luar negeri rupanya bukan satu opsi untuk Robin! Berdasarkan peraturan Jerman, mahasiswa asing masih boleh tinggal 18 bulan di Jerman setelah lulus kuliah dengan status mencari kerja. Nah, Robin memanfaatkan peluang ini dan bekerja di berbagai tempat.

Nasib baik tampaknya enggan berpaling dari Robin. Suatu saat dia memperoleh informasi, bahwa ada restoran yang akan ditutup karena pemiliknya akan pensiun. Restoran itu tidak terlalu besar, hanya bisa menampung tamu sekitar 30 orang. Pendek kata, diadakanlah negosiasi segitiga antara pemilik restoran, pemilik gedung restoran dan Robin sebagai calon usahawan muda. Deal!

Restoran ditutup karena memang pengusaha restoran itu sudah mau pensiun. Pemilik gedung bersedia menyewakan gedung itu dengan persyaratan yang tidak jauh berbeda. Robin boleh mengambil alih perabotan dll. dari pengusaha restoran yang lama dengan persyaratan tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun