Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gerald Ford: Presiden Amerika Serikat yang Tidak Pernah Terpilih sebagai Presiden maupun Wakil Presiden

29 November 2021   11:37 Diperbarui: 11 April 2022   11:48 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Ford bersama Donald Rumsfeld ketika diambil sumpahnya sebagai Menteri Pertahanan di The Pentagon, November 1975 | Sumber Gambar: Ford Library

Hari itu adalah tanggal 7 bulan Agustus tahun 1974, mungkin hari itu merupkan hari yang sangat mengejutkan bagi sebagian besar orang Amerika Serikat dan bahkan juga di seluruh dunia. Bagaimana tidak, karena pada hari itu Presiden Amerika Serikat Richard Milhous Nixon mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat setelah hampir satu tahun lebih diterpa oleh skandal yang dikenal sebagai "Watergate Scandal" di mana pembantu dan orang terdekat Nixon tertangkap basah berusaha memasang penyadap di kantor Komite Nasional Partai Demokrat di kompleks perkantoran Watergate. 

Skandal inilah yang pada akhirnya menggoyang pemerintahan Nixon dan membuatnya tidak ada pilihan lain selain mengundurkan diri atau menghadapi pemakzulan dari Kongress yang mana pada saat itu dikuasai Partai Demokrat, yang merupakan partai oposisi Presiden Nixon yang mana Nixon berasal dari Partai Republik.

Mundurnya Nixon dari kursi kepresidenan Amerika Serikat secara otomatis membawa sang Wakil Presiden Gerald Ford yang belum genap satu tahun menduduki kursi Wakil Presiden Amerika Serikat menjadi Presiden Amerika Serikat tepat setelah Nixon mengundurkan diri dari Kursi Kepresidenan Amerika Serikat pada 9 Agustus 1974. 

Namun Presiden dan juga Wakil Presiden Amerika Serikat satu ini memiliki sisi unik yang tidak banyak diketahui orang. Ford dapat dikatakan merupakan Wakil Presiden Amerika Serikat pertama yang baik naik ke kursi Wakil Presiden maupun Kepresidenan, bukan karena dipilih oleh rakyat Amerika Serikat pada pemilu. 

Ford ditunjuk oleh Presiden Nixon untuk menjadi Wapresnya pada tahun 1973, dikarenakan Wakil Presiden Nixon pada saat itu Spiro T. Agnew harus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Wakil Presiden dikarenakan ia tersandung kasus penyuapan dan penggelapan pajak. Lantas setahun kemudian pada tahun 1974, ketika giliran Nixon yang harus mengundurkan diri dari Kursi Kepresidenan Amerika Serikat, maka secara otomatis naik-lah Ford ke Kursi Kepresidenan Amerika Serikat. 

Lantas siapakah dia, Gerald Ford? Dan bagaimana perjalanan Karir Ford sehingga ia dapat menjadi Presiden maupun Wakil Presiden Amerika Serikat tanpa harus pernah terpilih oleh rakyat Amerika Serikat pada ajang pemilu? Dan bagaimana pula peran kedua orang dalam membawa karir Ford menuju jenjang karir yang lebih tinggi?


Kehidupan Awal

Gerald Ford muda ketika masa dinas di Angkatan Laut Amerika Serikat pada saat Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: Ford Library
Gerald Ford muda ketika masa dinas di Angkatan Laut Amerika Serikat pada saat Perang Dunia Kedua | Sumber Gambar: Ford Library

Gerald Rudolph Ford Jr. terlahir dengan nama Leslie Lynch King Jr. pada 14 Juli tahun 1913 di Omaha, Nebraska, oleh pasangan Leslie Lynch King Sr. dan Dorothy Gardner. Bapak-nya yang merupakan pedagang kain wol, merupakan seorang pecandu alkohol yang kerap berperilaku kasar terhadap sang istri, alhasil sang ibu beserta Ford yang baru saja berusia enam belas hari pun meninggalkan sang bapak karena tidak tahannya Dorothy dengan kelakuan Leslie. Sang Ibu Dorothy memutuskan untuk pindah tinggal sementara dengan orangtuanya sebelum akhirnya bertemu dan menikah dengan Gerald Rudolff Ford dua tahun kemudian dan mengubah nama sang anak dengan nama suami barunya.

Setelah lulus dari sekolah menengah atas Ford melanjutkan pendidikannya di Universitas Michigan, mengambil studi perekonomian dan lulus pada tahun 1935. Pada tahun 1938 Ford melanjutkan studi paska-sarjananya di Universitas Yale dan mengambil studi Hukum dan lulus di peringatkat ketiga dari atas di kelasnya pada tahun 1941 dan tidak lama kemudian lulus ujian praktik sebagai seorang pengacara. Namun dikarenakan serangan Jepang terhadap pangkalan Pearl Harbor pada 7 Desember 1941 dan masuknya keterlibatan Amerika dalam Perang Dunia kedua, Ford pun pada akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Angkatan Laut Amerika Serikat pada April 1942. Selama Perang Dunia Kedua Ford bertugas di Kapal Induk USS Monterey sebagai asisten navigator. Seusai Perang Dunia Kedua dan setelah selesai dinas di Angkatan Laut Amerika Serikat, Ford kembali Grand Rapids, Michigan dan mulai aktif di kegiatan Politik lokal dan juga mulai aktif di Partai Republik.


Awal Karir Politik

Pamfelt Kampanye Gerald Ford, ketika Ford maju sebagai Anggota Kongress untuk distrik ke-5 Michigan | Sumber Gambar: Ford Library
Pamfelt Kampanye Gerald Ford, ketika Ford maju sebagai Anggota Kongress untuk distrik ke-5 Michigan | Sumber Gambar: Ford Library

Pada tahun 1948 beberapa rekan Ford di Partai Republik mendesak Ford untuk maju pada pemilihan Kongress untuk distrik ke-5 Michigan melawan anggota Kongress distrik ke-5 Michigan petahan Bartel J. Jonkman. 

Ford yang pada awalnya ragu dan enggan untuk maju dalam ajang pemilihan anggota kongress, pada akhirnya memutuskan untuk maju menantang Jonkman pada pemilu tahun 1948, di mana distrik ke-5 Michigan menjadi salah satu wilayah yang juga mengadakan pemilihan untuk anggota kongress.

 Ford yang awalnya ragu dan enggan untuk maju pada pemilihan anggota kongress karena usianya yang masih belia, yakni 35 tahun dibandingkan lawannya Jonkman yang sudah sangat senior, pada akhirnya memenangkan kursi anggota kongress untuk distrik ke-5 Michigan pada pemilu tahun 1948 dan mulai menjabat sebagai anggota kongress perwakilan distrik ke-5 Michingan pada Januari 1949.

Pada saat menjabat sebagai Anggota Kongress, Ford sangat aktif dalam mendukung undang-undang hak sipil dan mendukung pengesahan undang-undang hak sipil tahun 1957, 1960 dan 1964. Ford juga mendukung undang-undang hak pemilu untuk seluruh tahun 1965, yang menghapus pelarangan dan diskriminatif dalam pemilihan umum. Pada November 1963 Ford juga ditunjuk oleh Presiden Lyndon Baines Johnson untuk menjadi anggota "Warren Commission" yaitu sebuah komisi yang dibentuk untuk menyelidiki pembunuhan Presiden Amerika Serikat ke-35 John F. Kennedy, yang tewas terbunuh oleh penembak jitu Lee Harvey Oswald pada 22 November 1963 pada saat berkunjung ke kota Dallas, Texas. Tugas Ford pada Komisi Warren adalah untuk mempersiapkan dan mencari informasi lebih dalam mengenai sang penembak jitu yang menewaskan President Kennedy, Lee Harvey Oswald yang juga tewas ditembak dua hari setelah ia membunuh Kennedy di tangan seorang pengusaha klub malam Jack Ruby. Ford bahkan menemui dan mewawancarai Ruby di penjara tempat Ruby ditahan.

Gerald Ford bersama sesama Anggota Kongress, Donald Rumsfeld, dari Distrik ke-13 Illinois | Sumber Gambar: Ford Library
Gerald Ford bersama sesama Anggota Kongress, Donald Rumsfeld, dari Distrik ke-13 Illinois | Sumber Gambar: Ford Library

Pada tahun 1964 pemilihan umum kembali diadakan di Amerika Serikat. Sayang-nya pemilu kali ini membawa hasil yang sangat tidak baik untuk Partai Republik. Tidak hanya kandidat Presiden dari Partai Republik Barry Goldwater kalah oleh Presiden Petahana Lyndon B. Johnson yang merupakan Wakil Presiden Kennedy dan menggantikan Kennedy sebagai Presiden setelah Kennedy tewas. Partai Republik juga kehilangan banyak kursi di Kongress, yakni kehilangan 36 kursi di Kongress dan alih-alih berusaha merebut posisi mayoritas di Senat AS, Partai Republik malah kehilangan dua kursi di Senat. Akibatnya membuat posisi Partai Republik justru terpuruk, sehingga menyebabkan beberapa anggota kongress Partai Republik mengusulkan agar ada perubahaan kepemimpinan di kubu Partai Republik terutama di Kongress untuk mengganti pemimpin kubu Partai Republik di Kongress, Charles A. Halleck. Beberapa anggota kongress ini membentuk kelompok yang nantinya disebut sebagai "The Young Turks" karena terdiri dari anggota-anggota kongress Partai Republik yang masih tergolong muda dan bertugas mencari kandidat untuk menjadi pemimpin baru kubu Partai Republik. Salah satu anggota dari "The Young Turks" ini adalah Donald Rumsfeld yang merupakan anggota kongress Partai Republik dari distrik ke-13 negara bagian Illinois. Rumsfeld juga merupakan salah satu anggota kongress yang mengusulkan dan mendorong Gerald Ford untuk maju sebagai kandidat untuk kursi kepemimpinan kubu Partai Republik di Kongress AS, dengan alasan bahwa Ford dapat menyeimbangkan posisi Partai Republik dengan beberapa kebijakan-kebijakan hak sipil untuk kaum minoritas yang mana pada waktu itu menjadi alasan yang sangat penting, mengingat Ford dan juga Rumsfeld adalah pendukung undang-undang Hak Sipil untuk kaum minoritas.

Atas dorongan Rumsfeld, Ford pada akhirnya setuju untuk maju sebagai kandidat dalam pemilihan pimpinan kubu partai Republik di Kongress. Ford pada akhirnya terpilih sebagai pimpinan kubu partai Republik di Kongress pada tahun 1965, berkat dorongan dari para "The Young Turks" terutama Donald Rumsfeld yang pada akhirnya menjalin hubungan dekat dengan Ford selama di Kongress. Rumsfeld pula-lah yang melobi para anggota kongress dari kubu Partai Republik untuk memilih Ford sebagai pimpinan Republik di Kongress.


Wakil Presiden Amerika Serikat 

Ford bersama Presiden Richard Nixon dan Henry Kissinger dan Alexander Haig, di Ruang oval White House | Sumber Gambar: Naragetarchive
Ford bersama Presiden Richard Nixon dan Henry Kissinger dan Alexander Haig, di Ruang oval White House | Sumber Gambar: Naragetarchive

Memasuki tahun 1973, di mana merupakan masa-masa tersulit bagi Partai Republik dan Presiden Amerika Serikat yang juga berasal dari Partai Republik, Richard Nixon. Walaupun Nixon telah memenangi Pemilihan Presiden pada tahun 1972, namun sayangnya pemerintahan Nixon digoyang oleh suatu skandal yang terkenal dengan sebutan "Watergate Scandal," di mana beberapa orang terdekat Nixon tertangkap basah pada saat akan memasang penyadap di Markas Komite Nasional Partai Demokrat yang terletak di kompleks perkantoran Watergate. Tidak hanya itu, Wakil Presiden Nixon yaitu Spiro Agnew juga terpaksa harus mengundurkan diri karena terlibat kasus penggelapan pajak dan mengakui tindakannya tersebut, sehingga menyebabkan kekosongan pada kursi Wakil Kepresidenan. Alhasil kursi Wakil Kepresidenan Nixon yang telah kosong-pun mau tidak mau harus segera diisi, apalagi mengingat jika tidak segera diisi dan kursi Kepresidenan Nixon yang terus tergoyang oleh Skandal Watergate dan pada akhirnya mengharuskan Nixon untuk mundur dari kursi Kepresidenan, jika kursi Wakil Presiden masih kosong maka secara otomatis menurut konstitusi Amerika Serikat maka yang akan naik menjadi Presiden adalah ketua Kongress Amerika Serikat atau yang biasa dikenal sebagai "Speaker of the House of Representatives." Namun jika hal itu terjadi maka yang menjadi Presiden bukan-lah orang dari partai yang sama dengan Nixon, karena ketua Kongress AS pada waktu itu Carl Albert berasal dari Partai oposisi Nixon yaitu Partai Demokrat yang mana pada waktu itu menguasai mayoritas kursi di Kongress AS.

Situasi tersebut menyebabkan Nixon beserta para kroni-kroninya dari Partai Republik pun mau tidak mau harus segera mencari kandidat untuk mengisi kekosangan kursi Wakil Presiden pasca pengunduran diri Agnew dari kursi Wapres. Apalagi desas desus pemakzulan Nixon pun juga sudah mulai terdengar baik di Kongress maupun Senate AS. Pada awalnya Nixon ingin menunjuk mantan Gubernur Texas dan Menteri Keuangan John Connally untuk mengisi kekosongan kursi Wapres, namun banyak penasehat-penasehat Nixon yang tidak setuju untuk memilih Conally dikarenakan Partai Demokrat yang melihat Conally sebagai kandidat kuat pada pemilihan Presiden yang akan datang pada tahun 1976 dan akan menemui kerumitan bagi Conally untuk mendapatkan konfirmasi sebagai Wapres baik di Kongress maupun Senate AS yang mana pada waktu itu dikuasai oleh Partai Demokrat. Atas beberapa pertimbangan dari beberapa elit Partai Republik dan juga para Penasehat Nixon, Nixon pada akhirnya setuju untuk memilih Gerald Ford yang pada waktu itu masih menjabat sebagai ketua kubu partai Republik di Kongress untuk menggantikan Agnew sebagai Wakil Presiden. Ford pun pada akhirnya setuju untuk mengisi kekosongan kursi Wakil Presiden dan menggantikan Spiro Agnew sebagai Wapres Amerika Serikat. Padahal menjadi Wakil Presiden tidak pernah terpikirkan oleh Ford apalagi menjadi Presiden, harapan Ford adalah hanya untuk menjadi Speaker of the House of Representative yang mana merupakan pangkat tertinggi di Kongress AS sebelum mengakhiri karir politiknya dan pensiun.

Gerald Ford ketika diambil sumpahnya menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat oleh Ketua Hakim Agung Warren E. Burger | Sumber Gambar: scoopnest.com
Gerald Ford ketika diambil sumpahnya menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat oleh Ketua Hakim Agung Warren E. Burger | Sumber Gambar: scoopnest.com

Pada Desember 1973, setelah 7 minggu kekosongan kursi Wakil Presiden Amerika Serikat, nominasi Ford-pun disetujui oleh Senate dan Kongress AS dan Ford pun dilantik menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat yang ke-40 pada 6 Desember 1973. Uniknya adalah Ford menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat pertama yang menduduki kursi Wakil Presiden bukan karena terpilih bersama Presiden pada ajang pemilihan Presiden dan menjadi Wakil Presiden dikarenakan adanya kekosongan pada kursi Wakil Presiden secara mendadak.

Namun malang bagi Presiden Nixon, karena pada saat kursi Wakil Kepresidenan pada akhirnya terisi, Skandal Watergate yang terus menghantui Kepresidenan Nixon mencapai puncaknya pada akhir tahun 1973 dan awal tahun 1974. Pada suatu momen tertentu, kepala-staff Kepresidenan Nixon yaitu Jenderal Alexander Haig juga memberitahu Ford yang pada waktu itu sedang bersiap-siap untuk pindah ke kediaman Wakil Presiden untuk tidak usah terlalu tergesa-gesa untuk pindah ke kediaman Wakil Presiden di Number One Observatory Circle, dikarenakan telah ditemukan bukti rekaman baru dalam kasus skandal Watergate dan hal ini akan menyebabkan kepresidenan Nixon tidak dapat lagi terselamatkan dan mengharuskan Nixon untuk mundur dan secara otomatis Ford akan segera naik menjadi Presiden.

Dugaan Jenderal Haig pun ternyata benar, karena pada 5 Agustus 1974 tepat sembilan bulan setelah Ford menjabat sebagai Wakil Presiden, bukti rekaman baru dari skandal Watergate pun ditemukan dan rekaman itu tidak salah, memperkuat dugaan keterlibatan Nixon dan orang-orang terdekatnya pada skandal Watergate. Memang sebelum ditemukannya rekaman tersebut banyak orang-orang terdekat Nixon yang sudah menyarankan agar Nixon sebaiknya mundur dari kursi kepresidenan termasuk Jenderal Alexander Haig sendiri, mengingat kursi wakil kepresidenan sudah terisi oleh Ford. Hal tersebut dikarenakan, Kongress AS sudah mulai mendiskusikan mengenai rencana untuk memulai impeachment atau pemakzulan Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat, dan dengan ditemukannya rekaman yang terkenal sebagai rekaman "23 Juni 1972" atau "Smoking Gun Tape" tidak salah lagi bahwa langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Kongress yang dikuasi oleh Partai Demokrat adalah untuk memulai pemakzulan Richard Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat.

Ford bersama Richard Nixon dan istri Ford, Betty, dan istri Nixon, Pat, pasca pengunduran diri Nixon sebagai Presiden | Sumber Gambar: History.com
Ford bersama Richard Nixon dan istri Ford, Betty, dan istri Nixon, Pat, pasca pengunduran diri Nixon sebagai Presiden | Sumber Gambar: History.com

Posisi Nixon sebagai Presiden-pun semakin terhempit dan berada diambang pemakzulan. Namun di sisi lain Haig selaku Kepala Staff Kepresidenan Nixon pada akhirnya menemukan solusi guna menyelamatkan Nixon dari pemakzulan, Haig menyarankan agar Nixon sebaiknya mundur dari kursi kepresidenan Amerika sebelum Kongress memulai mengajukan pemakzulan Nixon. Alhasil jika Nixon mundur, Ford selaku Wakil Presiden Nixon akan naik ke kursi kepresidenan AS dan Haig juga memberitahu Nixon bahwa ada kemungkinan kuat bahwa jika Ford menjadi Presiden setelah Nixon mundur, maka Ford akan memberi pengampunan kepada Nixon.

Nixon yang sudah tidak lagi mempunyai pilihan dan sedang berada diambang pemakzulan dari kursi kepresidenan, pada akhirnya menyetujui saran Haig untuk mundur dari kursi Kepresidenan Amerika Serikat. 

Namun dikemudian hari Haig terus membantah jika Haig berkong-kalikong dengan Ford dan Nixon untuk membuat suatu persetujuan terselubung, di mana bagian dari perjanjian tersebut adalah jika Nixon setuju untuk mengundurkan diri dari Kursi Kepresidenan AS dan Ford naik menjadi Presiden, maka bagian dari perjanjian tersebut adalah Ford akan memberi Presidential Pardon atau pengampunan kepada Nixon yang menyebabkan seluruh keterlibatan Nixon dalam skandal Watergate akan ditutup dan Nixon dibebaskan dari seluruh dakwaan yang mungkin akan menjeratnya.


Presiden Amerika Serikat

Gerald Ford ketika diambil sumpahnya sebagai Presiden Amerika Serikat  pada 9 Agustus 1974 : Sumber Gambar: Ford Library
Gerald Ford ketika diambil sumpahnya sebagai Presiden Amerika Serikat  pada 9 Agustus 1974 : Sumber Gambar: Ford Library

Pada 8 Agustus tahun 1974, Richard Nixon secara resmi mengumumkan bahwa dirinya akan mundur dari kursi kepresidenan AS dan pada siang hari berikutnya 9 Agustus 1974, Nixon resmi mundur dari kursi kepresidenan Amerika Serikat dan menjadi Presiden Amerika pertama dalam sejarah yang mundur dari kursi keprsidenan. Tidak lama setelah Nixon mundur sebagai Presiden Amerika Serikat, Ford pun dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat dan secara resmi menggantikan Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-38. Haig disebut-sebut banyak memiliki peran dalam membawa Ford ke kursi kepresidenan Amerika Serikat, salah satunya perannya dalam membujuk Nixon agar mundur dari kursi kepresidenan Amerika Serikat sebelum dimakzulkan.

Jenderal Alexander Haig dan Donald Rumsfeld, dua figur yang memiliki peran penting dalam  karir politik Ford | Sumber Gambar: Getty Images
Jenderal Alexander Haig dan Donald Rumsfeld, dua figur yang memiliki peran penting dalam  karir politik Ford | Sumber Gambar: Getty Images

Ketika Ford menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Rumsfeld orang yang telah berjasa dalam membawa Ford pada kursi kepemimpinan partai Republik di Kongress AS, dan yang pada waktu masa Kepresidenan Nixon ditunjuk Nixon untuk menjadi duta besar Amerika Serikat untuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization pada akhirnya dipanggil kembali oleh Ford ke Amerika Serikat guna membantu Ford dalam masa transisi kepresidenan dari Nixon ke Ford. 

Banyak yang menduga bahwa Rumsfeld memang sengaja ditugaskan oleh Nixon menjadi Duta Besar guna menyingkirkan Rumsfeld yang pada waktu masa Kepresidenan Nixon banyak berselisih dengan orang-orang terdekat Nixon ketika Rumsfeld bekerja sebagai penasihat Nixon. Ketika Ford menjadi Presiden, orang pertama yang Ford ingin-kan untuk menjadi penasihatnya tidak lain adalah Rumsfeld sendiri yang mana sudah banyak berjasa kepada Ford semasa Ford masih menjadi Angota Kongress.

Presiden Ford bersama Donald Rumsfeld yang ditunjuk sebagai Kepala Staff Ford dan Richard Cheney sebgai Deputy Rumsfeld | Sumber Gambar: Ford Library
Presiden Ford bersama Donald Rumsfeld yang ditunjuk sebagai Kepala Staff Ford dan Richard Cheney sebgai Deputy Rumsfeld | Sumber Gambar: Ford Library

Tentu saja tidak lama setelah Ford menjadi Presiden, Ford menunjuk Rumsfeld sebagai ketua transisi kepresidenan Ford. Sebulan setelah Ford menjadi Presiden Amerika Serikat, pada September 1974 Ford menunjuk Rumsfeld untuk menjadi Kepala Staff Kepresidenan Ford atau White House Chief of Staff, menggantikan Jenderal Alexander Haig yang Ford tunjuk untuk menjabat sebagai Panglima pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau Supreme Allied Commander Europe. Rumsfeld juga membawa anak didiknya yang dulu bekerja bersama Rumsfeld ketika Rumsfeld masih menjadi anggota Kongress, yaitu Richard Bruce Cheney atau yang biasa dikenal sebagai Dick Cheney untuk menjadi Deputi Rumsfeld pada saat Rumsfeld menjabat sebagai Kepala Staff Kepresidenan Ford. Lantas tidak lama pula setelah Ford menjabat sebagai Presiden, yakni sebulan setelah menjabat sebagai Presiden, Ford pada akhirnya memberi Presidential Pardon atau Pengampunan kepada mantan Presiden Richard Nixon dan dengan begitu-pun Nixon dibebas dakwakan dari seluruh tuntutan yang kelak akan menjeratnya atas keterlibatannya pada Skandal Watergate. Ford pun mengaku bahwa pengampunan Nixon itu adalah inisitafnya sendiri dan tidak atas desakan atau dorongan dari siapapun termasuk Jenderal Alexander Haig yang berperan besar dalam mebujuk Nixon untuk mundur dari kursi kepresidenan AS.

Presiden Gerald Ford pada saat rapat Kabinet pertamanya sebagai Presiden, pada 11 Agustus, 1974 | Sumber Gambar: Naragetarchive
Presiden Gerald Ford pada saat rapat Kabinet pertamanya sebagai Presiden, pada 11 Agustus, 1974 | Sumber Gambar: Naragetarchive

Pada masa Kepresidenan Ford, Ford banyak pula dihadapkan oleh masalah-masalah penting baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Ford ketika menjadi Presiden adalah evakuasi besar-besaran warga Amerika dari Vietnam Selatan pada April 1975, di mana pada waktu itu pasukan Vietnam Utara telah mendekati ibukota Vietnam Selatan Saigon. Pada 30 April 1975, Ibukota Vietnam Selatan Saigon pun pada akhirnya jatuh ke tangan pasukan Vietnam Utara dan Perang Vietnam pun pada akhirnya selesai. Tidak hanya itu, Ford juga dihadapkan pada negosiasi dengan Uni Soviet yang dikenal sebagai Dtente yang bertujuan untuk menghentikan perang senjata dan juga perundingan untuk mengurangi senjata-senjata nuklir pada negosiasi yang dikenal sebagai Strategic Arms Limitations Talks. Ford juga memberi dukungan pada Indonesia dalam operasi Indonesia di Timor Timur dan juga menjadi Presiden Amerika Serikat kedua yang mengunjungi Indonesia pada Desember 1975.

Pada akhir tahun 1975 Ford juga melakukan reshuffle pada kabinetnya, di mana beberapa menteri dan pejabat dari era-nixon diganti oleh Ford, seperti Henry Kissinger yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri namun juga merangkap sebagai Penasihat Keamanan Nasional, digantikan posisi rangkapannya sebagai Penasihat Keamanan Nasional dengan Letnan Jenderal Brent Scowcroft dan juga George H.W. Bush yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Kantor Penghubung AS untuk Republik Rakyat Tiongkok ditunjuk menjadi Direktur CIA menggantika William Colby. 

Presiden Ford bersama Donald Rumsfeld ketika diambil sumpahnya sebagai Menteri Pertahanan di The Pentagon, November 1975 | Sumber Gambar: Ford Library
Presiden Ford bersama Donald Rumsfeld ketika diambil sumpahnya sebagai Menteri Pertahanan di The Pentagon, November 1975 | Sumber Gambar: Ford Library

Salah satu yang mendapat posisi baru dalam reshuffle tersebut tidak lain adalah Donald Rumsfeld, di mana Rumsfeld yang menjabat sebagai Kepala Staff Gedung Putih ditunjuk oleh Ford untuk menjabat sebagai Menteri Pertahanan menggantikan James Schlesinger. Banyak yang menduga bahwa Rumsfeld yang pada saat masa kepresidenan Nixon tidak begitu digemari oleh Nixon dan orang-orang sekitarnya, sekarang kembali berjaya ketika Ford menjadi Presiden, hal itu dikarenakan karena hubungan dekat Rumsfeld dan Ford semasa mereka masih menjadi anggota Kongress Amerika Serikat dan juga jasa Rumsfeld yang sudah membawa Ford ke posisi yang lebih tinggi ketika masih di Kongress, sehingga membuat Ford bisa naik baik menjadi Wakil Presiden maupun Presiden. Tetapi di sisi lain, Ford sendiri juga sering berselisih dengan James Schlesinger, yang posisinya sebagai Menteri Pertahanan Digantikan oleh Rumsfeld, akibat sifat Schlesinger yang sangat keras kepala.

Tetapi pada tahun 1976, Amerika Serikat kembali dihadapkan pada pemilihan Presiden dan karena Ford hanya menyelesaikan sisa masa jabatan kedua Nixon, Ford sekarang harus bertarung untuk memenangkan kursi kepresidenan Amerika Serikat pada ajang pemilu tahun 1976. Kali ini Ford berhadapan dengan salah satu kandidat terkuat dari Partai Demokrat yang merupakan mantan Gubernur Negara Bagian Georgia dan juga mantan petani Kacang, Jimmy Carter.

Presiden Gerald Ford bersama Presiden Amerika terpilih Jimmy Carter di Ruang Oval, White House pada Desember tahun 1976 | Sumber Gambar: Getty Images
Presiden Gerald Ford bersama Presiden Amerika terpilih Jimmy Carter di Ruang Oval, White House pada Desember tahun 1976 | Sumber Gambar: Getty Images

Sayangnya Skandal Watergate yang masih sangat membekas, membuat pamor Partai Republik kian meredup pada pemilu tahun 1976. Belum lagi dengan kontroversi seputar pengampunan Nixon oleh Ford. Alhasil Ford pun pada akhirnya kalah oleh Jimmy Carter pada pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 1976 dengan perbandingan suara 297 banding 240. 

Uniknya karena kalah pada pemilu tahun 1976, Ford selain menjadi Wakil Presiden yang tidak terpilih pada ajang Pemilu, kali ini Ford juga tercatat dalam sejarah sebagai Presiden Amerika Serikat yang tidak pernah terpilih pada ajang Pemilihan Presiden.


Pasca Kepresidenan 

Mantan Presiden Gerald Ford bersama Presiden Amerika Serikat George W. Bush dan istri Ford, Betty, pada April 2006 | Sumber Gambar: catalog.archives
Mantan Presiden Gerald Ford bersama Presiden Amerika Serikat George W. Bush dan istri Ford, Betty, pada April 2006 | Sumber Gambar: catalog.archives

Ford hanya ditunjuk untuk menggantikan Agnew sebagai Wakil Presiden bukan maju bersama kandidat calon Presiden pada ajang Pemilihan Presiden, setelah itu ia menggantikan Nixon yang harus mundur karena Skandal Watergate sebagai Presiden Amerika Serikat dan hanya menjabat menyelesaikan sisa masa jabatan periode kedua Nixon sebagai Presiden karena kalah pada pemilu tahun 1976. Namun karir Ford sebagai politikus hingga membawa-nya ke kursi Kepresidenan Amerika Serikat, mungkin bisa dikatakan tidak akan pernah bisa lepas dari peran dua orang yang memang membawa Ford hingga ia dapat menjadi Presiden Amerika Serikat, yaitu Donald Rumsfeld dan juga Jenderal Alexander Haig. 

Rumsfeld, atas jasanya dalam mendesak Ford untuk maju sebagai pemimpin kubu partai Republik di Kongress pada akhirnya lah yang membuat Ford sebagai politikus semakin santer di kalangan elit Partai Republik, sehingga membuat Nixon memilihnya menjadi Wakil Presiden ketika Agnew mundur sebagai Wapres pada tahun 1973. 

Sedangkan Jenderal Alexander Haig sendiri juga memiliki peran yang signifikan dalam membawa Ford ke kursi kepresidenan Amerika Serikat. Haig yang memang mengetahui bahwa sudah tidak mungkin bagi Nixon untuk selamat dari pemakzulan, pada akhirnya menenggarai agar Nixon mau secara legowo untuk mundur dari kursi Kepresidenan Amerika Serikat, tepat beberapa bulan setelah Ford menjadi Wakil Presiden. 

Haig pula-lah yang berhasil membujuk Nixon yang akhirnya mau menyerahkan kursi kepresidenannya kepada Ford, karena dirinya yang sudah tidak mungkin lagi untuk selamat dari ancaman pemakzulan oleh Kongress Amerika Serikat terutama karena ditemukannya bukti baru yang dapat membuktikan keterlibatan Nixon pada Skandal Watergate. 

Prosesi Pemakaman Mantan Presiden Gerald Ford di Katedral Nasional Washington, D.C., pada 2 Januari 2007 | Sumber Gambar: defenseimagery.mil
Prosesi Pemakaman Mantan Presiden Gerald Ford di Katedral Nasional Washington, D.C., pada 2 Januari 2007 | Sumber Gambar: defenseimagery.mil

Ford turun dari masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat pada 20 Januari 1977 dan setelah pensiun memilih tinggal di Rancho Mirage di Negara Bagian California. Setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden, Ford masih tetap aktif dalam beberapa kegiatan politik, seperti mendukung beberapa kandidat calon Presiden dari Partai Republik ketika Pemilu. 

Pada 26 Desember 2006, Gerald Rudolph Ford Jr. meninggal dunia pada usia 93 tahun.

Sumber:
1. Rumsfeld, Donald (February 8, 2011). Known and Unknown: A Memoir. Sentinel; 1st edition. ISBN 978-1595230676.

2. Haig, Alexander (September 1, 1992). Inner Circles: How America Changed the World : A Memoir. Grand Central Publishing. ISBN 978-0446515719

3. Rumsfeld, Donald (June 11, 2019). When the Center Held: Gerald Ford and the Rescue of the American Presidency. Free Press. ISBN 978-1501172946

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun