Pengetatan itu juga diikuti dihentikannya (moratorium) penempatan PMI sektor rumah tangga ke jumlah negara di Timur Tengah sejak 2015.
Namun demikian minat orang bekerja di luar negeri tetap besar. Karena itu tidak heran jika pada musim pandemic Covid-19 saat ini pun  jumlah peminat bekerja di luar negeri tetap besar.Â
Kini terdapat 88.973 calon PMI Â yang sudah terdaftar di SISKOP2MI yang siap berangkat yang tercatat di Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).Â
Siap berangkat artinya sudah melalui proses tahapan -- tahapan sebagai syarat untuk bekerja di luar negeri, mulai dari registrasi, pelatihan, uji kompetensi , pemeriksaan kesehatan, sudah mempunyai visa kerja.
Namun keberangkatan mereka terkandala karena baru 14 negara yang dapat lampu hijau dari pemerintah untuk bisa disambangi dan sebagian negara lain masih dinyatakan tertutup karena Pandemi Covid-19.
Tahun silam, per Mei 2019 PMI yang ditempatkan sebanyak 29.179 orang dan pada  2020 tidak banyak PMI yang berangkat karena pandemic Covid-19 yaitu pada Mei sebanyak 3.211 orang. Menurut Kepala BP2MI Benny Ramdhani, pada  2019 PMI  menyumbangkan devisa dalam bentuk remittance sebesar Rp159 triliun.
Dari segi ekonomi para PMI menyimpan potensi dan jika mereka diberbadayakan setelah pulang ke tanah air, sungguh dahsyat daya hasilnya bagi bergeraknya roda ekonomi di desa dan daerahnya.
Tidak hanya remittance dalam bentuk uang yang mereka bawa tetapi juga remiten sosial. Hasil kerja PMI di luar ngeri jangan direduksi sebatas ekonomi saja. Pengalaman , pengetahuan dan ketrampilan ( skill) yang mereka peroleh selama bekerja di luar negeri  merupakan remintensi sosial. Â
Remitensi sosial akan menjadi pengungkit percepatan pemulihan ekonomi, khususnya di desa atau daerah asal PMI. Di banyak daerah remitensi sosial tidak saja melahirkan wirauasaha -- wirausaha baru tetapi juga melahirkan pemimpin-pemimin formal maupun informal. Terjadi transfer ekonomi dan sosial politik.
Di beberapa desa yang jadi lumbung asal PMI seperti di Indramayu, Jawa Barat, Desa Randusongo, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur penulis bertemu mantan TKI yang terpilih menjadi kepala desa.Â