Jadi ingat pelajaran SD dulu kalau Plered terkenal dengan keramiknya, puluhan tahun kemudian akhirnya baru kesampaian kesini. Hiasan keramik-keramik khas dengan warna merah bata menyambut kami di halaman. Kami segera masuk ke dalam karena cuaca di luar panas sekali. Lumayan deh ngadem sambil melihat koleksi keramik yang beraneka ragam. Bagus-bagus semua dan bentuknya ada yang unik.
Penjelasan mengenai keramik khas Plered diberikan oleh Pak Jujun Junaedi yang merupakan staf disana. Â Beliau mengatakan kalau keramik dari Plered paling kuat dan tahan lama karena kualitasnya yang paling bagus dibandingkan keramik dari Kasongan, Yogyakarta dan Lombok. Bahan tanah liat untuk membentuk gerabah itu merupakan campuran 70% tanah liat dan 30% pasir sehingga tahan sampai diatas 1000 derajat celcius jika dibakar. Hal inilah yang membuat keramik plered tahan lama dan banyak diekspor ke luar negeri kaena tahan terhadap cuaca 4 musim. Karena kualitasnya yang bagus ini membuat proses pembuatannya cukup lama, sampai 15 hari baru selesai dengan proses pembakaran minimal 16 jam dan maksimal 24 jam. Kualitas keramik yang bagus bisa dilihat dari suara dan warnanya. Suara yang nyaring dan warna yang gelap menandakan keramik yang bagus. Terima kasih infonya, pak. Sangat informatif.
Perjalanan dilanjutkan menuju ke daerah perbukitan yaitu menuju ke :
Hidden Valley HillsÂ
Daerah wisata seluas 5 hektar ini dibangun oleh bapak Hendry Chandrawinata. Ketika dibangun pada tahun 2014, ditemukanlah Tugu peninggalan Belanda yang berasal dari tahun 1898. Lokasinya yang tinggi di atas perbukitan membuat sejauh mata memandang terdapat pemandangan indah yang memanjakan mata, dimana kita bisa melihat gunung-gunung disekitar, yaitu Gunung Cupu, Gunung Parang, Gunung Bongkok dan waduk Jatiluhur. Â Terdapat prasasti yang bernama pilar legenda purba disini.