Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Akankah Amerika Kembali ke Era Trump?

29 Juli 2022   11:04 Diperbarui: 29 Juli 2022   15:05 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat Joe Biden di kantornya di Ruang Oval, Gedung Putih | Sumber Gambar: White House/Adam Schultz


Merosotnya Approval Rating Biden

Grafik peringkat persetujuan terhadap kinerja Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat | Sumber Gambar: ipsos.com
Grafik peringkat persetujuan terhadap kinerja Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat | Sumber Gambar: ipsos.com

Joe Biden sepertinya harus menghadapi realita pahit, bahwa "approval rating" atau tingkat persetujuan rakyat Amerika akan Kepresidenan Biden merosot sangat tajam. Berdasarkan tajuk berita dari laman situs berita "Newsweek" hingga bulan July tahun 2022 atau hampir setahun setengah setelah Biden menduduki kursi Kepresidenan Amerika Serikat, approval rating Biden hanya berada di angka 39%. Sedangkan pendahulu Biden, Trump masih memiliki angka approval rating sebesar 41,8% pada bulan July 2018 atau setahun setelah Trump menjabat sebagai Presiden. Walaupun hanya berbeda tipis, namun Trump masih memliki angka approval rating yang lebih tinggi daripada Biden pada masa satu tahun setengah setelah keduanya menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.

Jika dibandingkan dengan Trump, Biden memang adalah seorang politikus senior yang memiliki pengalaman dan jam terbang yang sangat tinggi dalam dunia politik. Bagaimana tidak, Biden telah menjabat selama hampir 36 tahun sebagai Senator Amerika Serikat mewakili negara bagian Delawere. Ketika menjabat sebagai Senator, Biden juga sempat menduduki kursi sebagai ketua komite-komite yang memiliki peran cukup signifikan di Senate Amerika Serikat, seperti ketua "Senate Judiciary Committee" dari tahun 1987 hingga 1995 dan juga ketua "Senate Foreign Relation Committee" dari tahun 2001 hingga 2003 dan dari tahun 2007 hingga 2009. 

Biden juga sempat menjabat selama 8 tahun sebagai Wakil Presiden Barack Obama dari tahun 2009 hingga 2017. Tetapi mengapa justru ketika menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Biden justru mendapat approval rating yang lebih rendah dibanding Trump yang notabene tidak memiliki pengalaman dibidang politik, bahkan tidak pernah menduduki kursi politik sama sekali?

Jika dilihat-lihat kembali Kepresidenan Joe Biden memang banyak diwarnai dengan serangkaian peristiwa dan permasalahan yang pada akhirnya menyebabkan approval rating Joe Biden merosot. Ketika baru saja menjabat sebagai Presiden di hari pertamanya, Biden langsung memberhentikan proyek "Keystone Pipeline" atau yang juga dikenal sebagai "XL Pipeline" yang merupakan pipa minyak yang menyambungkan Amerika Serikat dan Kanada. Langkah Biden ini sontak mendapat kecaman dari kubu Partai Republican karena membatalkan proyek ini. Bahkan akibat proyek ini dihentikan, tidak sedikit pula pekerja-pekerja di Keystone Pipeline yang harus kehilangan Pekerjaan.

Kepanikan yang terjadi di Bandara Kabul ketika evakuasi pasca ditariknya pasukan Amerika dari Afghanistan berlangsung | Sumber Gambar: airforcemag.com
Kepanikan yang terjadi di Bandara Kabul ketika evakuasi pasca ditariknya pasukan Amerika dari Afghanistan berlangsung | Sumber Gambar: airforcemag.com

Satu hal yang diduga menjadi penyebab kuat merosotnya approval rating Biden adalah, keputusan Biden untuk menarik mundur pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan yang berujung menjadi kekacauaan. Seperti diketahui Perang di Afgahnistan memang telah berlangsung cukup lama, yakni? Selama 20 tahun, dari tahun 2001 hingga 2021 dan telah memakan anggaran yang sangat signifikan dan diperkirakan telah menembus angka 1 Triliun Dollar. 

Biden memang berencana untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lama dan telah memakan anggaran yang sangat besar ini. Tetapi langkah Biden terbilang salah dalam menarik pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan ini, karena kubu Taliban sepertinya sudah menunggu-nunggu kesempatan ini guna merebut kembali kekuasaan di Afghanistan dan Biden langsung menarik semua pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan dalam waktu yang cukup singkat sehingga timbul-lah kekacauaan yang diakibatkan dari serangan ultimatum dari Taliban yang berakibat pada jatuhnya pemerintahan Afghanistan saat ini dan naiknya kembali kubu Taliban di tampuk kekuasaan Afghanistan.

Tidak heran jika proses penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan justru diwarnai dengan kericuhan akibat kepanikan warga Afghanistan yang berusaha untuk dapat keluar dari Afghanistan karena takut akan kembalinya kepemimpinan pihak Taliban. Proses penarikan mundur pun justru beralih menjadi proses evakuasi warga Afghanistan yang hendak keluar dari Afghanistan. 

Tidak hanya itu saja serangan teroris juga terjadi di Bandara Afghanistan ketika proses evakuasi berlanjut yang menewaskan 183 orang termasuk 13 personil militer Amerika Serikat. Langkah Biden yang menarik pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan secara tergesa-gesa ini dinilai sangatlah salah. Biden seharusnya melakukan penarikan secara gradually atau bertahap, guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun