Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melata di Bawah Bayang-bayang Nuclear Holocaust

10 Juni 2022   02:36 Diperbarui: 10 Juni 2022   02:49 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu contoh dari Bunker Nuclear Fallout Shelter yang digunakan untuk berlindung ketika terjadi Serangan Nuklir | Sumber Gambar: Getty Images

Selama 13 Hari di Bulan Oktober Tahun 1962 tersebut, hantu akan bencana Nuclear Holocaust sepertinya terus bergentayangan menghantui seluruh penduduk di penjuru dunia.


Insiden Kapal Selam B-59 Uni Soviet

Kapal Selam B-59 Kelas Foxtrot Angkatan Laut Uni Soviet | Sumber Gambar: defenseimagery.mil
Kapal Selam B-59 Kelas Foxtrot Angkatan Laut Uni Soviet | Sumber Gambar: defenseimagery.mil

Krisis Missile Kuba memang telah membawa ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mencapai puncaknya, namun tidak banyak yang tahu jika Perang Nuklir memang nyaris saja terjadi atau bahkan hanya selangkah lagi dari meletus ketika Krisis Missile Kuba. Hal tersebut disebabkan ketika terjadi insiden di Kapal Selam B-59 Kelas Foxtrot Angkatan Laut Uni Soviet yang juga dikerahkan ke perairan Kuba. 

Ketika memasuki perairan Kuba yang sedang diblokade, kapal selam B-59 tersebut dicegat oleh Kapal Induk kelas Essex Amerika Serikat yaitu U.S.S. Randolph. U.S.S. Randolph yang mendeteksi kapal selam B-59 tersebut memerintahkan agar kapal selam B-59 naik ke permukaan. 

Sayangnya perintah tersebut di tolak oleh Kapten dari Kapal Selam B-59, Valentin Savitsky dan tetap memerintahkan kapal selam B-59 terus di dalam perairan. Alhasil U.S.S. Randolph pun memberi peringatan dan melemparkan peledak laut depth charge agar kapal selam B-59 mau naik ke permukaan. 

Menganggapi hal tersebut, Savitsky justru mengira bahwa perang memang benar sudah dimulai dan berasumsi jika kapal selam B-59 yang diawakinya memang sedang diserang oleh U.S.S. Randolph.

Laksamana Madya Vasily Arkhipov | Sumber Gambar: nsarchive2.gwu.edu
Laksamana Madya Vasily Arkhipov | Sumber Gambar: nsarchive2.gwu.edu

Usut punya usut, Savitsky pun pada akhirnya memerintahkan untuk menembakan missilenya yang berhulu ledak nuklir ke U.S.S. Randolph dan armada kapal Amerika Serikat lainnya, walaupun belum mendapatkan informasi lebih lanjut dan juga konfirmasi jika perang sudah dimulai dan senjata nuklir dapat digunakan dari pusat karena kendala gangguan komunikasi radio kapal selam. 

Ironisnya rencana Savitsky ini justru disetujui oleh perwira kedua di Kapal Selam B-59, Ivan Semyonovich. 

Namun komandan dari armada Kapal Selam tersebut, Vasily Arkhipov menolak keras rencana Savitsky tersebut. Arkhipov justru memerintahkan untuk tidak menembakan missile berhulu ledak nuklir kapal selam B-59 ke armada kapal Angkatan Laut Amerika Serikat dan memerintahkan untuk mengaktfikan kembali radio kapal selam untuk mengetahui informasi lebih lanjut dan kebenaran akan perang yang diasumsikan telah terjadi sehingga senjata nuklir dapat digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun