Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Pertandingan Rugby Berhasil Mempersatukan Satu Bangsa yang Sedang Terbelah

26 Agustus 2022   07:17 Diperbarui: 26 Agustus 2022   08:55 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para Pemain Team Springbook ketika merayakan Kemenangan mereka pada perhelatan Rugby World Cup 1995 | Sumber Gambar: Getty Images

Film garapan Clint Eastwood yang mengangkat kisah tentang Mandela dan Rugby World Cup tahun 1995 itupun di release pada tahun 2009 dan diberi judul "Invictus" yang merupakan puisi yang ditulis oleh penyair Inggris William Ernest Henley yang salah satu kutipannya merupakan favorite Nelson Mandela yang berbunyi:

"I am the master of my fate, I am the captain of my soul." 


Pelajaran yang dapat kita petik dari Nelson Mandela

gambar-14-63080ce836aeff0456134ce2.jpg
gambar-14-63080ce836aeff0456134ce2.jpg
Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela ketika memberi selamat kepada Kapten Team Springbook Francois Pienaar | Sumber Gambar: History.com

Mungkin kita semua tahu jika Nelson Mandela telah menghabiskan 27 tahun waktu dari hidupnya di penjara akibat tindakannya yang dianggap menentang rezim Apartheid yang dipimpin oleh orang-orang kulit putih di Afrika Selatan. Tetapi ironisnya walaupun telah dipenjara bertahun-tahun lamanya, Mandela sepertinya tidaklah menaruh dendam dan perasaan benci terhadap orang-orang yang telah menjebloskannya ke Penjara. 

Setelah keluar dari penjara, Mandela justru siap untuk memaafkan orang-orang yang telah menjebloskannya ke penjara.

Karena Mandela tahu jika ia terus menyimpan rasa benci juga dendam kepada orang-orang ras kulit putih yang telah menjebloskannya ke Penjara, pada akhirnya hanya akan menyulut emosi dan amarah yang juga akan berimbas pada orang-orang ras non-kulit putih lainnya di Afrika Selatan. 

Alhasil jika itu terjadi, mungkin bukanlah perdamaian dan persatuan yang ada di Afrika Selatan, melainkan konflik dan perselisihan yang tidak ada henti-hentinya yang justru akan membawa Afrika Selatan pada perang sipil berkepanjangan dan pada akhirnya kehancuran.

Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pada saat ajang Perhelatan FIFA World Cup tahun 2010 | Sumber Gambar: Getty Images
Mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela pada saat ajang Perhelatan FIFA World Cup tahun 2010 | Sumber Gambar: Getty Images

Mandela tahu bahwa kunci untuk maju ke masa depan yang lebih cerah adalah dengan memaafkan apa yang telah terjadi di masa lalu dan move-on untuk masa depan yang lebih cerah. 

Tidak heran jika Mandela juga terus mempekerjakan orang-orang kulit putih di pemerintahannya, mempertahankan menteri-menteri dari era Kepresidenan de Klerk untuk terus mengabdi di kabinetnya, hingga terus mempertahankan team liga Rugby Afrika Selatan Springbook yang identik dan melekat pada rezim Apartheid, untuk terus bertanding bahkan memberi dukungan penuh kepada Springbook untuk memengangkan perhelatan Rugby World Cup tahun 1995.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun