Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Membaca Krisis Ukraina dari Beberapa Poin Permasalahan

11 Maret 2022   16:07 Diperbarui: 12 Maret 2022   17:45 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Uni Soviet ketika diturunkan untuk terakhir kalinya dari Kremlin dan digantikan bendera Russia, Desember 1991 | Sumber Gambar: spiegel.de

Tetapi kembali ke konflik Ukraine, dalam hal ini tujuan utama dari Russia tidak lain hanyalah untuk menguasai Ukraine semata, dikarenakan Russia yang memiliki kepentingan besar untuk menguasai Ukraine. Pada sisi lain Russia tidak memiliki minat untuk menguasai negara-negara Eropa lainnya dan tidak ada indikasi akan melancarkan serangan ke negara lainnya setelah invasinya terhadap Ukraine. Tujuan utama Russia dalam menginvasi Ukraine hanya untuk mengkokohkan pengaruhnya di Ukraine.

Sama halnya dengan China. Seperti diketahui setelah kubu Komunis di bawah kepemimpinan Mao Zedong berhasil menguasai mainland China dan memproklamasikan Republik Rakyat China (RRC) pada 1 Oktober 1949, kubu nasionalis di bawah kepemimpinan Jenderal Chiang Kai-Shek pada akhirnya melarikan diri ke Pulau Formosa dan mendirikan Republik China atau yang biasa dikenal sebagai Taiwan. 

Konflik antara RRC dan Taiwan terus berlanjut dari tahun 1949 hingga hari ini, hal ini disebabkan oleh ambisi kedua negara baik RRC maupun Taiwan untuk menyatukan China di bawah pengaruh masing-masing. Taiwan ingin menyatukan China di bawah pengaruh pemerintahan Demokrasi mereka, sedangkan RRC ingin menyatukan China di bawah pengaruh pemerintahan Komunis mereka.

Kebijakan inilah yang juga disebut sebagai “One China Policy.” Namun RRC tidak memiliki ambisi lain selain mencaplok kembali Pulau Formosa dan menyatukan China. RRC tidak ada ambisi untuk menguasai negara-negara lain di Asia dan tidak ada indikasi untuk melancarkan aksi ke negara lainnya.

Pada sisi lainnya, ketika masa-masa awal dari Perang Dunia Kedua dan juga sebelum Perang Dunia Kedua, penjajahan dan kolonialisme masih banyak terjadi. Seperti diketahui beberapa Negara baik di benua Asia maupun benua Eropa masih berada di bawah jajahan negara-negara seperti negara Eropa, seperti contoh Malaya masih berada di bawah jajahan Inggris, Indonesia masih berada di bawah jajahan Inggris, Kongo masih berada di bawah jajahan belgia dan masih banyak lagi. Hal ini lah yang sebenarnya juga memicu ambisi negara-negara lainnya untuk mengekspansi wilayah jajahannya dan bisa disebut sebagai penyebab utama dari Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua.

Maka dari itu dapat dikatakan kecil kemungkinan jika invasi di Ukraine ini nantinya akan memicu Perang Dunia Ketiga, karena dapat dikatakan jika Russia tidak memiliki ambisi untuk mengokupasi negara-negara lainnya selain Ukraine, juga sama halnya dengan RRC.

Konklusi

Tentara Ukraina setelah pertempuran dengan tentara Russia di ibukota Ukraine, Kiev, pada 26 Februari 2022 | Sumber Gambar: pionline.com
Tentara Ukraina setelah pertempuran dengan tentara Russia di ibukota Ukraine, Kiev, pada 26 Februari 2022 | Sumber Gambar: pionline.com

Konflik di Ukraine memang masih berjalan hingga hari ini pada 11 Maret, 2022 dan sampai sekarang memang masih belum ada titik terang dari permasalahan ini. Hal ini disebabkan karena Russia masih terus gencar untuk dapat kembali menguasai Ukraine.

Russia memang kehilangan pengaruhnya yang sangat besar di Ukraine setelah Presiden Ukraine Viktor Yanukovych yang merupakan sekutu terdekat dan terkuat Russia lengser dari Kursi Kepresidenan Ukraine pada awal tahun 2014.

Russia di bawah rezim Vladimir Putin terus berusaha sebisa mungkin untuk mengembalikan Ukraine kepada pengaruh Russia. Misi utama Vladimir Putin tidak lain adalah menempatkan kembali Presiden puppet atau boneka yang dapat tunduk kepada kebijakan-kebijakan Russia di bawah rezim Vladimir Putin dan menggulingkan Presiden Volodymyr Zelenskyy dari kursi Kepresidenan Ukraine. Bahkan mungkin menempatkan kembali Viktor Yanukovych sebagai Presiden Ukraine.

Selain itu Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat lainnya juga terus berupaya untuk menghentikan Konflik di Ukraine ini dan membendung niat Russia untuk kembali menguasai Ukraine. Sanksi demi sanksi baik dari segi perekonomian maupun perdagangan terus dijatuhkan terhadap Russia agar Russia mau segera menghentikan invasinya terhadap Ukraine dan memberi kebebasan kepada rakyat Ukraine untuk menentukan nasib negara mereka sendiri tanpa campur tangan dari Russia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun