Baru-baru ini Netflix me-release film Drama Jepang berjudul "Call Me Chihiro" yang diadaptasi dari serial Manga berjudul "Chihirosan". Film berkisah tentang seorang gadis bernama "Aya Fuhura" atau yang akrab dipanggil "Chihiro" yang berpreofesi sebagai seorang kasir di salah satu kedai Bento di kota tempat ia tinggal. Namun Chihiro yang dahulunya berprofesi sebagai Pekerja Tuna Susila, memang digambarkan sebagai sosok yang kesepian. Namun Chihiro tidak pernah merasa kesepiaan karena ia selalu berusaha untuk menghibur dirinya dengan membahagiakan orang-orang yang ada di sekitarnya, seperti memberi makan kepada seorang tuna wisma atau mengajak main anak-anak di taman bermain.
Walaupun Chihiro nampaknya selalu berbuat baik dan menaburkan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitarnya, namun sayangnya hal tersebut tidak-lah selalu disambut dengan baik. Seperti halnya ketika Chihiro menghibur Makoto, seorang bocah kecil yang juga kesepian dan hanya tinggal berdua dengan ibunya. Chihiro menghibur Makoto dengan mengajaknya bermain hingga membuat Makoto merasa tidak kesepian, bahkan memberi Makoto hidangan-hidangan lezat yang disukai Makoto. Sayangnya sang ibu sepertinya tidak menyukai dengan apa yang dilakukan oleh Chihiro kepada Makoto. Bahkan ibu Makoto pun sempat melabrak Chihiro karena dianggap berusaha untuk membuat Makoto berpaling dari sang ibu.
Tetapi rupanya hal tersebut tidak diambil pusing oleh Chihiro, bahkan Chihiro rela meminta maaf kepada Ibu Makoto atas perbuatannya yang berusaha untuk menghibur Makoto dari rasa kesepiannya. Pada akhirnya justru ibu Makoto-lah yang menyadari kesalahannya selama ini yang membuat Makoto merasa kesepian.
Jika kita menonton film ini dari awal hingga akhir, kita dapat melihat bagaimana karakter Chihiro yang terus berusaha menyebarkan kebahagiaan dan kebaikan kepada orang-orang disekitarnya walaupun terkadang menimbulkan beragam reaksi. Tetapi satu hal yang pasti, Chihiro tidak pernah menanggapi reaksi negatif terhadap dirinya dengan reaksi negatif juga. Chihiro terus berusaha untuk membuat baik dirinya sendiri maupun orang-orang disekitarnya untuk selalu senang dan bahagia.
Pelajaran dari Marshall dan TrumanÂ
Salah satu pelajaran berharga ketika niat baik tidak disambut dengan baik adalah kejadian di masa lalu yang terjadi oleh Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman dan salah satu Jenderal bintang lima Amerika Serikat yaitu Jenderal George C. Marshall. Kejadian ini terjadi pada tahun 1951 ketika Perang Korea tengah berkecamuk di semenanjung Korea antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Pada waktu itu situasi di semenanjung Korea sudah semakin parah terutama ketika Republik Rakyat Cina atau RRC sudah mulai masuk dalam Perang Korea juga guna membantu sekutunya Korea Utara. Ketika itu komandan Pasukan Amerika dan koalisi PBB di semenanjung Korea yaitu Jenderal Douglas MacArthur yang juga merupakan seorang Jenderal Bintang Lima dan pahlawan Perang Dunia Kedua meminta kepada Truman agar perang diperluas ke wilayah RRC. Lantas usulan tersebut ditolak keras oleh Presiden Truman dan juga George C. Marshall yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Alasan usulan perluasan perang tersebut ditolak adalah karena Truman tidak ingin Perang Korea merambak menjadi Perang dengan skala yang lebih besar bahkan menuntun pada Perang Dunia. Namun alih-alih sepakat dengan Truman, MacArthur justru membangkang dan mengotot ingin memperluas perang, bahkan ia sempat mengusulkan untuk menggunakan senjata Nuklir yang kemungkinan besar dampaknya bisa berakibat pada perang yang lebih besar.
Lantas Truman dan Marshall pun tidak punya pilihan lain selain menghentikan MacArthur dari posisinya sebagai Komandan Pasukan Amerika dan negara-negara sekutu PBB di Korea akibat ulah MacArthur yang terus mendesak agar perang diperluas bahkan memperbolehkan penggunaan senjata Nuklir. Keputusan Truman dan Marshall tersebut dapat dikatakan telah menyelamatkan dunia dari Perang yang dapat menimbulkan bencana besar yang mungkin tidak dapat kita bayangkan bagaimana efeknya.
Namun alih-alih mendapat pujian karena telah menyelamatkan dunia dari malapetaka, Truman dan Marshall justru dihujat habis-habisan oleh khalayak luas karena menolak gagasan MacArthur untuk mengekspansi Perang tersebut. Tidak hanya itu saja, hujatan dan cibiran yang ditujukan kepada Truman dan Marshall yang dilontarkan tak henti-hentinya membuat peringkat kinerja Truman anjlok hingga ia akhirnya memutuskan untuk tidak maju pada Pemilihan Presiden di Tahun berikutnya. Sedangkan Marshall harus menelan pil yang lebih pahit karena tidak hanya dihujat karena menolak usulan untuk mekespansi perang di Korea tersebut, tetapi juga dituduh sebagai seorang pengkhianat.