Mohon tunggu...
Ervyana Herawati
Ervyana Herawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Aktif

Dunia adalah ladang untuk akhirat, maka bekerjalah. Sebab engkau pasti memanen apa yang engkau tanam di sini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Prevent The Risk of Stress in Children" Melalui Kegiatan Pembentukan Pola Kreativitas Anak Sekolah Saat Pandemi Covid-19

14 September 2021   13:33 Diperbarui: 14 September 2021   13:39 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MANUKAN KULON, SURABAYA- Sebuah kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Tandes Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan Tandes terdiri dari 6 kelurahan, diantaranya kelurahan Balongsari, Banjar Sugihan, Karang Poh, Manukan Kulon. Manukan Wetan dan Tandes.

KKN Universitas Jember (UNEJ) pada tahun 2021 berlangsung seperti periode sebelumnya. KKN pada tahun ini diadakan secara mandiri dengan lokasi kampung halaman mahasiswi dengan tema KKN “Back To Village”. Mahasiswi melakukan KKN di kelurahan Manukan Kulon Kecamatan Tandes Kota Surabaya. 

KKN “Back To Village” diadakan karena adanya pandemi Covid-19 dengan penderita yang kian naik tiap harinya. Pemerintah juga menginstruksikan warga Indonesia untuk beraktivitas di rumah tak terkecuali sistem pendidikan atau pembelajaran. Sistem pembelajaran dilakukan secara daring (online). 

Pada beberapa bulan ini pemerintah menerapkan sistem PPKM untuk segala aktifitas. Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diadakan Universitas Jember yang bertemakan “Back To Village” membuat mahasiswi melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi di kalangan masyarakat terutama pada kondisi pandemi covid-19 yang terus berlanjut. 

Pembelajaran daring yang mengharuskan anak sekolah untuk belajar dirumah dalam kurun waktu yang lama menyebabkan anak jenuh dan beresiko stress pada anak sekolah. Selain itu dengan banyaknya tugas yang diberikan, anak-anak menjadi semakin tertekan. 

Berdasarkan permasalah tersebut mahasiswi ingin berkontribusi terhadap pola Prevent The Risk Of Stress In Children Melalui Kegiatan Pembentukan Pola Kreativitas Pada Anak Sekolah Saat Pandemi Covid-19.

Gambar 2. Kondisi anak sekolah dalam penggunaan gadget (Dokpri)
Gambar 2. Kondisi anak sekolah dalam penggunaan gadget (Dokpri)
Pada awalnya penggunaan gadget hanya digunakan orang dewasa akan tetapi di zaman modern ini gadget banyak juga digunakan pada anak anak. 

Penggunaan gadget untuk anak usia Sekolah Dasar tersebut bisa berdampak positif maupun negatif yaitu anak dapat mencari materi pembelajaran dengan mudah dan dapat berkomunikasi jarak jauh, selain itu bisa berdampak negatif diantaranya anak lebih sering memainkan gadget daripada bermain dan berinteraksi dengan teman sekitar, sehingga hal ini bisa menyebabkan anak menjadi seorang individualis. 

Menurut survei yang dilakukan di lokasi KKN, mereka menganggap bahwa pembelajaran daring membuat mereka lebih merasa bosan dan stress, sehingga mereka mengatasi akibat tersebut dengan cara bermain gadget.

Dari hasil penelitian yang dilakukan (Kamil, 2016) didapatkan informasi bahwa gadget berpengaruh terhadap anak Sekolah Dasar seperti anak tidak saling berbicara saat berkumpul bersama sehingga menghilangkan kebiasaan yang telah ada. Dalam penelitian (Syifa et al., 2019) ini didapatkan informasi dari 10 murid kelas 5 yang memakai gadget dengan durasi lebih dari 2 jam sehari mengalami perubahan sikap dan perkembangan moral. 

Untuk perubahan sikap adalah anak yang mudah marah, suka membantah orang tua, pengaruhnya ke perkembangan moral anak menjadi malas melakukan aktivitas sehari-hari, dan waktu belajar yang berkurang penyebabnya terlalu sering menonton youtube.

Berdasarkan permasalahan diatas, mahasiswi mempunyai beberapa program kerja dalam melaksanakan KKN yang dilakukan selama 30 hari. Tujuan program kerja tersebut diantaranya menambah pengetahuan, menambah pola kebebasan anak dalam berkreasi seni membuat kerajinan tangan atau handmade, menumbuhkan pola/jiwa kreatif dalam diri anak, menghilangkan kejenuhan anak pada saat pandemi covid-19 yang berfokus pada mencegah adanya resiko stress pada anak sekolah.

 Adapun program kerja yang dirancang diantaranya melakukan sosialisasi program kerja kepada orang tua dari anak sekolah (siswa) dan permohonan perijinan anak mengikuti kegiatan agenda program yang telah disampaikan, edukasi tentang cara penularan covid-19 dan pencegahan covid-19 dengan cuci tangan serta menerapkan etika batuk dan bersin yang benar, peningkatan minat baca anak dengan cara mendongeng bersama melalui alat peraga, menonton film perjuangan para pahlawan dan praktek pertunjukkan peran dari tokoh perjuangan para pahlawan.

Kegiatan KKN ini berlangsung selama 30 hari dengan per minggu nya terdapat laporan yang harus diserahkan pada dosen pembimbing lapangan (DPL). Pada minggu pertama, kegiatan yang dilakukan adalah identifikasi permasalahan dengan menemui perangkat RT dan sasaran KKN. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah menyusun program kerja KKN sesuai dengan masalah yang terjadi di lapangan. Memasuki minggu kedua, mahasiswa mulai menerapkan program kerja yang pertama yaitu sosialisasi protokol kesehatan yang baik dan benar seperti edukasi tentang cara penularan dan pencegahan covid-19 dengan cuci tangan serta menerapkan etika batuk dan bersin yang benar.

Sosialisasi cuci tangan yang baik dan benar memang perlu dilakukan di masyarakat khususnya se-usia anak-anak yang lebih sering mengabaikan tentang protokol kesehatan. Sosialisasi ini juga memberikan edukasi terkait pentingnya mencuci tangan di saat pandemi covid-19. Ketika kegiatan berlangsung sasaran cukup antusias dan memperhatikan dengan baik.

Gambar 3. Praktik Mencuci tangan yang baik dan benar (Dokpri)
Gambar 3. Praktik Mencuci tangan yang baik dan benar (Dokpri)
Selanjutnya, sosialisasi ini juga mengedukasi terkait etika batuk dan bersin yang baik dan benar, sehingga dengan mengajarkan untuk melakukan etika batuk dan bersin yang benar dapat mencegah penularan berbagai penyakit. Etika Batuk dan bersin merupakan tata cara batuk dan bersin yang baik dan benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju sehingga bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain. Tujuan utamanya adalah mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya.

Gambar 4. Praktik etika batuk dan bersin yang baik dan benar (Dokpri)
Gambar 4. Praktik etika batuk dan bersin yang baik dan benar (Dokpri)

Di akhir sosialisasi ini dilakukan evaluasi terkait pemahaman sasaran terhadap etika batuk dan bersin yang baik dan benar. Evaluasi ini menilai sejauh mana sasaran mampu menerapkan materi sosialisasi di minggu pertama ini. 

Gambar 5. Contoh evaluasi  perbedaan etika batuk dan bersin yang benar (kanan) dan salah (kiri) | Dokpri
Gambar 5. Contoh evaluasi  perbedaan etika batuk dan bersin yang benar (kanan) dan salah (kiri) | Dokpri

Pada minggu ketiga dilakukan program kerja yang ketiga yaitu peningkatan minat baca anak dengan cara mendongeng bersama melalui alat peraga. Mendongeng atau aktivitas bercerita merupakan praktik budaya yang alamiah dan sangat baik diberikan sejak anak-anak usia dini. Mendongeng atau bercerita tentang “sesuatu”, bisa dilakukan dengan banyak cara agar dongeng lebih menarik dan hidup, misalnya dengan bantuan alat peraga. Dongeng sebagai media penanaman karakter pada anak usia dini, dapat dilakukan dengan memberikan sebuah cerita yang mengandung pesan-pesan moral, serta kesimpulan akhir dari cerita dongeng yang bisa diterapkan anak usia dini dalam kehidupannya sehari-hari dan mampu menanamkan serta menumbuhkan karakter dalam diri seorang anak. 

Ketika mendengarkan cerita dongengnya, anak-anak terlihat bosan, kemudian setelah mahasiswi menggunakan media pendukung cerita dengan gambar-gambar hewan, semua anak akhirnya memperhatikan dan mendengarkannya. Dongeng tersebut mengandung nilai moral dan karakter tentang tolong menolong, hal tersebut kemudian disampaikan sebagai hasil simpulan dari cerita dongeng yang diambil manfaatnya. Mahasiswi dalam menyampaikan simpulan menggunakan kalimat-kalimat penekanan bersifat mempengaruhi seperti “jadi siapa yang suka menolong orang lain, dia akan mendapatkan banyak teman karena kebaikannya”.

Gambar 6. Praktek mendongeng bersama dengan alat peraga (dokpri)
Gambar 6. Praktek mendongeng bersama dengan alat peraga (dokpri)
Kegiatan dongeng diikuti anak-anak dengan sangat antusias. Melalui metode bercerita anak dapat menangkap pesan moral secara langsung yang dapat membuat anak ingin meniru atau mencontoh karakter yang ada di dalam cerita tersebut. Dengan anak melihat dan mendengarkan cerita menggunakan buku cerita jadi anak dapat berimajinasi dengan cara melihat langsung gambar yang mencontohkan karakter yang baik.

Gambar 7. Sasaran antusias dalam bercerita dengan alat peraga (Dokpri)
Gambar 7. Sasaran antusias dalam bercerita dengan alat peraga (Dokpri)
Pada minggu keempat dilakukan program kerja yang keempat yaitu menonton film perjuangan dan mempraktikkan perjuangan pahlawan dari film yang telah mereka lihat. Setelah menonton film pahlawan, sasaran mencoba untuk mempraktikkan peran tokoh pahlawan yang ada di film tersebut. 

Gambar 8. Sasaran menonton film perjuangan pahlawan (Dokpri)
Gambar 8. Sasaran menonton film perjuangan pahlawan (Dokpri)
Gambar 9. Sasaran mempraktikkan peran tokoh pahlawan (Dokpri)
Gambar 9. Sasaran mempraktikkan peran tokoh pahlawan (Dokpri)

Kemudian, mahasiswi memberikan kuesioner kepada sasaran terkait program kerja yang telah dilakukan selama 30 hari. Tujuannya untuk mengevaluasi keberhasilan dari program kerja yang telah dilaksanakan oleh mahasiswi kepada sasaran. Berdasarkan evaluasi kuesioner yang telah diberikan dapat disimpulkan bahwasanya program kerja yang telah dilakukan oleh sasaran mampu mencegah stres pada anak melalui kegiatan pembentukan pola kreativitas pada anak sekolah saat pandemi covid-19.

Gambar 10. Kuesioner keberhasilan program kerja (Dokpri)
Gambar 10. Kuesioner keberhasilan program kerja (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun