Menurut panitia penyelenggara seperti dikutip media online, wasit terbaik akan diberi penghormatan untuk memimpin babak final kelak. Nominasinya ada 4 orang dan mereka pernah bertugas memimpin pertandingan dalam babak semifinal.
Ada AR Salassa yang menjadi pengadil saat Mitra Kukar membekuk Arema dikandangnya dan Dodi Setiawan Purnama yang memimpin “kegagalan” Arema saat takluk adu pinalti di kandang mereka.
Dari dua nama di atas, saya rasa AR Salassa layak dinominasikan untuk menjadi pengadil di final kelak. Usai memimpin pertandingan di kandang Mitra, nama AR Salassa lumayan harum dibanding Doni. Doni rasanya tidak layak memimpin final dengan alasan kepemimpinannya dipandang berat sebelah saat Mitra Kukar melakukan pertandingan tandang. Saat laga Arema-Mitra digelar, Doni terkesan memihak tuan rumah dengan memberikan pinalti ketika terjadi bodi kontak ringan antara punggawa Mitra Kukar dengan pemain Arema di areal terlarang.
Parahnya lagi Dodi juga menganugerahkan kartu kuning kedua kepada pemain Mitra sehingga tim tamu harus berlaga dengan 9 pemain. Muncul sinisme dari publik bahwa Dodi melakukan itu untuk “memenangkan” Arema setelah usahanya yang pertama dengan menghadiahi pinalti tak membuahkan hasil ketika Mitra Kukar berhasil menyamakan kedudukan. Mengurangi pemain Mitra dianggap cara lain dari pengadil untuk “memenangkan” Arema. Pandangan itu sah-sah saja mengingat Arema wajib memenangkan pertandingan dengan skor 1-0 atau kemenangan lebih dari satu gol terhadap tim tamu.
Dua nama lain yang dinominasikan sebagai wasit terbaik adalah Thoriq Al-Katiri dan Iwan Sukoco. Thoriq memimpin leg pertama saat tuan rumah Pusamania Borneo menghadapi Semen Padang. Sedangkan Iwan Sukoco menjadi pengadil saat Semen Padang bertindak sebagai tuan tumah.
Thoriq rasanya tak layak memimpin babak final. Kepemimpinannya berat sebelah dan cenderung memihak tuan rumah. Dalam beberapa tayangan ulang, kita memang harus geleng-geleng kepala melihat Thoriq memimpin pertandingan. Banyak sekali adegan lumayan keras yang diperagakan oleh pemain Mitra terhadap tim tamu, namun tidak direspon Thoriq dengan mengeluarkan kartu. Yang menyesakkan penonton tak lain ketika Thoriq memberikan hukuman pinalti terhadap sebuah pelanggaran yang sebenarnya dianggap tak terjadi.
Agus Sukoco?
Nah, inilah wasit yang menurut saya sangat pantas dianugerahi sebagai wasit terbaik selain AR Salassa. Saya cenderung memilih Agus karena kepemimpinannya sangat tegas. Terbukti saat Agus memimpin leg kedua yang mempertemukan Tuan rumah Semen Padang melawan PBFC. Tidak seperti kebanyakkan wasit yang cenderung sungkan pada tuan rumah, Agus berani menganulir dua gol Semen Padang yang berbau offside.
Agus juga berani menggelontori pemain tuan rumah dengan aneka kartu. Malah dua pemain Semen Padang termasuk Hendra Bayaw harus keluar lapangan karena dianggap melakukan diving. Saat pemain tuan rumah melakukan protes atas keputusannya, Agus tak segan langsung mengeluarkan kartu kuning.
Menurut saya, Agus memang layak memimpin Partai puncak Turnamen Piala Jenderal Sudirman. Bagaimana menurut anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H