Mohon tunggu...
Hadi Putra
Hadi Putra Mohon Tunggu... -

Selalu membentang

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Jas Merah dan Lingkaran Setan Sepakbola Indonesia

21 Desember 2012   03:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:17 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Sadar bahwa mereka telah berkuasa lebih dari 8 tahun tanpa prestasi, maka mereka telah menyiapkan sekoci dan berbagai skenario penyelamatan untuk merebut kembali PSSI jika Revolusi PSSI berhasil menggulingkan mereka.

Pikiran nakal sebagian pecinta bola mengatakan bahwa posisi Djoko Driyono di Komite Normalisasi memegang peranan sangat penting untuk “menyelundupkan” orang-orang kepercayaan para politisi tersebut.

Para “penyelundup” tersebut diduga ditugaskan untuk “membajak” gerbong revolusi PSSI untuk selanjutnya bisa mereka kuasai kembali. Dan kini kita bisa melihat bersama, mereka telah berhasil membajak Revolusi PSSI, dengan strategi canggih yang mungkin telah mereka rancang dalam Kongres Bali.

Dan PSSI pun berkutat dengan masalah dualisme kompetisi yang diduga disebabkan oleh “pembangkangan” para “penyelundup”. Jadi masihkah kita akan membicarakan hasil kongres Bali? Dua pertanyaan besar yang hingga kini tidak mampu dijawab oleh Djoko Driyono adalah mengapa dia mengabaikan amanat FIFA untuk melakukan rekonsiliasi kompetis ISL dan IPL? Dan mengapa dia mengabaikan aturan AFC yang mengharuskan hanya klub-klub professsional murni (bebas APBD dan harus berbadan hukum) yang boleh berkompetisi di level-1 di masing-masing federasi.Bisakah Djoko Driyono menjawabnya.

Fakta tersebut menunjukkan sulit rasanya untuk mengatakan bahwa “mereka” bebas dari kepentingan politik dan politisasi. Fakta-fakta di atas menunjukkan cengkraman politik yang begitu kuat pada PSSI.

Ditambah lagi peran media “corong” milik politisi partai tertentu yang selalu mengagung-agungkan kompetisi ISL sebagai satu-satunya kompetisi bergengsi dan sarat prestasi dan mendiskreditkan kompetisi resmi di bawah PSSI. Penggiringan opini melalui media “corong” milik politisi partai tertentu tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Sungguh politisasi yang menghalalkan segala cara.

Kini pengurus PSSI di bawah kendali Prof. Djohar Arifin harus bersikap tegas dan katakan tidak pada politisasi sepakbola.

Pekerjaan yang sangat sulit memang, tapi saya yakin Prof Djohar Arifin bisa melakukannya dengan tetap fokus, kerja keras dan selalu menjalin komunikasi dan koordinasi dengan berbagai pihak demi kemajuan sepakbola naional, demi prestasi Timnas di pentas ASEAN, ASIA bahkan DUNIA.

Teruslah kumandangkan bahwa PSSI sekarang sedang bekerja mulai dari NOL. Terus katakan bahwa PSSI sekarang sedang melakukan rekonsiliasi sesuai amanat FIFA. Terus sampaikan kepada para suporter dan pecinta sepakbola nasional bahwa PSSI sekarang sedang merevolusi diri dan membongkar tembok penghambat prestasi yang ditanam oleh rezim masa lalu.

Semoga PSSI sekarang konsisten membersihkan dirinya dari para politisi dan para oportunis dalam tubuh PSSI. Dengan demikian, para pengurus segera bisa fokus bekerja untuk mewujudkan mimpi masyarakat Inddonesia, melihat sepakbola Indonesia yang maju, sepakbola Indonesia yang berprestasi.

Bagi para suporter dan pecinta sepakbola nasional, mari kita beri kesempatan PSSI era Djohar Arifin untuk bekerja dan tentu saja kita harus tetap kritis agar gerbong PSSI tidak melenceng dari relnya.Semoga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun