Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

The Berlin Airlift: Operasi Jembatan Udara Terbesar Dalam Sejarah

29 April 2022   16:25 Diperbarui: 29 April 2022   16:27 3428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Berlin ketika menyambut sebuah truck yang pertama kali memasuki Kota Berlin pasca berakhirnya blockade pada 12 Mei 1949 | Sumber Gambar: pbs.org

Mengingat krisis yang pertama kali terjadi pada babak awal perang dingin di tahun 1948, dimana pada waktu itu Kota Berlin yang terletak di Sektor Soviet di Jerman, di blockade oleh pihak Uni Soviet dengan menutup seluruh aksess masuk dan keluar kota Berlin. Penutupan ini menyebabkan supply yang hendak di kirim ke kota Berlin tidak dapat masuk dan menyebabkan keterpurukan di Kota Berlin. Bahkan hampir menyebabkan Berlin nyaris menjadi Kota mati.

Namun pihak sekutu negara-negara Barat yang juga punya otoritas di Jerman dan Berlin pun tidak tinggal diam. Mereka merencanakan sebuah operasi guna mengakses kembali kota Berlin dan menjadi salah satu Operasi Logistik terbesar dalam sejarah. Operasi tersebut dikenal sebagai "Berlin Airlift" di mana para sekutu negara-negara Barat menggunakan jalur udara guna mengakses kembali Kota Berlin dan dapat kembali mengirimkan pasokan-pasokan logistik dan supply ke Kota Berlin.


Jerman Pasca Perang Dunia Kedua

Penduduk di salah satu Kota Jerman pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua di Tahun 1945 | Sumber Gambar: Getty Images
Penduduk di salah satu Kota Jerman pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua di Tahun 1945 | Sumber Gambar: Getty Images
Jerman di tahun 1948 atau tiga tahun setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, bukan lah seperti Jerman yang kita lihat pada hari ini, di mana Jerman pada hari ini sudah menjadi negara maju dan salah satu yang terdepan dalam bidang Industri. Pada tahun 1948 apa yang terjadi di Jerman berbanding terbalik dibandingkan Jerman di hari ini. Negara ini baru saja mengalami kekalahan setelah perang dunia kedua, kehancuran pun melanda negeri ini termasuk di ibukota Jerman sendiri yaitu Kota Berlin.

Tidak hanya itu saja, namun berdasarkan keputusan konferensi Postdam yang diadakan untuk menentukan nasib Jerman, di mana diputuskan bahwa Jerman akan dibagi menjadi empat bagian yang akan menjadi wilayah para negara sekutu pemenang perang dunia kedua. Yakni.? Jerman Sektor Amerika Serikat, Jerman Sektor Perancis, Jerman Sektor Inggris dan Jerman Sektor Uni Soviet.

Kota Berlin pada tahun 1947 atau dua tahun pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: History.com
Kota Berlin pada tahun 1947 atau dua tahun pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: History.com

Tetapi tidak hanya wilayah negara Jerman saja yang dibagi menjadi empat wilayah, ibukota Jerman, Kota Berlin, yang terletak di Jemran Sektor Uni Soviet atau yang nantinya dikenal sebagai Jerman Timur pun juga dibagi menjadi empat bagian wilayah dan menjadi daerah dengan status khusus. Kota Berlin dibagi menjadi, Berlin Sektor Amerika Serikat, Berlin Sektor Perancis, Berlin Sektor Inggris dan Berlin Sektor Uni Soviet.   

Tidak hanya itu saja, perekonomian Jerman pun terpuruk bahkan mata uang Jerman pada saat itu Reichsmark tidak dapat dihargai lagi. Alhasil perdagangan pun kembali menjadi seperti masa lalu yakni? Dengan menggunakan teknik Barter atau tukar menukar barang. Rokok lah yang menjadi pengganti mata uang penduduk Jerman pada saat itu dan digunakan untuk ditukar dengan barang-barang untuk kebutuhan pokok. Pasar gelap pun menguasai Jerman pada waktu itu. Jerman yang pada saat itu diduki oleh negara-negara sekutu pemenang perang dunia kedua harus menghadapi kenyataan pahit, yaitu nasib mereka berada di bawah tangan para negara sekutu pemenang perang dunia kedua.


Allied Control Council

Konferensi Potsdam pada 17 July hingga 2 Agustus 1945 yang membahas nasib Jerman pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: History.com 
Konferensi Potsdam pada 17 July hingga 2 Agustus 1945 yang membahas nasib Jerman pasca berakhirnya Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: History.com 

Allied Control Council atau yang juga dikenal sebagai Four Power Council pun dibentuk yang terdiri dari Amerika Serikat, Perancis, Inggris dan Uni Soviet selaku otoritas negara-negara sekutu yang menduduki Jerman.

Ironisnya Uni Soviet memiliki pandangan yang berbeda dengan Amerika Serikat, Perancis dan Inggris perihal nasib Jerman untuk kedepannya. Amerika Serikat, Perancis dan Inggris memutuskan untuk melakukan perbaikan ekonomi agar Jerman dapat kembali dari keterpurukan, namun Soviet yang telah di-invasi oleh Jerman dua kali yaitu pada perang dunia pertama dan kedua memiliki rencana lain.

Para pemimpin Militer Four Power Council, Jenderal Montgomery, Jenderal Zoukov, Jenderal Eisenhower dan Jenderal Koenig | Sumber Gambar: nato.mil
Para pemimpin Militer Four Power Council, Jenderal Montgomery, Jenderal Zoukov, Jenderal Eisenhower dan Jenderal Koenig | Sumber Gambar: nato.mil

Soviet yang pada saat itu berada di bawah kepemimpinan Joseph Stalin yang dikenal karena kebrutalan-nya berencana untuk menghancurkan Jerman sehancur-hancurnya dan menceburkannya sedalam mungkin ke dalam lubang keterpurukan agar mereka tidak bisa lagi berkutik sehingga tidak dapat lagi mengancam Uni Soviet seperti yang terjadi pada perang dunia pertama dan kedua. Namun di sisi lain, Stalin pun memiliki agenda terselubung yaitu niat Stalin secara diam-diam untuk mengusir Amerika Serikat, Perancis dan Inggris dari Jerman dan menjadikan Jerman sebagai negara satellite Uni Soviet.

Di sisi lain Ketiga negara sekutu yang juga memiliki otoritas atas Jerman justru menemukan solusi yang berbeda dibanding Uni Soviet, yaitu memperbaiki mata uang Jerman yang sebelumnya, Reichsmark, yang sudah tidak berlaku lagi dan menggantinya dengan mata uang yang baru guna mendorong dan menggerakan kembali perekonomian Jerman. Tetapi rencana pemberlakuan mata uang baru ini pun tanpa sepengetahuan pihak Soviet, dikarenakan pandangan ketiga Negara sekutu tersebut yang berbeda dengan pihak Uni Soviet dikarenakan pihak Soviet yang terus bersikeras dengan keputusannya akan nasib Jerman.


Awal Mula Konflik

Warga Jerman ketika hendak mengatre untuk menukar mata uang yang baru yaitu Deutsche Mark pada tahun 1948 | Sumber Gambar: History.com 
Warga Jerman ketika hendak mengatre untuk menukar mata uang yang baru yaitu Deutsche Mark pada tahun 1948 | Sumber Gambar: History.com 

Pada 20 Juni Tahun 1948, ketiga pihak sekutu di bawah otoritas Amerika Serikat, Perancis dan Inggris pada akhirnya memperkenalkan mata uang baru yaitu Deutsche Mark yang akan mulai diberlakukan sebagai alat tukar di Jerman wilayah Amerika Serikat, Perancis dan Inggris.

Di sisi lain secara diam-diam mereka juga merencanakan untuk membentuk negara Federasi Jerman Barat atau yang nantinya lebih dikenal sebagai "Jerman Barat" yang berada di bawah kendali negara-negara sekutu barat yaitu Amerika Serikat, Perancis dan Inggris. Pembentukan ini dilakukan agar perekonomian Jerman Barat dapat disokong oleh bantuan negara-negara sekutu barat agar dapat diperbaiki sehingga perekonomian Jerman Barat dapat lebih makmur dibanding Jerman yang berada di bawah kendali Uni Soviet, yakni? Wilayah Jerman bagian Timur yang nantinya berdiri sebagai Republik Demokratik Jerman atau yang biasa dikenal sebagai "Jerman Timur" dan merupakan negara sekutu Uni Soviet selama perang dingin.   

Usut punya usut, kabar mengenai rencana ketiga negara tersebut pun sampai ke telinga Stalin melalui utusannya di Jerman. Stalin pun marah besar mengetahui hal ini dan merasa dikhianati oleh negara-negara sekutu lainnya. Stalin mengancam akan mengambil tindakan jika Amerika, Perancis dan Inggris tidak membatalkan rencana tersebut dan meminta untuk memberhentikan penerbitan mata uang Deutsche mark. Soviet bahkan angkat kaki dari Four Power Council. Namun Amerika, Perancis dan Inggris tidak menghiraukan kemarahan Stalin dan tetap terus akan menjalankan program pembangunan ekonomi Jerman Barat sesuai rencana.


Berlin Blockade

Tentara Soviet ketika berjaga di sekitar aksess masuk menuju Kota Berlin yang tengah di-blockade Soviet pada 24 Juni 1948 | Sumber Gambar: pbs.org
Tentara Soviet ketika berjaga di sekitar aksess masuk menuju Kota Berlin yang tengah di-blockade Soviet pada 24 Juni 1948 | Sumber Gambar: pbs.org

Puncak kemarahan Stalin terjadi pada 24 Juni 1948, di mana Stalin memerintahkan agar seluruh aksess menuju Berlin baik melalui jalanan darat, rel kereta hingga kanal di tutup guna memblokade Berlin. Blokade ini menyebabkan pasokan-pasokan pangan dan pasokan untuk pembangkit listrik yang dikirim dari Jerman Barat tidak dapat memasuki Kota Berlin.

Sedangkan di kota Berlin zona Amerika, Perancis dan Inggris masih sangat bergantung pada pasokan dari Jerman Barat karena lokasi Berlin yang jauh terletak di Jerman wilayah Soviet. Bahkan listrik di kota Berlin juga dimatikan, dikarenakan pembangkit listrik kota Berlin memang terletak di sektor Soviet. Berlin pun bagaikan kota mati dan sekutu barat pun dihadapkan oleh dua pilihan. Pilihan pertama adalah angkat kaki dari Berlin, namun hal ini justru akan memperkuat posisi soviet yang nantinya bisa membuat ketiga negara sekutu barat justru harus mundur dari Jerman hingga membuat Soviet dapat menguasai seluruh wilayah Jerman dengan sepenuhnya. Pilihan kedua adalah mengirim pasukan untuk menyerang tentara-tentara Soviet yang menjaga blokade aksess masuk ke Berlin, namun hal ini justru dapat menyebabkan konflik yang lebih besar dengan Soviet dan dapat memicu peperangan.

Di Washington D.C. Presiden Amerika Serikat pada saat itu Harry S. Truman pun kebingungan akan dilema ini. Banyak penasihat militernya menyarankan agar sebaiknya Amerika angkat kaki dari Berlin. Tetapi jika Amerika Serikat, Perancis dan Inggris angkat kaki dari Berlin, hal ini hanya akan membuat posisi negara-negara sekutu Barat terlihat lemah dan seperti menyerah dengan Uni Soviet dan bisa menjadi awal dari langkah Soviet guna menguasai seluruh Jerman.


The Berlin Airlift

gambar-8-626ba78def62f651cb0b07b5.jpg
gambar-8-626ba78def62f651cb0b07b5.jpg
Komandan Pasukan Amerika Serikat di Jerman, Jenderal Lucius D. Clay yang juga penggagas Operasi Berlin Airlift | Sumber Gambar: Getty ImagesPresiden Truman pun tidak mau tinggal diam dan berusaha mencari solusi guna menyelesaikan krisis Berlin ini. Truman pun mendapatkan usulan untuk opsi ketiga guna menyelesaikan krisis Blockade Berlin ini dari Komandan Pasukan Amerika Serikat di Jerman pada waktu itu yaitu Jenderal Lucius D. Clay. Jenderal Clay pun memberikan masukan untuk solusi ketiga dalam mengatasi krisis blockade Berlin ini, selain mundur dari Berlin atau menyerang pasukan Soviet, dan dapat mengirimkan logistik dan pasokan kembali ke Kota Berlin. Menurut Jenderal Clay mengingat peran pesawat udara yang sangat penting dalam perang dunia kedua, Jenderal Clay pun akhirnya mengusulkan satu ide kepada Presiden Truman, yaitu bagaimana jika pasokan-pasokan dari sektor Negara-negara sekutu barat dikirim menuju kota Berlin melalui jalur udara dengan menggunakan pesawat terbang.

Usulan Jenderal Clay ini sebenarnya sempat diragukan oleh para Presiden Truman, para petinggi negara-negara sekutu barat dan juga penasihat militer Truman lainnya. Namun pada akhirnya Presiden Truman pun menyetujui gagasan Jenderal Lucius D. Clay tersebut dan mencoba untuk menggunakan jalur Udara guna mengakses kembali Kota Berlin. Apalagi akan lebih susah untuk menghentikan pesawat udara dibanding menghentikan transportasi darat dan satu-satunya cara untuk menghentikan pesawat udara yang hendak masuk Berlin adalah dengan menembaknya hingga jatuh, yang mana hal ini dapat memicu konflik yang lebih besar.

Pesawat-Pesawat Douglas C-47 Skytrain Angkatan Udara Amerika Serikat di Bandara Tempelhof pada saat Operasi Berlin Airlift | Sumber Gambar: af.mil
Pesawat-Pesawat Douglas C-47 Skytrain Angkatan Udara Amerika Serikat di Bandara Tempelhof pada saat Operasi Berlin Airlift | Sumber Gambar: af.mil

Negara sekutu-sekutu Barat pun setuju dengan usulan Presiden Truman dan Jenderal Lucius D. Clay satu ini, mengenai Operasi Jembatan udara atau Berlin Airlift guna mengakses kembali Kota Berlin. Truman pun dengan segera menginstruksikan Jenderal Lucius D. Clay dan komandan Angkatan Udara Amerika Serikat di Eropa Jenderal Curtis LeMay untuk mengkoordinasikan operasi Jembatan Udara Berlin atau Berlin Airlift satu ini. Menurut Clay dan LeMay operasi Jembatan Udara Berlin memang sangat efektif untuk menjangkau kembali Kota Berlin dari kota-kota di wilayah negara-negara sekutu Barat di Jerman.

Sayangnya operasi tersebut sepertinya juga memiliki beberapa hambatan. Hambatan dari Operasi Jembatan Udara Berlin ini adalah, Kota Berlin tidak memiliki banyak Landasan Udara yang mampu menampung banyak Pesawat Terbang, kecuali di Bandara Utama Kota Berlin Barat pada waktu itu yaitu Bandara Tempelhof. Selain Bandara Tempelhof ada pangkalan udara Gatow yang terletak di Berlin Wilayah Inggris, namun Gatow juga tidak memiliki banyak space untuk mengakomodasi pesawat dalam jumlah banyak. Maka dari itu pihak Perancis setuju untuk membangun Bandara baru di daerah Tegel yang kelak akan terkenal menjadi Bandara Berlin Tegel dan memerintahkan pembangunan landasan sepanjang 2.428 meter. Groundbreaking untuk pembangunan Bandara Tegel juga landasannya pun dilakukan pada 5 Agustus 1948 dan hanya memakan waktu yang cukup singkat, di mana 90 hari kemudian pada 5 November tahun 1948, Pesawat Douglas C-54 Skymaster Angkatan Udara Amerika Serikat menjadi pesawat pertama yang mendarat di Bandara Tegel tersebut.

Penduduk Berlin ketika menyaksikan Pesawat Douglas C-54 Skymaster Angkatan Udara Amerika Serikat yang hendak mendarat di Berlin| Sumber Gambar: af.mil
Penduduk Berlin ketika menyaksikan Pesawat Douglas C-54 Skymaster Angkatan Udara Amerika Serikat yang hendak mendarat di Berlin| Sumber Gambar: af.mil

Penerbangan pertama operasi Jembatan Udara Berlin atau Berlin Airlift ini dilakukan pada tanggal 26 Juni 1948 dan diperlukan 1.300 penerbangan dalam sehari untuk memasok pasokan sembako yang butuhkan penduduk kota Berlin. Di sisi lain operasi jembatan udara ini sangat diragukan oleh Uni Soviet dan terus mengolok-olok negara sekutu barat dan menyatakan bahwa usaha mereka untuk menerbangkan logistik dan sembako ke Berlin hanyalah sia-sia, tidak masuk akal dan tidak akan mungkin berhasil. Alhasil sindiran Soviet tersebut justru membuat negara-negara sekutu barat semakin giat untuk menjalankan strategi jembatan udara Berlin atau Berlin Airlift ini dan terus menerbangkan logistik dan sembako dengan pesawat udara ke kota Berlin.

Pesawat-pesawat udara dari Angkatan Udara Amerika Serikat yang baru saja dibentuk hingga pesawat-pesawat udara milik Angkatan Udara milik Inggris segera dikumpulkan di bandara di kota-kota besar di Jerman Barat seperti di Bandara Frankfurt dan Munich. Pada 1 July tahun 1948, pesawat-pesawat Angkatan Udara Amerika Serikat, seperti Douglas C-54 Skymaster dan Douglas C-47 Skytrain mulai berdatangan di pangkalan udara Rhein-Main di Frankfurt dari beberapa pangkalan Udara Amerika Serikat. Setelah pesawat diisi dengan pasokan logistik dan sembako, pesawat pun langsung di terbangkan ke Bandara Tempelhof di Kota Berlin.

Pasukan Negara Sekutu Barat ketika memasukan logistik ke Pesawat yang hendak bertolak ke Berlin di Pangkalan Udara Munich | Sumber Gambar: History.com
Pasukan Negara Sekutu Barat ketika memasukan logistik ke Pesawat yang hendak bertolak ke Berlin di Pangkalan Udara Munich | Sumber Gambar: History.com

Memang pada awalnya terlihat banyak rintangan yang menghambat jembatan udara ini seperti melihat lingkungan di sekitar Bandara Tempelhof yang banyak dikelilingi bangunan tinggi seperti gedung apartemen yang menjadi rintangan untuk pesawat mendarat di Bandara Tempelhof. Pada saat memasuki musim dingin kebutuhan batu bara untuk penghangat masyarakat Berlin pun juga meningkat, sehingga mengharuskan pesawat-pesawat angkatan udara negara sekutu barat untuk menerbangkan 6.000 Ton per-hari yang terdiri dari sembako dan tambahan pasokan batu bara.

Jenderal Curtis LeMay ketika mengawaki Pesawat Douglas C-47 Skytrain pada saat Operasi Berlin Airlift | Sumber Gambar: af.mil
Jenderal Curtis LeMay ketika mengawaki Pesawat Douglas C-47 Skytrain pada saat Operasi Berlin Airlift | Sumber Gambar: af.mil

Walaupun operasi Jembatan Udara Berlin ini juga tetap mendapati beberapa rintangan, Seperti tergelincir hingga terbakarnya pesawat Douglas C-54 Skymaster di ujung landasan Bandara Tempelhof pada 13 Agustus 1948, tetapi Operasi Jembatan Udara Berlin atau Berlin Airlift ini nampaknya membuahkan hasil yang sangat bagus bagi negara-negara sekutu Barat guna mengakses kembali kota Berlin. Seiring berjalannya waktu Berlin Airlift ini terus digenjotkan guna menghidupkan kembali Kota Berlin dari pasokan-pasokan logistik yang dikirim dengan Pesawat Udara dari kota-kota di wilayah negara-negara sekutu Barat. Bahkan Jenderal Curtis LeMay selaku komandan Angkatan Udara Amerika Serikat di Eropa pun juga turut menerbangkan pesawat yang digunakan untuk Operasi Berlin Airlift ini.


The Candy Bomber

Sejumlah Anak-anak di Kota Berlin ketika menunggu Pesawat yang hendak menjatuhkan Permen dan Cokelat atau Candy Bomber | Sumber Gambar: History.com
Sejumlah Anak-anak di Kota Berlin ketika menunggu Pesawat yang hendak menjatuhkan Permen dan Cokelat atau Candy Bomber | Sumber Gambar: History.com

Pada saat berlangsungnya Operasi Berlin Airlift ini, salah satu pilot Angkatan Udara Amerika Serikat yaitu Gail Halvorsen menggagas sebuah ide guna menghibur anak-anak di Kota Berlin. Gail menggagas ide untuk memberikan permen dan cokelat dengan cara menjatuhkannya dari udara dengan cara mengikatkan permen dan cokelat yang akan dijatuhkan dengan mainan parasut dan dijatuhkan dari udara.

Operasi Gail Halvorsen ini juga dikenal sebagai "Operation Little Vittles." Operasi Little Vittles ini pun dimulai pada 22 September 1948, di mana ketika pesawat yang diterbangkan oleh Gail Halvorsen dan juga pesawat-pesawat Angkatan Udara yang lainnya, menjatuhkan permen dan cokelat yang sudah dikaitkan di parasut mainan dari udara guna diberikan kepada anak-anak di Kota Berlin.

Gail Halvorsen ketika hendak mempersiapkan Permen dan Cokelat yang hendak dijatuhkan dari pesawat di atas Kota Berlin | Sumber Gambar: af.mil
Gail Halvorsen ketika hendak mempersiapkan Permen dan Cokelat yang hendak dijatuhkan dari pesawat di atas Kota Berlin | Sumber Gambar: af.mil

Gail pun menjadi sangat terkenal dikalangan anak-anak di Kota Berlin karena jasanya tersebut. Bahkan seorang anak di Kota Berlin pun sempat menanyakan, bagaimana ia tahu jika itu adalah pesawat yang diterbangkan oleh Gail dan Gail pun menjawab bahwa ia akan menggoyangkan sayapnya agar anak-anak dapat mengetahui jika itu adalah pesawat yang diterbangkan oleh Gail.

Atas jasanya ini, Gail pun pada akhirnya dikenal dengan julukan "The Candy Bomber" karena berhasil menghibur anak-anak di Kota Berlin dengan menjatuhkan permen dan cokelat dari udara. Gail Halvorsen wafat pada 16 Februari 2022 lalu pada usia 101 tahun.


Berakhirnya Blockade Berlin

Warga Berlin ketika menyambut sebuah truck yang pertama kali memasuki Kota Berlin pasca berakhirnya blockade pada 12 Mei 1949 | Sumber Gambar: pbs.org
Warga Berlin ketika menyambut sebuah truck yang pertama kali memasuki Kota Berlin pasca berakhirnya blockade pada 12 Mei 1949 | Sumber Gambar: pbs.org

Hingga tahun berikutnya pada tahun 1949, operasi Jembatan Udara Berlin atau Berlin Airlift masih terus berlanjut karena Uni Soviet yang masih enggan untuk membuka akses darat menuju kota Berlin. Hari demi Hari operasi Berlin Airlift terus membuahkan hasil dan memberi dampak yang sangat positif bagi kota Berlin, di mana Kota tersebut dapat dihidupkan kembali pasca minimnya pasokan logistik yang masuk ke kota tersebut. Para penduduk kota Berlin pun banyak yang memberikan simpati besar kepada pasukan-pasukan negara-negara sekutu barat atas jasanya dalam Operasi Berlin Airlift yang menghidupkan kembali Kota tersebut dan terutama memberi pasokan sembako kepada para penduduk Kota Berlin dan membuat mereka terhindar dari kelaparan.

Melihat keberhasilan Operasi Berlin Airlift tersebut, Uni Soviet yang sepertinya merasa dipermalukan atas keberhasilan operasi tersebut apalagi karena sudah mengolok-ngolok dan meragukan kemampuan negara-negara sekutu Barat untuk mencanangkan Operasi Berlin Airlift tersebut, pada akhirnya pada 15 April tahun 1949 mencanangkan untuk mengakhiri blockade Kota Berlin. Pada 12 Mei tahun 1949, Pemerintah Soviet pun pada akhirnya setuju untuk mengakhiri blockade akses darat Kota Berlin.

Jenderal Lucius D. Clay menerima penghargaan dari Presiden Harry S. Truman atas keberhasilan Operasi Berlin Airlift | Sumber Gambar: History.com
Jenderal Lucius D. Clay menerima penghargaan dari Presiden Harry S. Truman atas keberhasilan Operasi Berlin Airlift | Sumber Gambar: History.com

Banyak yang menilai bahwa Blockade Berlin yang tadinya dicanangkan oleh pihak Uni Soviet guna mengintimidasi negara-negara sekutu Barat agar angkat kaki dari Berlin, nyatanya justru menjadi boomerang bagi pihak Uni Soviet sendiri. Karena pada akhirnya justru Uni Soviet-lah yang sepertinya dipermalukan oleh negara-negara sekutu Barat, yaitu Amerika Serikat, Perancis dan Inggris akibat dari Blockade Berlin ini dan juga keberhasilan operasi The Berlin Airlift.

Pihak Uni Soviet mungkin berpikir jika dengan ditutupnya akses darat, rel-kereta dan juga kanal Berlin maka akan dengan gampang akan menghambat akses masuk bagi negara-negara sekutu barat ke Kota Berlin yang mana mereka masih memiliki yurisdiksi dan otoritas atas wilayah tersebut. Namun dugaan pihak Uni Soviet sangatlah salah, karena mungkin mereka bisa menghentikan akses untuk jalur darat, namun tidak untuk akses jalur udara dan juga tidak memperhitungkan bagaimana untuk menghentikan negara-negara sekutu Barat untuk mengakses Kota Berlin dari jalur udara yang nampaknya sangatlah tidak mungkin.

Monument Peringatan Operasi Berlin Airlift di Bandara Tempelhof Berlin pada saat peringatan 70 Tahun Operasi Berlin Airlift| Sumber Gambar: nato.mil
Monument Peringatan Operasi Berlin Airlift di Bandara Tempelhof Berlin pada saat peringatan 70 Tahun Operasi Berlin Airlift| Sumber Gambar: nato.mil

Krisis Blockade Berlin ini juga-lah yang menjadi krisis awal dari konflik yang akan berlangsung selama 44 tahun kedepan, yaitu "Cold War" atau Perang Dingin, di mana dua negara adidaya ini, Amerika Serikat yang mewakili kubu block Barat dan Uni Soviet yang mewakili kubu block Timur, saling berlomba untuk memperluas pengaruhnya di seluruh dunia. 


Kota Berlin pasca Blockade Berlin 1948-1949

Tank pasukan Amerika Serikat ketika berjaga di perbatasan Checkpoint Charlie Kota Berlin pada saat Krisis Berlin tahun 1961 | Sumber Gambar: army.mil
Tank pasukan Amerika Serikat ketika berjaga di perbatasan Checkpoint Charlie Kota Berlin pada saat Krisis Berlin tahun 1961 | Sumber Gambar: army.mil

Walaupun negara-negara sekutu Barat memang berhasil dalam Operasi Berlin Airlift dan membuat Uni Soviet harus menyerah dan mengakhiri Blockade Kota Berlin, tetapi negara-negara sekutu Barat juga mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari insiden Blockade Berlin ini. Pelajaran tersebut tidak lain adalah mengingat lokasi Kota Berlin yang terletak jauh di dalam Sektor wilayah Uni Soviet di Jerman, atau yang nantinya enam bulan pasca insiden Blockade Berlin menjadi German Democratic Republic atau yang biasa dikenal sebagai Jerman Timur dan merupakan negara sekutu Uni Soviet dalam Perang Dingin, menjadi salah satu wilayah yang sangat rentan dan dapat menjadi sasaran empuk bagi Uni Soviet dan negara-negara sekutunya karena posisinya yang berada tepat di tengah-tengah wilayah Uni Soviet.

Karena lokasinya yang sangat rentan tersebut dan terletak di wilayah Sektor Uni Soviet di Jerman, Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev, yang menggantikan Stalin, pun pernah berkata bahwa Kota Berlin itu ibarat testis dari negara-negara sekutu barat dan untuk menarik perhatian mereka hanya tinggal meremasnya saja. Tanpa disangka anggapan dari Khruschev tersebut nampaknya memang sangatlah benar, karena beberapa konflik pun kembali terjadi pada tahun berikutnya setelah insiden Blockade Berlin. Terutama mengingat pasca insiden Blockade Berlin, banyak rakyat Jerman Timur yang berusaha untuk melarikan diri menuju Jerman Barat dengan akses melalui Kota Berlin.

Pasukan Amerika Serikat yang tengah berjaga-jaga di Kota Berlin pada saat Krisis Berlin tahun 1958 | Sumber Gambar: alliiertenmuseum.de
Pasukan Amerika Serikat yang tengah berjaga-jaga di Kota Berlin pada saat Krisis Berlin tahun 1958 | Sumber Gambar: alliiertenmuseum.de

Krisis pun kembali terjadi di Kota Berlin pada tahun 1958, di mana kali ini Soviet benar-benar mengeluarkan ultimatum untuk mendorong pihak Amerika Serikat, Perancis dan Inggris untuk angkat kaki dari Berlin Barat. Hal ini disebabkan karena konflik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang kian memanas pasca bergabungnya Jerman Barat dengan North Atlantic Treaty Organization atau N.A.T.O. atau Pakta Pertahanan Amerika Serikat dan negara-negara aliansi sekutu Barat pada tahun 1955 dan juga Soviet yang terus memergoki pihak Barat yang membantu orang-orang dari Jerman Timur untuk melarikan diri dari Jerman Timur melalui Kota Berlin.

Pihak Soviet pun memberi tenggat waktu hingga Mei 1959 bagi Amerika dan negara-negara sekutunya untuk angkat kaki dari Kota Berlin. Tetapi nyatanya setelah Mei 1959, Amerika dan negara-negara sekutunya terus menolak untuk angkat kaki dari Kota Berlin dan Soviet pun memilih untuk tidak melakukan apa-apa dan alih-alih menyerbu pasukan negara-negara sekutu barat di Kota Berlin, Soviet pada akhirnya setuju untuk berunding dengan Amerika Serikat guna mengakhiri krisis di Kota Berlin tersebut. Sayangnya negosiasi gagal dilakukan pasca tertembaknya pesawat mata-mata Lockheed U-2 Amerika Serikat di wilyah Udara Soviet.

Kepanikan Warga Kota Berlin Timur yang hendak mengungsi ke Kota Berlin Barat pada saat krisis Berlin di Tahun 1961 | Sumber Gambar: History.com
Kepanikan Warga Kota Berlin Timur yang hendak mengungsi ke Kota Berlin Barat pada saat krisis Berlin di Tahun 1961 | Sumber Gambar: History.com

Krisis di Kota Berlin kembali terjadi lagi pada 4 Juni Tahun 1961, di mana kali ini Uni Soviet yang semakin berang karena pihak negara-negara sekutu Barat terus membantu orang-orang dari Jerman Timur untuk melarikan diri dari Jerman Timur melalui Kota Berlin, kembali memberikan ultimatum kepada Amerika Serikat dan negara-negara sekutu Barat untuk Angkat kaki dari Kota Berlin. Tetapi pihak Amerika Serikat dan negara-negara sekutu Barat terus menolak untuk angkat kaki dari Kota Berlin, karena memang sudah tertera sesuai perjanjian Postdam tahun 1945, bahwa Kota Berlin juga akan dibagi menjadi empat wilayah dan Amerika Serikat dan juga Perancis dan Inggris juga memiliki hak otoritas atas Kota Berlin.

Pembangunan Tembok Berlin yang memisahkan Kota Berlin Barat dan Kota Berlin Timur pada 20 November 1961 | Sumber Gambar: web.archive 
Pembangunan Tembok Berlin yang memisahkan Kota Berlin Barat dan Kota Berlin Timur pada 20 November 1961 | Sumber Gambar: web.archive 

Pada akhirnya guna mengakhiri krisis Berlin di tahun 1961 tersebut, pihak Uni Soviet memutuskan untuk membangun tembok yang kelak akan dikenal sebagai "Berlin Wall" di sepanjang Kota Berlin guna memisahkan Kota Berlin wilayah Barat yang diduki oleh Amerika Serikat, Perancis dan Inggris dan masuk ke wilayah Jerman Barat, dengan Berlin Wilayah Timur yang diduki oleh Uni Soviet dan masuk ke wilayah jerman Timur. Pembangunan tembok Berlin dimulai pada 13 Agustus tahun 1961 dan selesai pada November tahun 1961 di mana Krisis Berlin tahun 1961 pun berakhir.

Alasan pihak Uni Soviet membangun tembok Berlin ini juga adalah tidak lain agar warga Jerman Timur tidak dapat lagi untuk melarikan diri ke Jerman Barat melalui Kota Berlin dari wilayah Berlin Timur menuju Berlin Barat. Pembangunan tembok Berlin juga diwarnai dengan kericuhan dan kepanikan warga yang hendak melarikan diri dari wilayah Jerman Timur melalui Berlin Timur dan bergegas untuk bisa meninggalkan wilayah tersebut sebelum ditutup total oleh tembok yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur.

Warga Kota Berlin ketika merayakan dirubuhkannya Tembok Berlin pada tahun 1989 | Sumber Gambar: pbs.org
Warga Kota Berlin ketika merayakan dirubuhkannya Tembok Berlin pada tahun 1989 | Sumber Gambar: pbs.org

Tembok Berlin sendiri berdiri selama 28 Tahun, dari tahun 1961 hingga tahun 1989. Pada tahun 1989 Jerman Barat dan Jerman Timur menyatakan akan kembali bersatu atau yang dikenal sebagai "Germany Reunification" dan sepakat bersatu kembali dan salah satunya dengan merubuhkan tembok Berlin yang menjadi simbol pemisah antara Jerman Barat dan Jerman Timur pada era perang dingin. Dirubuhkannya tembok Berlin juga menjadi tanda awal dari berakhirnya Perang Dingin dan konflik antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berlangsung selama 44 tahun lamanya.

Kota Berlin mungkin dikenal sebagai salah satu kota yang memiliki peran penting dalam sejarah masa Perang Dingin yang berlangsung dari tahun 1947 hingga tahun 1991. Karena Kota Berlin menjadi saksi penting dari ketegangan Amerika Serikat dan Uni Soviet, mulai dari krisis Blockade Berlin di tahun 1948 yang menjadi awal dari Perang Dingin hingga berakhirnya perang dingin di tahun 1989.


Sumber:

History

Defense.Gov

NATO

AF History

History.State.Gov

Perry, Mark (March 1, 1989). Four Stars: The Inside Story of The Forty-Year Battle Between The Joint Chiefs of Staff and America's Civilian Leaders. Houghton Mifflin Harcourt. ISBN 978-0395429235.

Rearden, Steven L. (July 30, 2012). Council of War: A History of the Joint Chiefs of Staff, 1942-1991. Military Bookshop. ISBN 978-1780398877 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun