Mohon tunggu...
Erwan Saripudin
Erwan Saripudin Mohon Tunggu... Insinyur - Trainer Pertanian

Tertarik dengan isu isu pertanian

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penyerbuk dan Pemencar di Kawasan Ekosistem Leuser

30 Agustus 2016   02:50 Diperbarui: 30 Agustus 2016   03:01 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cara serangga membantu pembuahan tumbuhan sangat unik, dimulai dari ketertarikan serangga pada warna kelopak bunga, kemudian mendekat.  Ketika mendekat bunga mengeluarkan aroma nektar yang disukai serangga yang menyebabkan serangga bergegas lebih dekat lagi.  Ketika serangga menikmati nektar bunga ternyata serbuk sari bunga jantan menempel di badan serangga, serbuk sari itulah yang kemudian dihantarkan oleh serangga pada jebakan atraktan selanjutnya oleh bunga betina, terjadilah polinasi di kepala putik (pembuahan).  Dari mekanisme ini serangga beruntung mendapatkan nektar dan tumbuhan beruntung terjadi pembuahan.  mekanisme ini disebut interaksi antara serangga – tumbuhan.

Serangga yang dominan berlaku sebagai penyerbuk adalah lebah dan kupu kupu.  Lebah tidak dapat dipungkiri lagi peranannya di TNGL, di era on line dewasa ini produk madu gunung lauser dijajakan seperti kacang goreng saking berlimpahnya.  Sedangkan untuk kupu kupu ada tulisan menarik yang khusus membahas kupu kupu dari Julaili Irni (2014), dalam tulisannya mengungkapkan bahwa kupu kupu di Langkat (salah satu wilayah gunung leuser) terdiri dari 38 spesies yang berasal dari 5 famili, berlimpahnya spesies kupu kupu membuktikan tingginya penyerbukan yang dilakukan oleh serangga, diduga keragaman genetik juga tinggi jika diasumsikan setiap kupu kupu bersifat spesifik pada jenis tumbuhan tertentu.

Cara hewan memencar tumbuhan dilakukan dengan mengkonsumsi buah tetumbuhan, kemudian biji yang melekat didalam daging buah dibuang begitu saja pada radius yang cukup jauh dari pohon induknya, namun ada pula biji yang ikut tertelan didalam sistem pencernaan hewan, kebanyakan biji tidak dapat tercerna sehingga keluar bersama kotoran, lokasi jatuhnya biji untuk mekanisme ini dapat lebih jauh dari pohon induknya.

TNGL memiliki 130 jenis mamalia atau 1/32 dari keseluruhan jenis mamalia yang ada didunia atau ¼ dari seluruh jenis mamalia yang ada di Indonesia. Diantaranya yang paling menonjol adalah Mawas/orang-utan sumatera (Pongo pygmaeus abelii), Sarudung/owa (Hylobates lar), Siamang (Hylobates syndactilus syndactilus), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestriana) dan Kedih (Presbytis thomasi). Untuk jenis satwa carnivora seperti Macan dahan (Neofelis nebulosa), Beruang (Helarctos malayanus), Harimau sumatera (Panthera tigris Sumatraensis). Jenis satwa herbivora seperti Gajah (Elephas maximus), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatraensis), Rusa (Cervus unicolor).

Mari kita membayangkan seekor rusa yang habis memakan buah  kemudian dikejar harimau, biji buah yang dimakan rupanya masuk ke dalam pencernaannya, namun berkat kelihaiannya berlari rusa tersebut berhasil lolos dari sergapan.  Sampai di suatu sungai kecil ia hendak minum tetapi keburu kebelet, biji yang ditelannya keluar utuh dan tumbuh ditepian sungai, lalu berkembang dan berbuah lagi.

Menurut Pratiwi (2014), mamalia besar dengan feses kurang lebih 1 kg dapat membawa biji akasaia seberat 7 gram dengan viabilitas (kemampuan tumbuh pada tempat yang ideal) rata-rata sebesar 50%.  Hasil penelitian tersebut menjadi pedoman berfikir bahwa pemencaran biji sangat mungkin dilakukan oleh mamalia besar jauh dari pohon induknya.

Jenis hewan tersebut dapat dikatakan jenis berjalan karena mengandalkan perpindahan sejauh kakinya berjalan, jenis hewan lainnya yang lebih jauh dalam memencar tumbuhan yaitu burung.  Jenis satwa burung di KEL dan TNGL diperkirakan ada sekitar 325 jenis burung atau sepertiga puluh dari jumlah jenis burung yang ada di dunia. Diantaranya yang paling menonjol adalah Rangkong Badak (Buceros rhinoceros).  Burung dapat membawa buah buahan melalui paruhnya ataupun kotorannya dan menjatuhkannya pada tempat yang disukai, atau mengumpulkannya didalam sarang.  Bagi biji hal ini merupakan transportasi yang sangat murah.

Menurut Kinnaird (1998), Rangkong memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem hutan, yaitu sebagai pemburu maupun agen dalam regenerasi hutan. Spesies burung ini memiliki pengaruh nyata dalam pemencaran biji, dan dinamika populasi dari pohon-pohon hutan tropis. Proses pemencaran biji oleh burung rangkong dengan kemampuan membuka dan menelan buah yang besar, serta hasil pengeluaran kotoran yang berisi biji yang tidak hancur membuat spesies ini bertindak sebagai pemencar biji yang ideal. Pemencaran biji oleh burung rangkong cukup jauh bahkan sampai berkilo-kilometer karena kemampuan spesies rangkong yang dapat terbang jauh untuk mencari makanan.

Upaya pemerintah untuk mengembangkan sektor non pertanian di kecamatan kecamatan di kawasan penyangga ekosistem leuser tampaknya terbatas, bahkan dalam kebijaksanaan pembangunan provinsi NAD, dua kabupaten dimana ekosistem leuser berada yaitu kabupaten Aceh Selatan dan Aceh Tenggara diarahkan kepada wilayah pembangunan dan pengembangan pertanian-perkebunan.  Rencana pengembangan ini mengancam keberadaan penyerbuk dan pemencar yang berada didalamnya sehingga tidak dapat berkontribusi dalam menopang penyerbuk dan pemencar dari KEL ke TNGL.

Mengingat pentingnya keberadaan ekosistem dan keanekaragaman hayati, maka sudah seharusnya pemerintah memberikan perlindungan serta payung hukum yang bisa menjamin keberlangsungannya di masa depan. Di Aceh, Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) adalah mata rantai utama bagi lingkungan sekitarnya. Upaya untuk melindunginya harus ditempuh dengan tetap memasukkannya dalam perencanaan ruang, serta tidak menurunkan statusnya karena pertimbangan pragmatis.

Dibalik kokohnya pepohonan di hutan KEL dan TNGL, ada sekawanan bangsa kecil yang bekerja untuk mengatur penggenerasian pepohonan, dari satu generasi ke generasi berikutnya, mereka merawat keberlanjutan karena dengan keberlanjutan pepohonanlah mereka dapat melanjutkan kehidupan, merekalah bangsa serangga yang wara wiri setiap pagi dan sore hari, mengantarkan serbuk bunga jantan kepada kepala putik bunga betina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun