Mohon tunggu...
Erwin Suryadi
Erwin Suryadi Mohon Tunggu... profesional -

Indonesia for better future

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Enhanced Oil Recovery Sebagai Opsi Meningkatkan Lifting Minyak Indonesia

12 Maret 2015   16:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:45 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Setelah tahun 1995, data SKK Migas tersebut mengatakan bahwa kondisi sumur minyak sudah memasuki posisi decline. Hal ini terbukti dengan semakin menurunnya cadangan minyak, produksi yang terus menurun, makin meningkatnya water cut (90%) dan menyebabkan harga minyak menjadi mahal serta cost recovery menjadi cukup memberatkan keuangan negara.

Dari pemaparan tersebut, memang ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kembali produksi minyak kita, salah satunya dengan cara melakukan upaya eksplorasi lebih giat lagi sehingga dapat ditemukan cadangan-cadangan baru. Kegiatan eksplorasi ini seperti yang telah diuraikan sebelumnya akan menghabiskan waktu, tenaga dan juga biaya yang sangat besar. Berdasarkan temuan-temuan terkini, Indonesia sesungguhnya masih memiliki cadangan minyak dan gas, akan tetapi kebanyakan saat ini berada di laut dalam.

Posisi sumur minyak yang berada di laut dalam (offshore) ini juga menjadi tantangan bagi para KKKS dikarenakan biaya untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi jelas memerlukan biaya yang berkali-kali lipat dibandingkan dengan posisi minyak yang berada di daratan (onshore). Inilah yang membingungkan para kontraktor apalagi saat ini harga minyak dunia sedang dalam posisi yang terpuruk, sehingga dapat dipastikan bahwa investasi mereka sulit dikembalikan.

Cara lain yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan menggiatkan treatment pada sumur-sumur tua yang telah dieksploitasi sejak puluhan tahun. Sumur-sumur tua yang ada di Duri dan Balikpapan merupakan beberapa sumur potensial yang menarik untuk diberikan sentuhan untuk dapat mengeluarkan kandungan minyak yang masih tersisa di sumur tersebut.

Enhanced Oil Recovery

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, sentuhan teknologi pada sumur tua saat ini dikenal dengan sistem enhanced oil recovery (EOR) adalah usaha untuk meningkatkan faktor perolehan munyak bumi yang termasuk dengan kategori Tertiary Recovery. EOR ini dalam definisinya adalah merupakan metode-metode peningkatan perolehan minyak bumi dengan menginjeksikan sumber energi eksternal dan/atau material untuk memperoleh minyak bumi yang tidak dapat diproduksikan secara ekonomis dengan menggunakan metode-metode konvensional.

EOR ini sebaiknya dilakukan pada sumur-sumur yang konfigurasinya berpola, sehingga dapat menurunkan residual oil saturation dan juga mengubah karakteristik batuan dan/atau karakteristik dari fluida reservoar. EOR ini pada kenyataannya dapat dilakukan melalui 4 mekanisme, yaitu dengan menggunakan gas (misal: CO2, Hidrokarbon, dan Nitrogen); thermal (misal: menggunakan metode steam, combustion dan hot water); chemical (misal: menggunakan polymer, alkaline, dan surfactant); metode microbial dan metode seismik.

Pemilihan metode tersebut harus menyesuaikan dengan kondisi reservoir yang ada, sehingga sebelum diputuskan untuk melakukan implementasi, maka sebelumnya harus dilakukan proses penelitian laboratorium yang intensif, studi reservoar dan pengujian. Proses penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengelola faktor-faktor ketidakpastian yang mungkin terjadi di lapangan.  Selain itu, proses penelitian ini juga berfungsi juga untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi pada reservoar tersebut. Secara umum, dari berbagai metode-metode EOR yang ada, apabila berhasil dilaksanakan, maka akan dapat memberikan peningkatan produksi sekitar 3 - 10 % pada masa waktu tertentu.

Penutup

Dari paparan yang ada, dapat terlihat bahwa kondisi sumur di Indonesia sudah memasuki tahapan decline. Hal ini wajar mengingat sumur-sumur tersebut sudah dieksploitasi sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sedangkan secara sifatnya, industri migas ini jelas masuk kategori high cost dan high risk. Inilah yang menyulitkan posisi perusahaan lokal untuk dapat ikut serta dalam mengelola industri hulu migas di Indonesia.

Dalam rangka mengatasi semakin turunnya besaran produksi minyak di Indonesia, maka sudah seharusnya para stakeholder industri hulu migas harus berfikir keras dalam mencari solusi yang signifikan untuk mengurangi tingkat impor minyak yang memberatkan keuangan negara. Pendekatan dari penerapan energi mix sampai dengan menawarkan wilayah-wilayah kerja baru kepada kontraktor merupakan sebuah pilihan jangka panjang yang dapat dipilih mengingat harga minyak dunia yang menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun