[caption id="attachment_309128" align="aligncenter" width="480" caption="sumber : youtube"][/caption]
Banyak politisi dan pengamat yang mencela tindakan timses Jokowi-JK membuka rekening penggalangan dana kampanye. Ada yang menganggap tidak etis karena Jokowi dan terlebih JK tergolong orang kaya, namun ada juga yang menganggap biasa saja walau sebagian lainnya malah bersikap acuh.
Saya sendiri menganggap upaya yang dilakukan oleh timses Jokowi-JK adalah perkara biasa. Tidak aneh membuka rekening sebagai salah satu bentuk kreatifitas agar lebih dekat dengan pemilih. Perbuatan ini sudah sering dilakukan dalam pemilu diberbagai negara dunia. Terutama di Amerika Serikat sebagai salah satu kiblat demokrasi dunia. Tahun 2012 saja saat akan digelar pemilihan presiden di Amerika Serikat, Obama dari Partai Demokrat dan pesaingnya Mitt Romney dari Republik terlibat penuh dalam penggalangan dana diberbagai negara bagian dengan melibatkan kalangan artis atau pelaku bisnis. Apa yang dilakuan Jokowi-JK tak lain terinspirasi juga dari model kampanye di Amerika Serikat.
Bila ditarik ke dalam, upaya yang dilakukan Jokowi-JK bukan hal baru. PKS sebagai salah satu partai Islam berpengaruh di Indonesia sejak awal telah menerapkan model ini. Hampir semua caleg  di dapil biaya kampanye mereka ditanggulngi oleh semangat berinfaq para simpatisan dan kader.  Tapi itu dulu. Sekarang walau tetap melakukan hal tersebut, sebagian kader PKS mulai banyak yang meninggalkannya. Mereka tak lagi mengandalkan keikhlasan kader, dalam banyak kasus malah banyak caleg PKS yang terlibat politik uang.
Politik uang ini ketahuan setelah mereka (juga caleg partai lain)  kalah dan ingin mengambil kembali apa yang sudah berikan pada konstituen. Memang persentasenya sedikit, tapi sedikitnya mengingatkan kita bahwa upaya penggalangan dana PKS yang kemudian dilakukan juga oleh Jokowi-JK ini sebenarnya cara baru model lama  untuk mendekatkan emosional yang bersangkutan dengan pemilih. Cara ini sedikit lebih bermartabat daripada melibatkan para pengusaha yang terkadang menyembunyikan nilai sumbangan mereka dengan berbagai alasan.
Selain itu, cara ini juga cukup efektif untuk mengukur seberapa  besar dukungan yang diberikan oleh publik terhadap seorang kandidat. Banyaknya mereka yang menyumbang dan besaran sumbangan yang diterima timses dalam periode waktu tertentu akan menjadi indikator lain untuk mengetahui  tingkat keterpilihan atau elektabilitas  seseorang. Itulah yang dilakukan Obama dan kini Jokowi-JK. Lalu letak anehnya di mana? Justeru menurut saya mereka yang memperdebatkannya itu malah manusia aneh.
( Tulisan ini hanya ingin bersikap secara objektif saja. Bukan untuk mendukung kubu tertentu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H