Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Peluang Menangis U-19 Lebih Kuat daripada Tertawa?

9 Oktober 2014   23:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:41 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan berarti saya tak cinta talenta dalam negri. Bukan berarti saya tak suka produk Indra Sjafri. Tidak anak-anak. Saya pengagum berat U-19 tanpa garansi. Namun memang tidak sefanantik penggemar lainnya yang rela berpanas-panas menyambut kemunculan raut muka . Atau rela merogoh kocek untuk menonton Tour De Nusantara mereka yang hasilnya luar biasa dan penuh dengan kemenangan.

Jelas kecintaan saya terhadap U-19 belum sampai ke sana. Dengan tidak pernah melewatkan penampilan langsung mereka di TV, cukuplah menjadi bukti bahwa saya dan anda respek pada timnas U-19. Kita percaya  mereka  mempunyai prospek cukup cerah ke depan.

Namun jangan lupa. Prospek yang saya maksud barus sebatas domestik. Untuk bersaing dengan pemain berusia sama  dari timnas luar sana, saya rasa U-19 akan sedikit keteteran. Ini bukan pesimis. Sebab fakta sudah membuktikan permainan timnas U-19 tidak mengalami perubahan berarti. Saya lebih suka melihat penampilan mereka dulu saat menjungkalkan Korsel 3-2. Namun setelah itu ada yang beda. Mereka menjadi selebritis dan dipuja-puja. Mau bikin film, menerbitkan buku dan seabrek kisah “mempopulerkan diri”  lainnya. Akibatnya fatal, di lapangan mereka bertindak bak selebritis beneran. Bawa bola nggak mau  berbagi. Disodori  bola malah kelamaan bingung. Pengen lama disorot kamera berlagak main iklan?

Hayolah U-19. Nggak usak sok selebritis. Tunjukan skill yang mumpuni. Jangan terlalu lama mikir dalam bermain. Masa masih muda mainnya mirip pemain senior yang mulai rada pikun? Kejar itu bola walau nafasmu ngos-ngosan. Jangan takut mati dilapangan. Kalau terjadi tetap saja akan dianggap pahlawan. Lihat kiri-kanan sebelum mengoper. Jangan masukan bola ke gawang sendiri. Usahakan bola jangan dipegang kecuali oleh kiper. Jangan juga suka menendang dan menaiki punggung lawan. Ini pertandingan yang membawa nama bangsa, bukan shoting film “Bima Merobohkan Tembok” atau “Arjuna Menunggang Kuda” .

Kalau kemasukan, jangan mendahulukan panik. Ambil itu bola di bawah jaring bukan saling lirik untuk menyalahkan. Gempur itu pertahanan musuh-musuhmu. Jangan seperti orang  kurang gizi yang bermain tanpa semangat. Bukan sedikit uang rakyat yang digelontorkan untuk memanjakan kalian. Dilapangan sifat manja itu jangan dibawa-bawa. Kalau masih bersikap manja, sok nyelebritis, melestarikan sifat bingung, takutnya tangisan anda lebih kencang dari gemuruh tawa penghuni stadion.

Apakah saya terlalu sadis? Tidak, karena kecintaan tak harus dimulai dengan puja-puji berlebihan.

Goollll....!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun