Belitung Timur, memiliki sejarah yang kaya. Salah satunya Lipat Kadjang, daerah yang sekarang berada di Jalan Sudirman ini juga menyimpan data historis yang bahkan jika diteliti samapai pada abad ke 16, Nama "Lipat Kadjang" sendiri berasal dari sejarah yang cukup panjang juga.
Dulu, Suku Laut atau "urang laut" hidup di atas perahu di sekitar sungai Manggar. Mereka menggunakan kadjang sebagai atap perahu untuk melindungi diri dari sinar matahari dan hujan. Kadjang terbuat dari daun mengkuang yang diikat pada bingkai rotan. Meskipun saat ini kadjang sudah tak terlihat lagi, namun sejarahnya tetap terabadikan dalam nama pasar ini.
INTERAKSI ANTARBUDAYA
Pada awal abad ke 16, Ketika orang Cina mulai menetap di pinggiran sungai dekat muara Manggar, terbentuklah suatu pemukiman. Orang Suku Laut berinteraksi dengan orang Cina dan melakukan transaksi jual beli hasil tangkapan laut, seperti ikan dan kerang-kerangan. Dengan demikian, orang Suku Laut dapat membeli keperluan pangan mereka.
Tempat berjualan ikan dan kerang-kerangan disiapkan di atas kadjang. Setelah selesai berjualan, kadjang-kadjang tersebut dilipat dan disusun di area penjualan ikan. Lama kelamaan, tempat berjualan ini dikenal sebagai Pasar Ikan Lipat Kadjang.
Pasar Lipat Kadjang awalnya bukan ditempat yang sekarang berdiri tetapi lebih dekat ke muara sungai Manggar, semenjak tahun 1916 aktivitas perekonomian Lipat Kadjang dipindahkan ke area industri timah saat itu, diarea yang sampai hari ini masih kokoh berdiri.
NILAI HISTORISÂ
 Lipat Kadjang merupakan saksi bisu betapa majunya industri timah saat itu, hal itu juga dapat dibuktikan dengan adanya beberapa gedung di sekitar Lipat Kadjang juga memiliki sejarah panjang:
1. Pegadaian Unit Manggar. Bangunan ini telah berdiri sejak zaman kolonial Belanda, Bangunan ini memiliki ciri khas bangunan Belanda, Atau masyarakat setempat menyebutnya Holland Kay, Holland Kay ini adalah Rumah Hunian orang Belanda yang dapat ditemukan disekitaran Hotel Puri Indah Sampai ke Tugu Kopi Manggar.
2. Klenteng Dharma Suci (Pakkung Miao): Klenteng ini sudah berdiri selama 4 abad lamanya. Sejak Abad Ke 16 ,dan tercatat sebagai salah satu dari 10 klenteng tertua di Indonesia, Klenteng ini adalah salah sebuat tempat religi dan spirit, klenteng ini dibangun oleh para perantauan China Khek(China Pendatang) , yang awalnya didatangkan dari Dinasti Qing oleh pemerintah Kolonial, Sebagai penambang Timah, Masyarakat setempat menyebut para penambang ini sebagai Cina Kuncit/ Cina Parit.
Sebenarnya masih banyak tempat yang memiliki nilai-nilai historis disekitar Lipat Kadjang misalnya POM bensin disimpang empat Lipat Kadjang ( Depan Resto Golden Harvest) lintasan terem dan juga Banyak Lagi yang tidak Bisa disebutkan satu persatu, Yang saya ambil dan teliti hanyalah sebagian Kecil dari histori besarnya kawasan industri Lipat Kadjang masa itu yang bahkan pengaruhnya masih dapat kita rasakan di era modern ini, tetapi sayangnya karena termakan waktu dan juga termakannya usia tempat-tempat tersebut Usang dan tidak dapat dipertahankan lagi,
Pasar Lipat Kadjanghingga kini masih menjadi pusat perekonomian masyarakat Manggar bahkan Belitung Timur, Â Namun Nilai-nilai histori dari daerah Lipat Kadjang ini sudah sulit ditemukan, salah satu faktornya adalah minimnya sumber yang memuat informasi yang berkaitan.
Namun dalam penelitian ini saya cukup beruntung karena Narasumber disini adalah kakek saya yang merupakan penduduk lipat kadjang, Dalam penuturannya beliau juga menjelaskan Bahwa daerah Lipat Kadjang ini nilai historisnya tidak kalah dengan daerah Samak A1 dan Olivier, Tutur beliau yang juga merupakan salah satu pengurus Vihara Dharma Suci.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H