KAB. MALANG - Proses pemanenan buah salak harus dikerjakan secara teliti untuk memilih buah mana yang layak panen. Untuk buah salak yang telah matang, biasanya dapat dipetik hanya menggunakan tangan.
Masalahnya adalah ketika buah salak yang hendak dipanen berada di tengah-tengah pohonnya dan tertutup oleh duri-duri, maka proses panen salak menjadi sulit.
Di Desa Sukodono, Kec. Dampit, Kabupaten Malang-Jawa Timur banyak terdapat kebun salak, salah satunya kebun salak milik Bapak Jumadi.
Pak Jumadi, salah seorang petani salak yang juga merupakan ketua kelompok tani salak di Desa Sukodono, selama ini kesulitan memanen salak yang terlanjur di tengah pohon dan tertutup duri.
Ketika itu Pak Jumadi harus merelakan salah satu sisi pohon salak untuk ditebang agar salak dapat diambil tanpa risiko.
Cara tersebut praktis, tapi merugikan petani. Metode tebang salah satu sisi pohon salak berdampak mengurangi pohon salak dewasa.
Penanaman kembali pohon salak sampai dengan dewasa membutuhkan waktu minimal 6 bulan baru bisa dipindahkan ke lapangan, kata Pak Jumadi.
Tim pelaksana pengabdian masyarakat dari Departemen Teknik Mesin Universitas Negeri Malang (UM) yang diketuai oleh Erwin Komara Mindarta, S.Pd, M.Pd menjawab kebutuhan Pak Jumadi.
Bersama anggota kelompok taninya, dengan memberikan solusi Inovasi TTG baju besi untuk panen salak, melalui program pengabdian kemitraan masyarakat internal UM 2022.
Baju besi ini merupakan inovasi TTG yang dikembangkan berdasarkan hasil diskusi pengusul dengan Pak Jumadi pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat tahun sebelumnya.
TTG ini dibuat untuk mengatasi masalah kesulitan proses panen buah salak yang terlanjur berada di tengah-tengah pohonnya dan tertutup oleh duri-duri.
“Topi-nya menarik! Masuk ini, saya aman dari duri pas ambil salak,” ungkap Pak Jumadi saat uji coba fungsi baju besi di kebun salak miliknya.
Pak Jumadi menjelaskan, setelah mengimplementasikan baju besi selama sebulan terakhir, hasilnya adalah baju besi berfungsi dengan baik serta bermanfaat bagi pemakainya.
Baju besi dapat melindungi tubuh dari duri pohon salak, dapat memotong buah salak yang terjepit dengan mudah, dapat memangkas bagian pohon salak yang sudah tidak ada gunanya, dan meningkatkan efisiensi proses panen salak dari 15 pohon menjadi 20-25 pohon dalam sehari.
Dari penjelasan Pak Jumadi, pengusul mengetahui bahwa program pengabdian ini berhasil memberikan solusi dan manfaat.
“Semoga ke depannya dapat diciptakan inovasi TTG lainnya untuk kami kelompok tani ini yang sehari-harinya di kebun, karena memberikan banyak manfaat,” tutup Pak Jumadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H