Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Demo FPI Dibayar?

7 Oktober 2014   01:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:08 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau pertanyaan di atas anda tujukan pada saya, maka jawaban saya simpel saja; Ya dan Tidak.

Demo di mana saja identik dengan pengumpulan massa bagi orang yang sefaham. Terserah dari mana datangnya. Boleh dari pusat yang akan di demo, atau massa didatangkan dari luar. Konsekuensinya jika massa datang dari luar, tentu kelompok, ormas atau penggerak demo mesti menyiapkan segala sesuatunya. Kendaraan untuk mengangkut massa, minimal menyiapkan uang minyak, uang rokok atau nasi bungkus.

Tak ada yang gratis. Oksigen saja mesti bayar di rumah sakit. Apalagi darah. Jangan harap rumah sakit memberikan darah gratis pada pasien, walau kebanyakan pendonor ikhlas memberikan darah mereka saban tahun.

Demo identik begitu. Minimal ada uang pengganti bagi massa yang hadir. Cukuplah untuk makan sehari sang pendemo, atau jika punya kemampuan fiannsial lebih, para penggerak dapat membayar uang dapur bagi keluarga pendemo, tergantung banyaknya tanggungan dalam keluarga.

Namun menyoal demo yang dilakukan oleh FPI, dibayar atau tidak itu perlu pembuktian dan pengakuan. Jika dapat dibuktikan siapa penyandang dana demo tersebut, tentu kita boleh menyatakan mereka massa bayaran. Jika hanya berdasar pengakuan, jangan-jangan setiap orang boleh membuat pengakuan yang berbeda. Cilakanya yang mengaku tadi adalah orang yang tidak sefahaman dengan kelompok demo. Jika ini dipandang suatu kebenaran, maka alangkah mudahnya hidup saling tuduh  begitu.

Alangkah rusaknya nama  semua pendemo tadi  jika tiap kali melakukan protes dan terpancing anarkis, mereka langsung dituduh massa bayaran. Buruh bentrok sedikit, langsung dituduh massa nasi bungkus. Mahasiswa turun ke jalan, ribut dengan petugas, langsung divonis mahasiswa bayaran. Jurnalis protes, langsung dituding jurnalis partisan. Istri protes, langsung dicap istri.....Ehem!

Mengenai massa luar yang datang saat demo FPI, sulit bagi kita mereka adalah massa bayaran, kecuali aparat bisa menciduk penyandang dananya. Bagi orang yang merasa demo yang mereka lakukan adalah bagian dari ibadah, maka nasi bungkus dan uang rokok bukan tolok ukurnya.

Persis yang terjadi pada ISIS. Banyak pemuda dari berbagai negara yang berdatangan, karena mereka meyakini bahwa yang diperjuangkan ISIS adalah bagian dari ibadah. Sementara kita meyakini bahwa apa yang diperbuat ISIS tak lebih dari memenuhi syahwat semata. Mereka yang kontra ISIS pasti menuding ISIS didanai oleh Arab Saudi dan penyandang dana Wahabi lainnya, namun bagi mereka yang simpati pada ISIS jelas akan menampik tuduhan tersebut.

Atau contoh lainnya ketika KMP menuduh pilpres penuh dengan kecurangan sistematis, terstruktur dan masif. Bagi mereka pendukung KMP jelas membenarkan anggapan tersebut. Apa yang kontra KMP akan membenarkan juga?

Karenanya tuduhan “dibayar atau tidak” dalam semua persoalan tergantung dari sudut pandang mana seseorang itu melihat. Simpel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun