Maka untuk itu Strategic Air Command juga mendirikan "Strategic Reconnaissance Squadron" yang bertugas untuk mengawasi gerak gerik negara-negara musuh yang memiliki senjata nuklir.Â
Guna melengkapi kekuatan Strategic Reconnaissance Squadron, Strategic Air Command juga mendapatkan pesawat pengintai terbaru yaitu Lockheed SR-71 Blackbird sebagai penyeimbang dari pesawat pengintai yang sebelumnya Lockheed U-2 Dragon Lady.
SR-71 memang memiliki teknologi keccanggihan yang lebih unggul dibanding yang memang mampu terbang dengan ketinggian jelajah yang lebih tinggi. SR-71 dilengkapi dengan kecepatan supersonic dan dapat terbang dengan kecepatan Mach 3 lebih atau lebih dari tiga kali kecepatan suara dan mampu terbang dengan ketinggian jelajah yang cukup tinggi hingga mencapai permukaan bumi dan juga dilengkapai dengan teknologi "Stealth" atau siluman yang membuatnya susah di deteksi oleh radar musuh.Â
Tidak heran jika hal tersebut memungkinkan SR-71 untuk melakukan misi reconnaissance atau pengintaian yang cukup efektif melihat teknologi-teknologi canggih yang dimiliki SR-71.
Di sisi lain, salah satu pesawat tanker Boeing KC-135 Stratotanker milik Strategic Air Command juga diubah kegunaannya dan disulap menjadi pesawat "Airborne Command Post" atau pesawat komando udara. Pesawat ini bertugas untuk menjadi pusat komando Strategic Air Command di udara dan juga digunakan menjadi pusat komando utama ketika terjadi serangan pada markas Strategic Air Command.
Pesawat KC-135 Stratotanker ini juga dirubah namanya menjad Boeing EC-135 Looking Glass. Beberapa unit EC-135 Looking Glass milik Strategic Air Command selalu mengudara setiap saat guna memantau setiap gerak-gerik senjata nuklir di seluruh dunia dan juga dilengkapi dengan teknologi mid-air refuelling guna mengisi bahan bakar selama di udara dan memungkinkan EC-135 Looking Glass untuk terbang dalam jangka waktu yang cukup lama.
Di bawah kepemimpinan Jenderal Thomas S. Power, Jenderal Power juga menginisiasikan Operation Chrome Dome. Operation Chrome Dome yang berlangsung dari tahun 1960 hingga 1968 merupakan misi di mana pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress yang dilengkapi dengan senjata thermonuclear terus mengudara dalam jangka waktu yang lama dan tetap dalam kondisi waspada, serta menerbangkannya pada route titik-titik di perbatasan Uni Soviet.
Pesawat-pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress ini ditempatkan di pangkalan-pangkalan crucial Strategic Air Command seperti di Pangkalan Udara Sheppard di Texas dan Barksdale di Louisiana. Setelah itu pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress yang dilengkapi senjata thermonuclear ini akan terbang menuju perairan Atlantik melalui New England, di mana nantinya pesawat bomber strategis Boeing B-52 Stratofortress akan melakukan pengisian bahan bakar dari pesawat tanker Boeing KC-135 Stratotanker di atas perairan Atlantik.Â