Seharian penuh kedua sahabat itu menjelajahi hutan lebat. Namun tak kunjung menemukan jalan pulang. Mereka sudah jauh tersesat di tempat yang sangat asing. Semua serba aneh.Â
Lihatlah pepohonan itu. Tinggi menjulang bagai bangunan bertingkat di perkotaan. Batangnya sebesar rumah. Dahannya sebesar pintu. Rantingnya sebesar jendela. Daunnya selebar kepala orang dewasa. Sangat aneh. Rumput, lumut dan tumbuhan lainnya juga terlihat berbeda dari biasanya.
Selain terlihat aneh, hutan terasa lebih dingin dan lembab. Konon hutan seperti ini adalah rumah bagi mahluk halus yang bisa berubah bentuk menjadi apa saja. Cerita itulah yang di dapat Kevin dan Dean dari teman mereka.
"Kita istirahat dulu. Aku tak sanggup lagi," ujar Dean dengan nafas tersengal, "lututku rasanya mau pecah," sambungnya dan langsung merebahkan diri di tanah yang lembab. Mereka baru saja menuruni lembah yang dipenuhi kabut. Langit hijau tak nampak. Semua tertutup kabut yang terkadang sering berubah warna.
Kevin iba melihat temannya. Dia lalu duduk disamping Dean dan mengeluarkan botol minuman dari ransel. Airnya tinggal seperempat.
"Minum ini, biar segar."
Dean meneguk minuman sampai habis. Glek. Kevin menelan ludah. Tak ada sisa untuknya. Padahal itu minuman terakhir bagi mereka. Namun Kevin ikhlas asal kekuatan temannya pulih kembali. Lagian minuman itu memang milik Dean. Termasuk ransel yang disandangnya. Dia hanya bantu membawa ransel yang cukup berat itu karena tak tega melihat Dean sudah kecapaian. Mungkin itulah cara Kevin mengucapkan terima kasih atas kebaikan temannya selama ini.
"Apapun yang terjadi, kita tak boleh menyerah, " ujar Kevin kemudian.
Dean mengangguk. Dalam keadaan letih mereka memandang sekeliling. Kabut-kabut tipis beterbangan. Kadang membentuk wajah manusia yang menyeramkan. Kadang berubah seperti seekor hewan yang lucu. Kadang seperti ular-ular yang berkejaran. Saat bertemu kabut itu terpecah menjadi butiran kecil. Melayang sejenak, lalu berjatuhan seperti rintik hujan, lalu menghilang.
Pertama kali melihat keanehan itu mereka sangat takut. Namun kini mereka sudah terbiasa. Tersesat seharian penuh mengajarkan pada mereka untuk mengalahkah rasa takut. Mereka harus tetap bersemangat untuk mencari jalan keluar. Apapun yang terjadi.
Keduanya sendiri tak mengerti kenapa bisa tersesat di hutan yang aneh tersebut. Yang mereka ingat hanyalah air terjun dan pepohonan. Saat itu Kevin  mandi di tepi telaga. Sedangkan Dean ingin memanjat pohon untuk mengambil telur dan anak burung. Namun tiba-tiba hujan turun dengan deras. Dean mengurungkan niat. Di saat yang bersamaan terdengar Kevin berteriak. Tubuhnya terbawa arus yang berubah deras. Dean meloncat ke air untuk menolong rekannya. Namun sia-sia. Keduanya hanyut terbawa arus. Hanya itu yang mereka ingat.