Setelah acara lari di Minggu tanggal 24 September selesai, saya bergegas pergi menuju Ruang Garasi di Jl Gandari Tengah IV. Dengan berbekal google map saya menyusuri jalan Gandaria dan akhirnya bisa menemukan jalan yang tepat walau sempat terlewat karena tidak ada nama Ruang Garasi di luar rumah.
Karena banyak orang di rumah tersebut dengan teman-teman yang saya kenal yang membuat saya yakin itu rumah yang tepat. Saya segera turun dan bergabung untuk memulai acara Visual Art Mini Workshop yang hari ini mengadakan eksperimen seni dengan cara Anthotype dan Cyanotype.
Anthotype adalah pembuatan gambar dengan menggunakan media daun atau tumbuhan yang dibuat dengan menggunakan Teknik fotosintesis di bawah pengaruh cahaya.
Dikutip dari Wikipedia :
Proses ini awalnya ditemukan oleh Mary Somerville yang mempresentasikan penelitiannya kepada Sir John Herschel (yang sering salah dikutip sebagai penemunya) pada tahun 1842. Emulsi dibuat dari kelopak bunga yang dihancurkan atau tanaman, buah, atau sayuran peka cahaya lainnya .Selembar kertas ditutup dengan emulsi, lalu dikeringkan. Beberapa daun, foto transparan positif atau bahan lain ditempatkan di atas kertas; kemudian disinari sinar matahari penuh secara langsung hingga bagian gambar yang tidak tertutup bahan menjadi pucat oleh sinar matahari. Warna asli tetap berada di bagian yang dibayangi tergantung pada pencahayaan. Kertas tetap sensitif terhadap sinar tersebut. Itu tidak bisa diperbaiki.
Beda antara Teknik antotype dan cyanotype adalah pada bahan baku pewarna yang dipakai. Antotype menggunakan pewarna alami sedangkan Cyanotype menggunakan tambahan campuran larutan kimia yaitu potassium ferricyanida dan ferric ammonium citrate. Jadi selama proses mewarnai kertas atau kanvas dengan pewarna dalam proses cyanotype kita harus memakai sarung tangan plastik untuk menghindari terkena percikan dari cairan tersebut. Tangan kita bisa perih.
Mbak Kana dan Mas Ari adalah dua orang mentor yang membantu kami melakukan eksperimen tersebut. Di sebuah meja sudah disiapkan perlengkapan yang diperlukan. Seperti bermacam-macam daun dan cairan pewarna yang menggunakan bahan-bahan alami seperti bubuk kunyit dan kopi, juga daun-daun yang tumbuk sehingga mengeluarkan warna hijau.
Pertama kami menyapukan pewarna di kertas atau kanvas yang telah disediakan dengan menggunakan kuas. Setelah itu kami menyusun daun-daun yang kami pilih di atas kertas atau kanvas yang telah di warnai tersebut. Selanjutnya kertas atau kanvas tersebut di jepitkan di sebuah bingkai bisa berupa dua lembar kaca yang dijepit kuat dan setelah itu bingkai tersebut dijemur di panas matahari selama kurang lebih 2 jam sampai mongering.
Yang menarik di sini adalah kreativitas kami untuk menyusun dedaunan dengan berbagai jenis ditambah dengan bunga-bunga kecil dan rumput-rumputan sehingga hasilnya lebih menarik. Â Karena ini hanya eksperimen jadi kami memakai kertas dan potongan kanvas yang kecil. Jika lain kali akan membuat sendiri dengan ukuran kertas dan kanvas yang besar hasilnya bisa lebih bagus.
Setelah selesai motif daun-daun dan tumbuhan yang kita susun tadi tercetak dengan jelas di kertas dan kanvas tadi. Cantik sekali.
Selama proses eksperimen berlangsung kami menyelinginya dengan makan snack dan minum yang telah disediakan panitia. Bahkan kami juga mendapat makan siang. Proses pengerjaannya juga menyenangkan sekali karena kami semua bersama-sama saling memberi semangat dan membantu foto-foto sebagai bahan untuk tulisan di Kompasiana.
Hasil saya sepertinya kurang keluar sehingga gambar daun yang saya letakkan kurang jelas, hanya tampak samar-samar. Tetapi saya cukup puas sudah melakukan eksperimen bersama teman-teman Kompasiana di Ruang Garasi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H