Mohon tunggu...
Erwin Alwazir
Erwin Alwazir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Karyawan Swasta

Rayakan Kata dengan Fiksi, Politik, Humaniora dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manasik Haji & Polsanak TK, Kegiatan Berorientasi Uang?

12 Januari 2015   00:06 Diperbarui: 4 April 2017   17:28 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mungkin sering menyaksikan anak-anak berkumpul ditengah tanah lapang sambil mengenakan pakaian putih-putih. Mereka membentuk lingkaran. Ditengah mereka ada replika Ka’bah. Dibimbing beberepa orang guru, anak-anak ini lalu mengumandangkan kalimat Tahmid dan Tahlil mengagungkan kebesaran Allah. Mirip dengan kegiatan akbar tahunan yang  berlangsung di Masjidil Haram.

Kegiatan yang diberi nama manasik haji memang teramat sering kita saksikan, terutama dilakukan oleh anak-anak TK. Umumnya kegiatan ini dilakukan secara serentak melibatkan beberapa TK dalam suatu kawasan. Kesannya sangat meriah. Tetapi yang perlu dikrtisi, sebenarnya apa manfaat kegiatan manasik ini bagi anak-anak TK yang lugu tadi?  Kenapa ada kecenderungan sekolah TK menjadikan manasik tadi sebagai prioritas? Apa karena kegiatan ini sifatnya massal dan menghasilkan “pemasukan lain” bagi pengelola TK? Untuk pertanyaan terakhir, saya tak berani menjawab kecuali pengelola TK sendiri yang faham tujuannya.

Bagi saya pribadi, kegiatan manasik haji itu memang bagus. Menamankan nilii-nilai keagamaan pada anak sejak dini. Namun kalau boleh memilih, saya lebih suka pengelola TK menghilangkan kegiatan tersebut dan menggantinya dengan kegiatan lain yang lebih terukur. Buat apa melakukan kegiatan yang baik jikalau dikemudian hari hasilnya terputus? Adakah kegiatan manasik haji lanjutan ditingkat sekolah dasar? Tidak ada.

Kegiatan manasik haji di jenjang TK praktis sekedar memberikan kenang-kenangan pada siswa dan orang tua didik.  Ada kebahagiaan dihati orang tua melihat bingkai fhoto si anak mengenakan baju putih-putih, lengkap dengan momen penting saat si anak berkeliiing replika ka’bah bersama teman-teman sebaya. Hanya sebatas itu? Ya, nampaknya hanya sebatas itu saja manfaat kegiatan yang berbiaya mahal ini. Paling manfaat lainnya hanyalah doa semoga orang tua atau si anak benar-benar berada di Ka’bah yang sesungguhnya kelak. Manfaat yang terakhir ini paling masuk akal.

Dibalik secuil manfaat manasik haji ala anak-anak TK tadi, sudah menjadi rahasia umum  orang tua siswa dituntut mengeluarkan sejumlah uang demi suksesnya kegiatan tersebut. Uang konsumsi, transportasi, pakaian seragam, dan tentu harus merogoh kocek tambahan  untuk mengabadikan momen-momen yang dianggap paling spesial bagi anak mereka, selain momen perpisahan tentunya. Tak masalah bagi anak yang berdoku. Namun bagi orang tua yang pas-pasan, kegiatan manasik haji sungguh tidak ada manfaatnya sama sekali. Kegiatan itu semakin menambah beban anggaran ditengah besarnya iuran dan pungutan lain yang umumnya dilakukan pengelola TK. Selain Manasik Haji, pengelola TK juga rutin mengumpulkan anak-anak dilapangan luas dengan melibatkan kepolisian dalam kegiatan bertajuk Polsanak (Polisi Sahabt Anak). Sekali lagi, ini bukan kegiatan murah seperti halnya Manasik haji tadi.

Bagi saya, sebuah kegiatan dipandang baik baik jika dilakukan berkesinambungan. Cuma kalau hanya dilakukan di taman-kanak-kanak saja, seperti Mansik dan Polsanak tadi, kegiatan yang baik tadi menjadi terputus manfaatnya.

Tanya dengan jujur pada anak-anak SMP/SMA yang pernah mengikuti kegiatan manasik haji tersebut, apakah kegiatan yang mereka jalani saat TK dulu memiliki kesan yang sangat mendalam sehingga mampu mengubah perilaku mereka menjadi lebih baik lagi? Jawabannya hanya ‘senyum’.

Maaf, saya bukannya  keberatan  kegiatan manasik haji atau Polsanak tadi dilakukan anak-anak TK. Ukurannya sekali lagi hanya soal manfaat dan kesinambungan. Juga skala prioritas. Alangkah baiknya jika guru-guru di taman kanak-kanak lebih memprioritaskan anak didik mereka belajar bacaan dan gerakan sholat, selain mempelajari huruf dan angka, serta melatih mental mereka dengan menyanyi. Atau secara rutin pengelola TK mengajak anak-anak berdiri dipinggir jalan lalu mengajarkan anak-anak bagaimana menyeberang yang baik agar tak menjadi korban kecelakaan. Saya pikir ini lebih hebat. Tapi adakah TK yang rutin melakukan itu?

Padahal, kegiatan terakhir ini sangat penting. Masih banyak anak TK yang belum faham bagaimana menyeberang jalan dengan baik. Bisa saja beralasan kegiatan itu sering dilakukan si anak dengan orang tuanya. Tetapi bukankah mempelajarinya bersama-sama dengan yang lain dengan bimbingan seorang guru hasilnya lebih beda?

Saran saya, memang sudah saatnya pengelola TK lebih memprioritaskan kegiatan yang terukur, murah dan yang berguna untuk menunjang kemampuan mereka kelak. Kalau soal manasik haji atau Polsanak, rasanya, kalau dipandang memang penting, adakan saja dengan biaya yang terjangkau. Tak usah berlebihan sampai mewajibkan semua orang tua murid  keluar biaya tambahan. Kecuali  TK itu memang tempat menampung anak-anak orang berduit. Bisa jadi, karena kenyataannya biaya sekolah di TK memang lebih mahal dibanding SD hingga SMA. Nggak percaya?

Atau orientasi pengelola TK memang sekedar uang? Wallahu’alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun