Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Donald Rumsfeld: Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang Paling Berpengaruh

1 April 2022   14:37 Diperbarui: 1 April 2022   14:55 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumsfeld (Berdiri, kanan) Ketika mengabdi di Angkatan Laut Amerika Serikat | Sumber Photo: Rumsfeld Foundation

Jika berbicara mengenai perpolitikan Amerika Serikat, nama Donald Rumsfeld mungkin tidak-lah asing lagi bagi kita. Benar, Donald Henry Rumsfeld memang merupakan salah satu politikus yang sangat memiliki pengaruh pada kancah perpolitikan di Washington, D.C., sosoknya yang begitu lihai dan pandai pada akhirnya memberinya kesempatan untuk mengabdi pada Empat Presiden Amerika Serikat yaitu Richard Nixon, Gerald Ford, Ronald Reagan dan George W. Bush.

Rumsfeld bahkan mendapatkan kesempatan untuk menduduki salah satu jabatan yang sangat bergengsi di Washington, yaitu “Secretary of Defense” atau tidak lain adalah Menteri Pertahanan, dan jabatan tersebut tidak hanya sekali dijabatnya melainkan dua kali pada era kepresidenan yang berbeda.

Rumsfeld, sosoknya memang sangat terkenal ketika dia menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada era Presiden George W. Bush di mana pada masa itu Amerika Serikat baru saja memasuki babak peperangan yang baru di abad ke-21 yaitu, perang melawan terorisme dan juga Perang di Afghanistan dan di Iraq. Tetapi Rumsfeld juga pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada era Presiden Amerika Serikat yang ke-38, yaitu Gerald R. Ford dan pada waktu itu, di usia 43 tahun, Rumsfeld menjadi Menteri Pertahanan termuda dalam sejarah Amerika Serikat hingga hari ini.

Lantas siapakah sosok Donald Rumsfeld.? Bagaimana dia bisa memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam kancah perpolitikan di Amerika Serikat.?

Berikut kita simak kisah perjalanan hidup dan karir Politik dari Donald Henry Rumsfeld.


Kehidupan Awal

Donald Rumsfeld ketika Muda | Sumber Photo AP Archive
Donald Rumsfeld ketika Muda | Sumber Photo AP Archive

Donald Henry Rumsfeld, lahir pada 9 July tahun 1932 di kota Chicago, Illinois oleh pasangan George Donald Rumsfeld dan Jeannette Kearsley.

Sang bapak George, yang berasal dari keluarga imigran Jerman yang datang ke Amerika Serikat pada tahun 1870an, merupakan seorang pekerja keras yang memulai karir sebagai seorang office boy pada usia 12 tahun dan berdasarkan penuturan Rumsfeld pada buku biografinya, sang bapak selalu bekerja keras hampir sepanjang hidupnya guna menghidupi keluarganya pasca perceraiian bapak dan ibunya dan selalu bersikap optimis, dan mengerjakan apapun tanpa keluhan.

Sang Bapak George Rumsfeld pada akhirnya mendirikan usahanya sendiri dibidang Real Estate dan berkarir sebagai seorang Real Estate Broker bersama saudara-saudaranya, sedangkan sang ibu Jeannette merupakan seorang Guru. Kerja Kerasa sang bapak-lah yang pada akhirnya menjadi Role Model bagi Rumsfeld dalam bekerja gigih dan pantang menyerah.

Rumsfeld besar di kota Winnetka, Illinois, namun pada tahun 1943 ketika Perang Dunia kedua pecah, Rumsfeld dan keluarganya pindah ke Coronado di California ketika sang bapak bertugas di Angkatan Laut ketika Perang Dunia Kedua dan ditugaskan dipangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di kota San Diego. Keluarga Rumsfeld sempat menetap di negara bagian North Carolina untuk sementara waktu, sebelum menetap kembali di Illinois.

Ketika tinggal di North Carolina, Rumsfeld sempat tertinggal dalam pendidikannya, di mana di North Carolina kebanyakan guru mengharuskan siswa untuk belajar dengan menghafal dan berbeda dengan pendidikan progresifnya yang biasa Rumsfeld dapatkan di Illinois, di mana siswa didorong untuk belajar dengan kecepatan mereka sendiri. Akibatnya Rumsfeld, sempat tertinggal jauh di belakang teman-teman sekelasnya di North Carolina dan terancam akan tidak naik kelas.

Namun sang ibu yang merupakan seorang Guru tidak mau tinggal diam dan tidak akan membiarkan Rumsfeld untuk tidak naik kelas. Sang Ibu lantas memberi tahu Guru sekolah Rumsfeld, jika Rumsfeld akan mengejar ketinggalannya dengan menghadiri sekolah musim panas dan sang Ibu sendirilah yang akan mengajarinya secara pribadi untuk mengejar ketinggalan pendidikan Rumsfeld. Berkat bantuan sang Ibu, Rumsfeld berhasil mengejar pendidikannya dan mendapatkan pelajaran yang cukup untuk naik ke kelas berikutnya.

Ketika masih duduk dibangku sekolah, Rumsfeld sempat bekerja paruh waktu guna mendapatkan uang tambahan dan Rumsfeld kecil sempat bekerja sebagai tukang antar Koran, Es Krim dan Sandwich dan juga sempat berjualan majalah dan bekerja sebagai pemotong rumput dan pembersih karpet.

Berdasarkan buku Rumsfeld yang berjudul "Rumsfeld's Rules: Leadership Lessons in Business, Politics, War and Life.", Rumsfeld bahwa bekerja keras dari usia dini merupakan suatu fondasi yang akan membentuk karakter seseorang kelak ketika mereka dewasa, Rumsfeld juga menuturkan “Kecuali nama belakang kita terkenal, seperti Rockefeller, Kennedy, Vanderbilt, atau Bush, kita tidak memulai hidup dengan menanjak langsung ke atas secara instan.

Melainkan kita memulai segalanya dari bawah dan sudah menjadi kewajiban kita untuk bekerja keras guna meraih apa yang kita inginkan.”

Selepas selasai pendidikan Sekolahnya, Rumsfeld melanjutkan pendidikan perguruan tingginya di Universitas Princeton dengan menggunakan beasiswa dari Angkatan Laut Amerika Serikat dan mengambil jurusan Ilmu Politik. Ketika menjadi mahasiswa di Universitas Princeton, Rumsfeld juga bergabung dengan tim Pegulat Universitas Princeton dan menjadi Kapten dari tim gulat Universitas Princeton. Ketika berkuliah di Universitas Princeton, Rumsfeld juga berteman dengan Frank Carlucci yang kelak nantinya juga akan menjadi Menteri Pertahanan Amerika Serikat.

Rumsfeld (Berdiri, kanan) Ketika mengabdi di Angkatan Laut Amerika Serikat | Sumber Photo: Rumsfeld Foundation
Rumsfeld (Berdiri, kanan) Ketika mengabdi di Angkatan Laut Amerika Serikat | Sumber Photo: Rumsfeld Foundation

Ketika lulus dari Universitas Princeton, Rumsfeld sempat mengabdi di Angkatan Laut Amerika Serikat, karena memang dana kuliahnya merupakan beasiswa dari Angkatan Laut Amerika Serikat dan mengharuskannya untuk mengabdi di Angkatan Laut selepas lulus dari Universitas Princeton. Ketika mengabdi sebagai perwira aktif di Angkatan Laut, Rumsfeld bertugas sebagai Pilot dan Penerbang Angkatan Laut dan mendapatkan kesempatan untuk menerbangakan beberapa pesawat Angkatan Laut Amerika Serikat seperti T-6 Texan dan Grumman S-2 Tracker.

Pada tahun 1957 Rumsfeld memutuskan untuk berhenti sebagai perwira aktif di Angkatan laut dan pindah sebagai perwira cadangan Angkatan Laut atau Naval Reserve guna menempuh karir di sektor swasta. Pada tahun 1975 ketika Rumsfeld menjadi Menteri Pertahanan ia pindah dari Perwira Cadangan Angkatan Laut menjadi Perwira Individu cadangan dan pensiun pada tahun 1989 dengan pangkat “Kapten” atau setara dengan Kolonel.

Pada tahun 1957 setelah selesai bertugas sebagai perwira aktif di Angkatan Laut Amerika Serikat, Rumsfeld sempat bekerja sebagai asisten administratif untuk anggota kongress David S. Dennison Jr. dari negara bagian Ohio dan pada tahun 1959 Rumsfeld bekerja sebagai asisten staf untuk anggota kongres Robert P. Griffin dari negara bagian Michigan. Pada tahun 1960 setelah bekerja selama tiga tahun untuk Anggota Kongress, Rumsfeld pindah bekerja di sebuah Firma Investasi bernama "A. G. Becker & Co."


Karir Sebagai Anggota Kongress

Rumsfeld ketika berkampanye sebagai Anggota Kongress | Sumber Photo: Rumsfeld Foundation
Rumsfeld ketika berkampanye sebagai Anggota Kongress | Sumber Photo: Rumsfeld Foundation

Pada tahun 1962, setelah dua tahun bekerja di Firma Investasi A. G. Becker & Co., Rumsfeld memutuskan untuk maju dalam pemilihan Anggota Kongress untuk distrik ke-13 negara bagian Illinois pada pemilu Mid-Term tahun 1962, setelah Anggota Kongress dari distrik ke-13 Illinois Marguerite S. Church memutuskan untuk tidak maju kembali sebagai Anggota Kongress.

Rumsfeld maju sebagai kandidat dari Partai Republik pemilihan anggota kongress distrik ke-13 Illinois melawan John A. Kennedy (tidak memiliki hubungan saudara dengan presiden Amerika pada waktu itu John F. Kennedy) yang merupakan kandidat dari Partai Demokrat. Rumsfeld dengan bantuan teman-temannya selaku tim kampanye menggunakan segala taktiknya guna mengambil simpati para penduduk distrik ke-13 Illinois guna memperoleh suara untuk memenangkan pemilu.

Rumsfeld juga meminjam salah satu rumah yang sedang dijual oleh sang Bapak untuk dijadikan markas kampanyenya.

Alhasil berkat kerjasama Rumsfeld dan teman-temannya yang solid, Rumsfeld pun berhasil terpilih sebagai Anggota Kongress mewakili distrik ke-13 Illinois pada 6 November, 1962. Rumsfeld memenangkan suara sebesar 63.7% dibangding lawannya John A. Kennedy yang hanya memperoleh suara 36.3%. Kemenangan Rumsfeld juga mempertahankan kedudukan Partai Republik sebagai Anggota Kongress perwakilan distrik ke-13 Illinois, namun partai Demokrat tetap menjadi suara dominan di Kongress Amerika Serikat.

Rumsfeld memulai karirnya sebagai Anggota Kongress pada 3 Januari, 1963. Pada masa Rumsfeld di Kongress, Rumsfeld banyak mendukung kebijakan-kebijakan yang membawa perubahaan di Amerika Serikat, salah satunya adalah dukungan Rumsfeld terhadap undang-undang Civil Right dan dukungannya untuk proyek ruang angkasa NASA dan misi ke Bulan dan juga undang-undang Freedom of Information Act.

Namun pada pemilu November tahun 1964, tepat setahun setelah terbunuhnya Presiden Amerika Serikat pada saat itu John F. Kennedy, Partai Republik mengalami kekalahaan yang sangat signifikan pada pemilu tahun 1964 tersebut.

Tidak hanya calon Presiden dari Partai Republik, Senator Barry Goldwater yang mengalami kekalahan telak dengan Presiden incumbent dari Partai Demokrat yaitu Lyndon B. Johnson, yang juga merupakan mantan Wakil Presiden dan naik menjadi Presiden Amerika Serikat pasca terbunuhnya Kennedy, pada ajang Pemilihan Presiden tahun 1964. Partai Republik pun juga kehilangan banyak kursi di House of Representatives atau Kongress Amerika Serikat, di mana Partai Republik kehilangan 34 kursi di House of Representatives, dari yang tadinya menguasai 176 kursi menjadi hanya menguasai 140 kursi.

Sedangkan di Senate AS, Partai Republik juga gagal untuk memperebutkan kursi mayoritas di Senate AS dan juga harus kehilangan dua kursi di Senate, dari yang tadinya menguasai 34 kursi, jadi hanya menguasai 32 kursi di Senate.

Anggota Kongress Donald Rumsfeld bersama Anggota Kongress Gerald Ford | Sumber Photo: Ford Library
Anggota Kongress Donald Rumsfeld bersama Anggota Kongress Gerald Ford | Sumber Photo: Ford Library

Melihat kekalahan yang cukup signifikan pada pemilu tahun 1964, Rumsfeld beserta kawan-kawannya di House of Representatives pun berpikir bahwa memang sudah saatnya bagi kubu partai Republik di House of Representatives membutuhkan pimpinan baru.

Pada waktu itu, kubu Partai Republik dipimpin oleh Anggota Kongress Charles A. Halleck dari distrik ke-2 negara bagian Indiana. Halleck sudah 12 tahun menduduki kursi kepemimpinan kubu Partai Republik di House of Representatives, bahkan sejak Partai Republik masih menjadi kursi dominan di House of Representatives dari tahun 1953 hingga 1955.

Maka dari itu Rumsfeld beserta kawan-kawannya pun mengatur skenario agar Partai Republik mendapatkan wajah kepemimpinan baru di House of Representatives dan diharapkan dapat membuat Partai Republik setidaknya memenangkan kursi kembali agar dapat menjadi suara dominan di House of Representatives pada pemilu Mid-Term yang akan diadakan pada tahun 1966. Rumsfeld beserta kawan-kawannya membentuk team yang disebut sebagai “The Young Turks” dan berisikan anggota-anggota Kongress Partai Republik yang masih muda dan fresh.

Para kawanan The Young Turks pun menseleksi beberapa kandidat untuk kepemimpinan kubu Partai republik di House of Representative dan salah satu Anggota Kongress yang dilirik oleh Rumsfeld untuk menjadi kandidat pimpinan kubu Partai Republik di House of Representative berikutnya tidak lain adalah Anggota Kongress dari distrik ke-5 negara bagian Michigan, yaitu Gerald Rudolph Ford.

Rumsfeld merasa bahwa Gerald Ford adalah kandidat yang tepat untuk maju dalam ajang pemilihan untuk kepemimpinan kubu Partai Republik di House of Representative, apalagi melihat Ford yang merupakan Anggota Kongress senior dan sudah menjabat sebagai Anggota Kongress selama 15 tahun dan juga pada saat itu sedang menduduki kursi kepemimpinan ketiga kubu Partai Republik di House of Representative, yaitu Chair of the House Republican Conference.

Tetapi awalnya Ford sempat ragu untuk maju sebagai pimpinan kubu Partai Republik di House of Representative, tetapi atas desakan Rumsfeld, Ford pun pada akhirnya setuju untuk maju dalam ajang pemilihan Kepemimpinan kubu Partai Republik di House of Representative.

Gerald Ford pada akhirnya berhasil memenangkan pemilihan untuk kursi kepemimpinan kubu Partai Republik di House of Representative dan menggantikan Charles A. Halleck sebagai pimpinan kubu Partai Republik di House of Representative.

Berkat jasa Rumsfeld yang sudah mendorong Ford untuk maju dalam ajang pemilihan kepemimpinan kubu Partai Republik di House of Representative hingga akhirnya memenangkan kursi kepemimpinan, hubungan Ford dan Rumsfeld pun semakin dekat ketika Ford dan Rumsfeld masih menjadi Anggota Kongress. Gerald Ford nantinya akan ditunjuk oleh Presiden Richard Nixon sebagai Wakil Presiden, menggantikan Wakil Presiden Spiro Agnew yang mundur karena kasus penggelapan pajak pada tahun 1973.


Pemerintahan Presiden Richard Nixon

gambar-6-6246a6fabb44861c193c03b6.jpg
gambar-6-6246a6fabb44861c193c03b6.jpg
Donald Rumsfeld Bersama Presiden Richard Nixon | Sumber Gambar: Rumsfeld Foundation

Pada pemilu tahun 1968, Rumsfeld memang terpilih kembali sebagai Anggota Kongress untuk distrik ke-13 Negara bagian Illinois. Tetapi pada tahun tersebut Calon Presiden dari kubu Partai Republik yaitu Richard Nixon yang merupakan mantan Wakil Presiden dan Senator Amerika Serikat, berhasil memenangkan Pemilihan Presiden tahun 1968.

Pada saat pemilu tahun 1968, Rumsfeld juga aktif dalam kampanye Richard Nixon untuk memenangkan pemilu Presiden Amerika Serikat. Rumsfeld juga turut berpartisipasi dalam menseleksi untuk kandidat sebagai pendamping Nixon pada pilpres tahun 1968 sebagai calon Wakil Presiden.

Alhasil setelah Nixon terpilih menjadi Presiden pada tahun 1968, Rumsfeld pun ditunjuk oleh Presiden Richard Nixon untuk menjabat sebagai Director of the Office of Economic Opportunity, sebuah badan pemerintahan yang bertanggung jawab guna mengelola program pemerintahan dalam memberantas kemiskinan. Pada posisi ini, Rumsfeld bertugas membantu Pemerintah Richard Nixon dalam program perekonomian Nixon guna memberantas angka kemiskinan.

Pada waktu Rumsfeld menjadi Director of the Office of Economic opportunity, Rumsfeld juga merekrut Richard “Dick” Bruce Cheney yang sebelumnya bekerja sebagai anak magang ketika Rumsfeld masih menjadi anggota kongress dan membawa Cheney untuk bekerja membantu Rumsfeld di Office of Economic Opportunity, serta turut membantu Rumsfeld di Office of Economic Opportunity adalah kawan lama Rumsfeld dari Universitas Princeton yaitu Frank Carlucci.

Setahun setelah menjabat sebagai Director of the Office of Economic Opportunity, President Nixon merekrut Rumsfeld untuk bekerja di White House sebagai Counselor to the President atau Penasihat President Nixon. Sebagai Counselor to the President, Rumsfeld bertugas dalam memberi nasihat kepada President Richard Nixon dalam bidang Politik yang sedang berlangsung dan juga perkembangan politik yang akan datang.

Sayangnya hubungan Rumsfeld dengan para penasihat-penasihat terdekat Nixon seperti White House Chief of Staff atau Kepala Staff White House H. R. Haldeman dan juga National Security Advisor atau Penasihat Keamanan Nasional Henry Kissinger, tidak-lah harmonis. Haldeman dan Kissinger berpandangan bahwa pandangan Rumsfeld sangat-lah berseberangan dengan mereka dan bahkan menuduh jika Rumsfeld berusaha membypass Kissinger dan Haldeman.

Maka dari itu Kissinger dan Haldeman terus mendesak President Nixon agar Rumsfeld disingkirkan dari lingkaran White House. Rumsfeld pun setuju dan pada akhirnya Rumsfeld diangkat untuk menjadi ketua Cost of Living Council.

Rumsfeld ketika menjabat sebagai Duta Besar A.S. untuk N.A.T.O. bersama Presiden Nixon | Sumber Gambar: Daily Herald
Rumsfeld ketika menjabat sebagai Duta Besar A.S. untuk N.A.T.O. bersama Presiden Nixon | Sumber Gambar: Daily Herald

Tidak lama setelah menjabat sebagai ketua Cost of Living Council, President Nixon menunjuk Rumsfeld untuk menjadi Perwakilan Tetap Amerika Serikat pada North Atlantic Treaty Organization (N.A.T.O.) pada tahun 1973 dan ditempatkan di Brussel, Belgia, markas besar N.A.T.O. Secara otomatis Rumsfeld menjadi semakin jauh dan tersingkir dari kancah perpolitikan di Washington, D.C. Pada posisi ini Rumsfeld bertugas mewakili Amerika Serikat di organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization.

Tetapi sayangnya Presiden Amerika Serikat Richard Nixon pun terundung masalah yang cukup mengguncang pemerintahannya pada tahun 1973, yaitu skandal “Watergate” di mana para orang-orang suruhan penasihat terdekat Nixon, H.R. Haldeman dan John Ehrlichman tertangkap basah ketika membobol markas Komite Nasional Partai Demokrat di kompleks perkantoran Watergate pada bulan Juni tahun 1972. Konon pembobolan itu pun juga datang atas perintah Presiden Nixon.

Tidak hanya itu saja, pada bulan Oktober tahun 1973, Wakil Presiden Spiro Agnew juga mengundurkan diri dari posisinya sebagai Wakil Presiden akibat kasus penggelapan pajak dan penyuapan ketika Agnew masih menjadi Gubernur Negara Bagian Maryland. Sedangkan yang ditunjuk oleh Presiden Nixon untuk menggantikan Agnew sebagai Wakil Presiden, tidak lain adalah Gerald R. Ford, yang pada waktu itu masih menjabat sebagai ketua kubu Partai Republik di House of Representative dan merupakan teman terdekat Rumsfeld, ketika Rumsfeld masih menjadi Anggota Kongress.

Posisi Nixon pun semakin terhempit dengan mencuatnya skandal Watergate, terutama ketika orang-orang terdekat Nixon seperti H.R. Haldeman dan John Ehrlichman mulai didakwa atas keterlibatannya dalam skandal watergate. Posisi Nixon sebagai Presiden pun semakin terhempit setelah munculnya desas desus bahwa Kongress AS yang pada waktu itu masih dikuasai oleh Partai Demokrat, cepat atau lambat akan mengajukan impeachment atau pemakzulan terhadap Presiden Richard Nixon.

Alhasil banyak orang-orang terdekat Nixon seperti Kepala Staff White House yang baru, Jenderal Alexander Haig, pada akhirnya mendesak agar Nixon segera mundur dari kursi Kepresidenan. Menurut Jenderal Haig, besar kemungkinan jika Nixon mundur sebagai Presiden Amerika Serikat dan Ford naik sebagai Presiden, maka Ford akan memberi pardon atau pengampunan kepada Nixon dan menutup segala kemungkinan dakwaan yang akan menjerat Nixon.

Nixon yang sudah tidak lagi memiliki banyak pilihan pada akhirnya setuju untuk mundur dari kursi Kepresidenan Amerika Serikat pada 9 Agustus tahun 1974, Gerald Ford pun naik menjadi Presiden Amerika Serikat menggantikan Richard Nixon.


Pemerintahan Presiden Gerald Ford dan Kembalinya Rumsfeld ke Washington, D.C.

Donald Rumsfeld bersama Presiden Gerald Ford dan sang protégé Dick Cheney | Sumber Gambar: Ford Library
Donald Rumsfeld bersama Presiden Gerald Ford dan sang protégé Dick Cheney | Sumber Gambar: Ford Library

Mundurnya Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat akibat skandal Watergate memang sangat mengejutkan seluruh dunia. Tetapi di sisi lain Rumsfeld yang masih menjabat sebagai Duta Besar Amerika Serikat untuk N.A.T.O. pun seperti mendapatkan kesempatan kembali untuk kembali ke kancah perpolitikan Washington, D.C., apalagi mengetahui jika salah satu teman terdekatnya ketika masih sama-sama menjadi Anggota Kongress, Gerald R. Ford, sekarang sudah menduduki kursi orang nomor satu di Amerika Serikat.

Dugaan tersebut memang benar, tidak lama setelah Ford menjadi Presiden, Rumsfeld dihubungi oleh sang protege yaitu Dick Cheney bahwa Presiden Ford meminta Rumsfeld untuk terbang kembali ke Washington, D.C., di mana Ford membutuhkan orang-orang untuk membantunya dalam proses transisi Kepresidenan dari Pemerintahan Nixon ke Pemerintahan Ford. Presiden Ford pun menunjuk Rumsfeld untuk menjadi ketua tim transisi Pemerintahan Presiden Ford.

Tidak lama kemudian setelah transisi dari pemerintahan Presiden Nixon ke pemerintahan Presiden Ford berjalan dengan lancar, Ford pun pada akhirnya menunujuk Donald Rumsfeld untuk menjadi Kepala Staff White House atau White House Chief of Staff berikutnya, menggantikan Jenderal Alexander Haig yang ditunjuk oleh Ford untuk bertugas kembali di Militer sebagai Supreme Allied Commander N.A.T.O. atau Panglima tertinggi pasukan sekutu N.A.T.O., pada September tahun 1974.

Pada posisinya yang baru sebagai White House Chief of Staff, Rumsfeld pun memiliki tugas untuk mengatur dan merencanakan kegiatan sehari-hari dalam pemerintahan kepresidenan Ford. Rumsfeld pun juga menunjuk Dick Cheney untuk bertugas sebagai Deputy Rumsfeld pada tugasnya sebagai White House Chief of Staff.

Donald Rumsfeld ketika menjabat sebagai White House Chief of Staff | Sumber Gambar: Getty Images
Donald Rumsfeld ketika menjabat sebagai White House Chief of Staff | Sumber Gambar: Getty Images

Pada masa jabatan Rumsfeld sebagai Kepala Staff White House, Amerika Serikat juga dihadapkan pada salah satu momen terpenting dalam sejarah, di mana pada April tahun 1975, pasukan Vietnam Utara, setelah pertempuran selama 21 tahun pada akhirnya berhasil menguasai beberapa kota penting di Vietnam Selatan dan sedang bergerak mendekati Ibu Kota Vietnam Selatan, yaitu Saigon. Ketika Pasukan Vietnam Utara mulai mendekati Ibu Kota Vietnam Selatan, Saigon, panik dan kekacauaan pun mulai terjadi yang mengabitkan Amerika Serikat harus memulai operasi besar-besaran guna menyelamatkan nyawa warga Amerika Serikat yang masih berada di Saigon dan juga warga Vietnam Selatan lainnya.

Rumsfeld pun bertugas membantu Ford dalam menangani masalah untuk evakuasi Saigon. Pada saat di momen terakhir evakuasi, Menteri Luar Negeri Henry Kissinger siap memberi tahu press bahwa evakuasi sudah akan berakhir terutama ketika Duta Besar terakhir Amerika Serikat untuk Vietnam Selatan, Graham Martin sudah di evakuasi. Tetapi Rumsfeld yang mengetahui bahwa masih ada beberapa kontigen Marinir Amerika Serikat yang masih tertinggal di Saigon, menyarankan agar Kissinger untuk sementara tidak mengeluarkan pernyataan jika evakuasi telah selesai. Sayangnya Kissinger bersikeras bahwa pernyataan tersebut penting guna menenangkan situasi.

Rumsfeld pun berkata “jika perang ini telah di awali dengan begitu banyak kebohongan, dan maka dari itu tidaklah baik jika perang ini harus diakhiri kembali dengan kebohongan.”, ketika rapat dewan keamanan nasional, demi mencegah Kissinger mengeluarkan pernyataan tersebut kepada press. Presiden Ford pun setuju dengan pendapat Rumsfeld dan Kissinger pun diminta untuk tidak menyampaikan apapun kepada press mengenai situasi terakhir di saigon dan juga berakhirnya proses evakuasi hingga seluruh warga dan tentara Amerika Serikat benar-benar sudah di evakuasi. Pada 30 April 1975, helikopter terakhir yang membawa kontigen Marinir yang masih tertinggal di Saigon pun pada akhirnya tinggal landas meninggalkan Saigon dan evakuasi pun pada akhirnya selesai.


Menteri Pertahanan Periode Pertama (1975-1977)

Donald Rumsfeld ketika diambil sumpahnya menjadi Menteri Pertahanan pada November 1975 | Sumber Gambar: Ford Library
Donald Rumsfeld ketika diambil sumpahnya menjadi Menteri Pertahanan pada November 1975 | Sumber Gambar: Ford Library

Pada akhir bulan Oktober tahun 1975, Presiden Ford melakukan perombakan besar-besaran pada kabinetnya. Reshuffle atau Perombakan kabinet besar-besaran yang dilakukan oleh Ford atau yang sekarang dikenal sebagai “Halloween Massacre” tentu saja menghobohkan seluruh Amerika, karena beberapa menteri atau pejabat yang dianggap sangat berperan pada posisi yang sedang didukinya, harus dicopot dari jabatannya. Salah satunya yang terkena reshuffle pada kabinet Ford tidak lain adalah Menteri Pertahanan James Schlesinger, yang dianggap sangat keras kepala dan sering berselisih dengan orang-orang terdekat Presiden Ford, dan sosok yang menggantikan Schlesinger sebagai Menteri Pertahanan, tidak lain adalah Donald Rumsfeld.

Beberapa pejabat lainnya yang juga terkena reshuffle adalah William Colby yang pada waktu itu menjabat sebagai Direktur Central Intelligence Agency (C.I.A.) dan digantikan oleh George H.W. Bush yang pada sebelumnya menjabat sebagai Ketua kantor Perwakilan Amerika Serikat di Republik Rakyat Tiongkok dan juga Rogers Morton yang dicopot dari jabatannya sebagai Menteri Perdagangan dan digantikan oleh Elliot Richardson. Sedangkan Henry Kissinger yang merangkap sebagai Menteri Luar Negeri dan National Security Advisor atau Penasihat Keamanan Nasional, tetap dipertahankan sebagai Menteri Luar Negeri, namun harus mencopot posisinya sebagai Penasihat Keamanan Nasional dan digantikan oleh Letnan Jenderal Brent Scowcroft yang merupakan Deputy Penasihat Keamanan Nasional. Sedangkan posisi White House Chief of Staff yang sebelumnya dijabat oleh Rumsfeld, sekarang digantikan oleh Deputy White House Chief of Staff dan juga sang protégé yaitu Dick Cheney.  

Presiden Gerald Ford juga memutuskan untuk mengganti pendampingnya sebagai Wakil Presiden pada Pemilu Presiden yang akan diadakan pada tahun depannya yaitu Pemilu Tahun 1976 dan tidak lagi maju bersama Wakil Presidennya pada waktu itu, Nelson Rockefeller. Banyak yang berspekulasi bahwa reshuffle “Halloween Massacre” ini ditenggarai oleh Rumsfeld yang memang sudah mengincar kursi Wakil Presiden dan mungkin kursi Kepresidenan, namun Ford membantah keras tuduhan itu dan menyatakan bahwa reshuffle ini atas gagasan Ford sendiri tanpa adanya campur tangan dari pihak lain.

Secretary of Defense Donald Rumsfeld bersama Chairman of the Joint Chiefs of Staff Jenderal George S. Brown | Sumber Gambar: catalog.archives.gov
Secretary of Defense Donald Rumsfeld bersama Chairman of the Joint Chiefs of Staff Jenderal George S. Brown | Sumber Gambar: catalog.archives.gov

Pada 17 November, 1975, Senate Amerika Serikat menyetujui pencalonan Donald Rumsfeld sebagai Menteri Pertahanan. Rumsfeld yang pada waktu itu masih berusia 43 tahun, menjadi Menteri Pertahanan termuda dalam sejarah Amerika Serikat hingga hari ini.

Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Rumsfeld berupaya melakukan hubungan pendekatan yang lebih baik dengan para petinggi-petinggi Militer, dan memperbaiki hubungan antara para petinggi militer dan petinggi sipil Department Pertahanan yang memburuk pada saat era Perang Vietnam. Rumsfeld juga berupaya melakukan pendekatan baru baru dengan para petinggi militer-militer dengan melibatkannya pada saat pengambilan keputusan militar atau dalam rapat dewan keamanan nasional.

Pada saat Rumsfeld menjadi Menteri Pertahanan, Rumsfeld juga menegaskan bahwa penting untuk terus mempertahankan kekuatan Militer Amerika Serikat, walaupun Perang Vietnam telah usai. Menurut Rumsfeld, hal tersebut penting untuk dilakukan agar posisi Amerika Serikat tidak terlihat lemah oleh Uni Soviet. Apalagi pada saat terakhir masa jabatan Nixon sebagai Presiden, Nixon juga menginisiasi kebijakan yang disebut “Détente” atau suatu upaya dalam rangka menghangatkan hubungan diplomasi dengan Uni Soviet yang kala itu masih bersitegang. Salah satu hasil dari diplomasi Détente ini adalah perjanjian “Strategic Arms Limitation Talks” atau SALT Treaty, di mana perjanjian untuk Amerika Serikat dan Uni Soviet memulai melucuti dan mengurangi senjata-senjata Streategis seperti senjata Nuklir mereka. Menurut Rumsfeld sebagai Menteri Pertahanan, walaupun Amerika Serikat dan Uni Soviet memulai perjanjian untuk memperbaiki hubungan kedua negara dengan diplomasi Détente dan juga dimulainya perjanjian SALT Treaty, tetapi sangatlah penting agar perjanjian ini tidak semata-mata membuat kedua pihak setuju untuk mengurangi seluruh kekuatan militernya, hal itu dapat menyebabkan posisi Amerika Serikat justru terlihat lemah di mata Soviet. Untuk itu Presiden Ford dan Menhan Ford juga menyetujui program pesawat bomber strategis terbaru yaitu B-1B Lancer dan juga pengembangan rudal terbaru Angkatan Udara Amerika Serikat yaitu Rudal MX dan juga rudal penjelajah terbaru atau Cruise Missile.

Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld di kantornya di The Pentagon | Sumber Gambar: Rumsfeld Foundation
Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld di kantornya di The Pentagon | Sumber Gambar: Rumsfeld Foundation

Ketika menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Rumsfeld juga membantu Presiden Ford untuk merumuskan perjanjian Strategic Arms Limitation Talks (SALT) yang terbaru, yang nantinya akan dikenal sebagai SALT II Treaty dengan Uni Soviet. Ford berupaya agar perjanjian SALT II Treaty ini dapat segera selesai sebelum Pemilihan Presiden tahun 1976, sedangkan Rumsfeld berupaya agar SALT II Treaty ini bisa menjadi alasan bagi Uni Soviet untuk secara diam-diam memperkuat kekuatan Militernya dan juga melancarkan invasi ke Negara lain. Rumsfeld juga terus berupaya agar Amerika Serikat tetap masih terlihat kuat dari segi kekuatan Militer walaupun perjanjian SALT II Treaty nantinya sudah disetujui oleh kedua belah pihak, Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Tetapi sayangnya pasca Perang Vietnam banyak pihak yang menginginkan agar anggaran persenjataan dikurangi dan lebih dipusatkan untuk keperluan yang lainnya. Hal tersebut tentunya juga dapat menghalangi kebijakan-kebijakan Ford dan Rumsfeld dalam menyusun perjanjian SALT II Treaty ini. Tidak hanya itu, hal tersebut juga dapat memperlemah posisi Ford pada pemilihan Presiden tahun 1976, di mana banyak pihak yang seolah-olah sudah cukup dengan perang dan segala macam konflik, di mana Ford dan Rumsfeld masih setuju untuk memperkuat militer Amerika Serikat sedangkan banyak pihak yang menginginkan agar penguatan militer tidak lah lagi menjadi prioritas.

Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld bersama Presiden Amerika terpilih Jimmy Carter di The Pentagon | Sumber Gambar: Rumsfeld Foundation
Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld bersama Presiden Amerika terpilih Jimmy Carter di The Pentagon | Sumber Gambar: Rumsfeld Foundation

Alhasil akibatnya perjanjian SALT II Treaty pun tidak berhasil terealisasi sebelum pemilihan Presiden tahun 1976 dan Gerald Ford juga harus merelakan kursi kepresidenannya setelah kalah pada ajang Pemilihan Presiden tahun 1976 dengan kandidat Calon Presiden dari Partai Demokrat yaitu James Earl Carter Jr., atau yang biasa dikenal sebagai Jimmy Carter. Kalahnya Ford dalam pemilu Presiden tahun 1976, juga menyebabkan Rumsfeld juga harus kehilangan posisinya sebagai Menteri Pertahanan. Rumsfeld turun dari posisinya sebagai Menteri Pertahanan pada January 1977 dan digantikan oleh Harold Brown yang merupakan seorang scientist tulen dan juga pernah menjabat sebagaiMenteri Angkatan Udara. Perjanjian SALT II Treaty pun pada akhirnya ditandatangani oleh Presiden Jimmy Carter dan Pemimpin Uni Soviet pada waktu itu Leonid Brezhnev pada 18 Juni, 1979. Perjanjian SALT II Treaty yang ditandangani oleh Carter dan Brezhnev ini mendapat kritikan dari Rumsfeld, karena dianggap justru memperlemah posisi Amerika Serikat, apalagi setelah Uni Soviet melancarkan serangan ke Afghanistan bulan Desember tahun 1979 atau enam bulan setelah ditandatanganinya perjanjian SALT II Treaty. Tetapi di sisi lain Rumsfeld juga masih sering memberi nasihat dan masukan kepada Pemerintahan Presiden Jimmy Carter dalam bidang pertahanan, seperti ketika krisis sandera di Iran pada tahun 1980.


Sektor Swasta dan Pemerintahan Presiden Ronald Reagan

Donald Rumsfeld bersama Presiden Ronald Reagan dan Menteri Luar Negeri George Shultz | Sumber Gambar: catalog.archives.gov
Donald Rumsfeld bersama Presiden Ronald Reagan dan Menteri Luar Negeri George Shultz | Sumber Gambar: catalog.archives.gov

Setelah turun dari jabatannya sebagai Menteri Pertahanan, Rumsfeld memilih untuk bekerja di sektor swasta dan pada tahun 1977 Rumsfeld ditunjuk sebagai CEO perusahaan farmasi bernama G. D. Searle & Company, yang bergerak dalam mengembangkan obat-obatan seperti Paracetamol dan Aspirin. Ketika Rumsfeld menjabat sebagai CEO G. D. Searle, Rumsfeld juga melanjutkan pengembangan produk aspartame atau pemanis artificial yang sudah digagas sejak tahun 1965 dan dilanjutkan kembali di bawah kepemimpinan Rumsfeld. Produk Aspartame inilah yang nantinya dikembangkan sebagai apa yang dikenal hari ini sebagai “Gula Diet.” Salah satu produk Gula Diet G. D. Searle yang sangat terkenal adalah Nutra Sweet yang kini sudah berdiri dengan bendera sendiri dan tidak lagi di bawah G. D. Searle dan menjadi produk yang laris manis di pangsa pasar food and beverage.

Pada tahun 1981, Ronald Reagan naik menjadi Presiden Amerika Serikat setelah mengalahkan Jimmy Carter pada Pemilu Presiden tahun 1980. Ketika Reagan menjadi Presiden, Reagan menghadapi beberapa masalah baru pada pemerintahannya, salah satunya adalah krisis di beberapa negara Timur Tengah seperti di Lebannon. Pada tahun 1983 pasca serangan teroris yang meledakan Kedutaan Amerika Serikat di Ibu Kota Lebannon, Beirut dan juga Barak Militer yang menewaskan 307 orang termasuk 241 diantaranya adalah personil Militer Amerika Serikat, Reagan pun pada akhirnya menunjuk Rumsfeld sebagai Special Envoy for the Middle East atau utusan Presiden Amerika Serikat untuk urusan Timur Tengah. Pada tugasnya kali ini Rumsfeld bertugas sebagai perwakilan Amerika Serikat untuk beberapa negara di Timur Tengah dalam rangka memperbaiki situasi yang sedang tegang di wilayah tersebut.

Pada saat bertugas sebagai Special Envoy, Rumsfeld beberapa kali berkunjung ke negara di Timur Tengah terutama negara-negara yang sedang bergejolak seperti Lebannon, di mana Rumsfeld sempat bertemu dengan Presiden Lebannon Amine Gemayel ketika Rumsfeld berkunjung ke Beirut. Pada waktu itu Lebannon yang dulunya menjadi salah satu daerah touris favorite di Timur Tengah dan ibu kotanya, Beirut, juga mendapat julukan “Paris of the Middle East” telah berubah menjadi zona perang setelah perang saudara berkecamuk pada tahun 1975. Rumsfeld menegosiasikan dengan Presiden Gemayel mengenai bagaimana Lebannon untuk kedepannya agar perang saudara dapat diakhiri di sana, terutama akibat dari perang saudara ini banyak nyawa-nyawa orang-orang asing di sana juga terancam dan penculikan-penculikan terhadap warga asing yang ditenggarai oleh kelompok teroris di Lebannon pun terus terjadi.

Pada kesempatan lain ketika menjadi Special Envoy, Rumsfeld bahkan sempat bertemu dengan pemimpin Iraq Saddam Hussein ketika Rumsfeld mengunjungi Baghdad, Iraq dan juga tangan kanan Hussein yaitu Tariq Aziz yang pada waktu itu menjabat sebagai Deputy Perdana Menteri Iraq dan juga Menteri urusan luar negeri. Menurut penuturan Rumsfeld dalam buku autobiography-nya, “Known and Unknown: A Memoir”, ketika berkunjung ke Baghdad, Saddam Hussein sempat menunjukan suatu bangunan Gedung terbaru di Baghdad, Hussein pun berkata kepada Rumsfeld bahwa elevator di Gedung tersebut mungkin tidak akan bekerja jika bukan karena teknologi Amerika Serikat. Hubungan Iraq dan Amerika Serikat pada waktu itu memang belum setegang pasca invasi Iraq ke Kuwait tahun 1990 dan Iraq masih menjalin hubungan diplomatik yang bisa dibilang cukup baik dengan Amerika Serikat pada waktu itu.

Pada tahun 1988, Rumsfeld juga sempat mencoba peruntungannya pada Pemilu Presiden tahun 1988. Tetapi Rumsfeld memilih mundur sebelum Pemilihan dimulai dan terus bekerja pada sektor swasta dan juga bekerja part-time untuk pemerintahan, seperti pada tahun ketika Rumsfeld ditunjuk sebagai Ketua Komisi untuk menganalisa ancaman Missile Ballistic.


Pemerintahan Presiden George W. Bush dan Menteri Pertahanan Periode Kedua (2001 – 2006)

Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld bersama Ketua Kepala Staff Gabungan Jenderal Richard B. Myers | Sumber Gambar: defense.gov
Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld bersama Ketua Kepala Staff Gabungan Jenderal Richard B. Myers | Sumber Gambar: defense.gov

Pada November tahun 2000, George W. Bush terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-43 menggantikan Bill Clinton, sedangkan yang menjadi pendamping Bush sebagai Wakil Presiden tidak lain adalah Dick Cheney yang merupakan mantan protégé Donald Rumsfeld. Cheney juga ditunjuk sebagai ketua transisi pemerintahan dari Clinton ke pemerintahan Bush. Cheney pun merekomendasikan Bush untuk menunjuk kembali Rumsfeld sebagai Menteri Pertahanan untuk kedua kalinya. Bush pun setuju dengan gagasan Cheney ini dan menunjuk Donald Rumsfeld untuk kembali menjabat sebagai Menteri Pertahanan untuk yang kedua kalinya.

Ironisnya, Rumsfeld sebenarnya tidak begitu disukai oleh sang bapak dari George W. Bush, yaitu George H.W. Bush atau George Bush Sr., yang merupakan mantan Presiden Amerika Serikat ke-41 dan juga pernah menjabat bersama Rumsfeld di Pemerintahan Gerald Ford. Ketidaksukaan Bush Sr., terhadap Rumsfeld ditimbulkan karena peristiwa reshuffle besar-besaran Presiden Ford pada Oktober 1975 atau yang dikenal dengan Halloween Massacre. Bush Sr., menuduh Rumsfeld dengan sengaja menyingkirkan rival-rivalnya agar dapat naik ke posisi yang lebih tinggi di Pemerintahan Gerald Ford yang mana konon diduga bahwa Rumsfeld berambisi menjadi pendamping Ford sebagai Wakil Presiden pada pemilu tahun 1976. Namun George W. Bush tetap memilih Rumsfeld untuk menduduki kursi Menteri Pertahanan di pemerintahannya dan merasa bahwa Rumsfeld lah orang yang cocok untuk menduduki posisi Menteri Pertahanan di pemerintahannya.

Rumsfeld kembali menduduki posisi Menteri Pertahanan pada Januari tahun 2001. Sembilan bulan setelah Rumsfeld menjabat kembali sebagai Menteri Pertahanan, Amerika Serikat digemparkan oleh serangan terorisme terbesar dalam sejarah Amerika yaitu peristiwa 11 Semptember 2001 atau yang biasa dikenal dengan peristiwa 9/11. Pada saat Peristiwa 9/11 berlangsung, Rumsfeld tengah berada di kantornya di The Pentagon ketika pesawat American Airlines penerbangan 77 menabrak sisi Barat Gedung Pentagon. Rumsfeld yang terkejut akan hal tersebut lantas turut berpartisipasi dalam proses evakuasi dan menolak untuk di bawa ke tempat yang lebih aman dan berusaha membantu mengamankan situasi hingga pada akhirnya situasi menjadi kembali terkendali di Pentagon.

Pasca peristiwa 9/11 inilah Pemerintahan Presiden George W. Bush kembali melancarkan peperangan guna menangkap dan memburu dalang dari peristiwa 9/11 ini. Rumsfeld beserta Chairman of the Joint Chiefs of Staff atau Kepala Staff Gabungan Militer Jenderal Richard B. Myers berkoordinasi mengenai lokasi kemungkinan tempat para gembong terorisme dilatih dan diberi tempat persembunyiaan. Rumsfeld dan Myers setuju bahwa jaringan terorisme Al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden adalah dalang dari peristiwa 9/11 dan mereka sedang bersembunyi di Afghanistan yang masih berada di bawah pemerintahan organisasi ekstremis anti Amerika dan Negara-Negara Barat, Taliban. Rumsfeld pun mengusulkan kepada Presiden Bush untuk melakukan penyerbuan militer ke Afghanistan guna memburu Al-Qaeda dan Presiden Bush pun setuju dan perang melawan terorisme pun dimulai, dengan diserbunya Afghanistan.

Donald Rumsfeld beserta Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Paul Bremer di White House | Sumber Gambar: defense.gov
Donald Rumsfeld beserta Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Paul Bremer di White House | Sumber Gambar: defense.gov

Tidak lama kemudian setelah Afghanistan mulai diserbu oleh Amerika Serikat pasca serangan 9/11, pemerintahan Taliban pun berhasil digulingkan pada Desember tahun 2001. Para simpatisan Taliban banyak yang melarikan diri, namun sayangnya pimpinan dari Al-Qaeda, Osama, tidak berhasil ditangkap dan sudah terlebih dahulu melarikan diri. Tetapi menurut Rumsfeld setidaknya digulingkannya Taliban yang menyebabkan Al-Qaeda kehilangan tempat perlindungan yang dijadikan basis operasional, dapat mencegah serangan-serangan terorisme yang akan datang.


Operasi militer di Afghanistan di bawah komando Rumsfeld dan Jenderal Myers terbilang cukup berhasil dan dapat memukul balik para organisasi-organisasi gembong teroris dari basis operasionalnya. Lantas dua tahun pasca keberhasilan invasi di Afghanistan, yaitu pada tahun 2003, terdengar pula desas desus bahwa Iraq dan pemimpinnya Saddam Hussein yang pada saat itu sudah menjadi salah satu musuh nomor satu Amerika Serikat, juga turut berpartisipasi memberi tempat perlindungan pada organisasi terorisme. Menurut Rumsfeld dalam buku autobiography-nya “Known and Unknown” hal itu semakin diperkuat dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Hussein paca peristiwa 9/11 yang seakan justru senang akan terjadinya peristiwa 9/11. Tetapi ironisnya, Hussein sendiri juga merasa takut dengan tumbangnya rezim Taliban di Afghanistan pasca invasi Amerika Serikat dan merasa khawatir jika Iraq dan pemerintahannya lah yang akan menjadi sasaran berikutnya.

Tidak lama kemudian muncul-lah isu bahwa Iraq juga sedang mengembangkan senjata pemusnah masal dan konon akan dijual kepada para organisasi terorisme guna melancarkan aksi-aksi mereka selanjutnya. Rumsfeld pun pada akhirnya mengusulkan kepada Presiden George W. Bush untuk menginvasi Iraq dan menumbangkan rezim Saddam Hussein. Bush pun pada akhirnya menyetujui gagasan untuk menginvasi Iraq ini. Pada Bulan Maret tahun 2003, pasukan Amerika Serikat dan koalisi pun pada akhirnya melancarkan invasi ke Iraq dan berhasil menumbangkan rezim Saddam Hussein yang pada akhrinya berhasil ditangkap pada Desember 2003. Tumbangnya rezim Saddam Hussein memang disambut dengan sorak sorai oleh para rakyat Iraq yang selama bertahun-tahun menderita di bawah terror rezim Saddam Hussein, bahkan rakyat Iraq beserta pasukan Amerika Serikat juga turut berpartisipasi dalam menumbangkan patung Saddam Hussein di taman Firdos.

Donald Rumsfeld bersama Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Wapres Dick Cheney | Sumber Gambar: Getty Image
Donald Rumsfeld bersama Presiden George W. Bush dan Jenderal Richard Myers dan Wapres Dick Cheney | Sumber Gambar: Getty Image

Tetapi sayangnya dugaan bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah masal sepertinya salah, karena pada akhrinya tidak ditemukanlah indikasi jika Iraq memiliki senajata pemusnah masal. Hal ini pada akhirnya membuat perang di Iraq semakin tidak populer dan desakan agar perang di Iraq segera dihentikan pun terus menguat dan membuat posisi Rumsfeld sebagai menteri Pertahanan pun semakin terhimpit. Banyak pihak yang mengatakan bahwa perang di Iraq sudah cukup sampai pada titik Saddam Hussein digulingkan dan herus segera dihentikan. Tetapi hal tersebut tidak terlalu menggoyang elektabilitas Presiden George W. Bush dan Bush pun terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 2004. Tetapi dua tahun setelah Bush terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Rumsfeld justru memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisinya sebagai Menteri Pertahanan pada Desember tahun 2006. Rumsfeld memilih untuk pensiun setelah berkarir lama di pemerintahan dan posisinya sebagai Menteri Pertahanan digantikan oleh Robert Gates yang juga pernah menjabat sebagai Direktur C.I.A. pada masa pemerintahan Presiden George Bush, Sr., pada tahun 1991.

Setelah pensiun, Rumsfeld beserta istrinya Joyce yang sudah bersama sejak tahun 1954 memutuskan untuk menetap di daerah pedesaan di New Mexico. Pada 29 Juni Tahun 2022, Donald Henry Rumsfeld harus menghembuskan nafas untuk yang terakhir kalinya setelah mengidap penyakit kanker myeloma pada usia 88 tahun, dua belas hari sebelum ulang tahunnya yang ke-89 tahun.

Donald Rumsfeld memang dikenal sebagai salah satu politikus yang sangat skilful, cerdas dan lihai dalam perpolitikan di Washington. Kemampuan dan Kepandaianya dalam berpolitik dan mengatur strategi lah yang pada akhirnya membuat ia dipercaya oleh beberapa Presiden Amerika Serikat, bahkan membuatnya beberapa kali menduduki posisi paling bergengsi dalam kancah perpolitikan Amerika Serikat.


Sumber: 

Rumsfeld, Donald (February 8, 2011). Known and Unknown: A Memoir. Sentinel; 1st edition. ISBN 978-1595230676. 

Graham, Bradley (June 22, 2009). By His Own Rules : The Ambitions, Successes, and Ultimate Failures of Donald Rumsfeld. PublicAffairs. ISBN: 978-1586484217

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun