Mohon tunggu...
Erwin Faza
Erwin Faza Mohon Tunggu... Administrasi - Berkeluarga dengan 5 anak. Bekerja dan tinggal di Perth

Berkeluarga dengan 5 anak. Bekerja dan tinggal di Perth

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muhasabah Qur'aniyyah, Tahaddust bin Ni'mah, Menyebutkan Ni'mat Allah SWT

9 Agustus 2015   07:55 Diperbarui: 9 Agustus 2015   08:26 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Wahai Saudaraku,

Di antara prinsip dalam Islam, adalah menyebutkan ni'mat Allah yang diberikan kepada kita, dan menyembunyikan cobaan , ujian dan musibah yang terjadi kepada kita. Dan bukan sebaliknya. Menyembunyikan keni'matan dan menyebarkan musibah.

Allah SWT berfirman :

Dan terhadap ni'mat Allah maka siarkanlah...” ( Ad Duha : 11 )

Imam Al Qurtubi menyebutkan bahwa ayat ini pada dasarnya untuk Rasulullah. Tetapi hukumnya adalah umum, bagi Rasulullah dan juga bagi selainnya.

 وَالْخِطَابُ لِلنَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَالْحُكْمُ عَامٌّ لَهُ وَلِغَيْرِهِ

Muqotil mengatakan bahwa keni'matan itu adalah umum, mencakup seluruh kebaikan kebaikan.

أَنَّهَا عَامَّةٌ فِي جَمِيعِ الْخَيْرَاتِ

Walaupun ada yang mengatakan bahwa keni'matan yang di maksud adalah Alqur'an. Karena tidak ada keni'matan yang lebih besar daripada Alqur'an. Ada juga yang menyebutkan An Nubuwwah.

 

Maka kita di perintahkan untuk menyiarkan ni'mat yang Allah telah berikan kepada kita. Bukan menyembunyikannya. Kita di suruh untuk menyebarkan kebaikan kebaikan yang kita rasakan, bukan menimbunya sendiri untuk diri kita.

 

Al-Hasan bin Ali r.a mengemukakan pernyataannya tentang hal itu, “Jika engkau mendapatkan kebaikan atau melakukan kebaikan, maka sebutlah dan ceritakanlah di depan saudaramu yang kamu percayai

 

  وَعَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ : إِذَا أَصَبْتَ خَيْرًا ، أَوْ عَمِلْتَ خَيْرًا ، فَحَدِّثْ بِهِ الثِّقَةَ مِنْ إِخْوَانِكَ

 

Kebiasaan seperti ini pernah dilakukan oleh Abu Firas, Abdullah bin Ghalib, seperti yang dituturkan oleh Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya, “Setiap kali aku bangun pagi, aku biasa menyebut amal yang aku lakukan di malam hari; aku sholat sekian, berdzikir sekian, membaca Al-Qur’an sekian dan sebagainya.” Ketika para sahabatnya mempertanyakan yang dilakukan oleh Abu Firas termasuk dalam kategori riya’, dengan tenang ia menjawab, “Allah memerintahkan dalam ayat-Nya untuk menceritakan kenikmatan, sedangkan kalian melarang untuk menyebut kenikmatan?”

 

Dalam sebuah hadist di sebutkan :

وَأَخْرَجَ عَبْدُ اللهِ بْنُ أَحْمَدَ فِي زَوَائِدِ الْمُسْنَدِ وَالْبَيْهَقِيُّ فِي شُعَبِ الْإِيمَانِ وَالْخَطِيبُ فِي الْمُتَّفَقِ بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ : مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ وَالتَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ 

 

Dari An-Nu’man bin Basyir berkata, “Rasulullah saw. berkhutbah di atas mimbar menyampaikan sabdanya: ‘Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit, berarti tidak bisa mensyukuri yang banyak. Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah. Sesungguhnya menyebut-nyebut nikmat Allah adalah bersyukur dan meninggalkannya adalah kufur. Bersatu akan membawa rahmat dan bercerai-berai akan mendatangkan adzab’.” (Musnad Imam Ahmad, no. 17721)

 

Maka, ketika kita bisa menyelesaikan tilawah kita 1 juz dalam suatu hari maka kita sebutkan ni'mat Allah itu kepada saudara saudara kita yang kita percayai. Yang kita tsiqohi. Agar mereka pun bisa mencontoh. Agar menjadi tauladan bagi mereka. Begitu juga dengan ni'mat ni'mat yang lain. Keni'matan dalam menghafal Alqur'an. Keni'matan dan taufiq dari Allah dengan sholat malam. Keni'matan sholat berjama'ah di masjid. Keni'matan dalam berpuasa sunnah. Keni'matan dalam shodaqah. Keni'matan dalam harta. Keni'matan mempunyai kesehatan yang baik. Keni'matan anggota tubuh yang lengkap dan berfungsi dengan baik. Hanya saja, kehati hatian itu tetap harus ada, agar tidak terjerumus ke dalam riya'. Ikhlas itu ada dalam hati. Tetap jaga hati hati kita agar terhindar dari riya.

 

Maka, di antara cara mensyukuri ni'mat yang Allah berikan kepada kita adalah dengan menyebutkan keni'matan itu kepada anggota keluarga kita, sahabat sahabat kita, teman teman yang kita percaya. Tetapi jika khawatir akan riya, di bolehkan untuk tidak menyebut ni'mat ni'mat tersebut dan menyembunyikannya

 

Wahai saudaraku,

Mari kita fokus kepada keni'matan keni'matan yang kita terima, bukan kesulitan kesulitan dan kesusahan kesusahan yang kita alami. Mari kita juga fokus untuk melihat orang yang di bawah kita, bukan yang di atas kita. Maka kita akan merasakan banyaknya ni'mat Allah yang di berikan kepada kita. Mari kita kenali ni'mat ni'mat itu.

 

Di kisahkan ada seseirang yang mengadukan keadaan dirinya yang sangat miskin kepada seorang yang bijak. Dia benar benar menampakkan kegundahan hatinya atas keadaannya itu. Orang bijak bertanya : “ sukakah jika engkau menjadi buta dan engkau mendapatkan sepuluh ribu dirham?”

Tentu saja tidak suka “ jawab orang miskin

Sukakah jika engkau menjadi bisu dan engkau mendapatkan sepuluh ribu dirham? “

tentu saja tidak suka” jawab orang miskin

Sukakah jika engkaumenjadi ornag yang tidak mempunyai kedua tangan dan kedua kaki dan engkau mendapatkan dua puluh ribu dirham ?

Tentu saja tidak suka “

Sukakah jkika engkau menjadi gila dan mendapatkan sepuluh ribu dirham ? “

Tentu saja tidak suka “

Apaka engkau tidak merasa malu mengadu kepada pelindungmu ( Allah ) padahal engkau mempunyai barang yang nilainya sama dengan lima puluh ribu dirham? Tanya orang bijak

 

Wahai Saudaraku,

Allah SWT telah memberikan kepada kita ni'mat yang banyak. Bahkan kita tidak sanggup untuk menghitungnya. Jika kita tidak sanggup untuk menghitungnya, maka kita tidak pula sanggup untuk mensyukuri semua ni'mat Allah.

Dan jika engkau menghitung ni'mat Allah, maka engkau tidak akan sanggup untuk menghitungnya “ ( QS An Nahl : 18 )

Maka kita tidak akan sanggup untuk membalas semua kebaikan kebaikan Allah kepada kita. Membalas semua ni'mat Allah kepada kita. Di kisahkan seorang rahib muslim yang mengisi hari harinya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT selama 500 tahun. Tidak pernah ia bermaksiat. Hingga ketika wafat, Allah SWT berfirman : Masuklah kedalam syurga karena rahmatKu....Rahib itu menjawab, Ya Allah, aku ingin masuk syurga karena amal sholeh ku karena ibadahku,....Maka Allah memerintahkan malaikat untuk menghitung 1 nikmat mata yang dia pakai selama 500 tahun dengan ibadahnya selama 500 tahun, maka ibadah selama 500 tahun itu tidak bisa menandingi kenikmatan sebuah mata yang Allah berikan,.......ya Rabb.....

Maka, yang bisa kita lakukan adalah berusaha untuk menjadi orang orang yang bersyukur. Mensyukuri ni'mat Allah dengan hati , lisan dan anggota tubuh kita. Menyebutkan dan menyiarkan ni'mat dan kebaikan Allah kepada orang lain. InsyaAllah, Allah akan menambah ni'matnya kepada kita.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun