Melihat tebing batunya saja rasanya gimana gitu. Udah mulai deg-degan, tapi karena kita harus makan dulu deg-degannya bisa ditunda.
Base campnya sendiri ditata dengan sangat baik dengan meja dan kursi untuk beristirahat, tempat sholat, dan kamar mandi dengan air bersih yang berlimpah. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya makan siang tersedia dan langsung diserbu oleh para peserta yang kelaparan.Â
Menunya khas Sunda yang raos pisan, nasi putih, lalapan, ayam goreng, teri serta tempe dan tahu goreng serta sambal yang pedas. Menambah semangat kami semua untuk segera mulai memanjat.
Tapi sebelum mulai, kami memakai peralatan memanjat lebih dahulu yang terdiri dari: Seat Harness, yaitu tali yang dipasang melingkari pinggang dan paha sebagai penyangga berat badan, Carabiner yang digunakan untuk mengaitkan tubuh pada kawat baja, Lanyard Arm yaitu tali yang menghubungkan carabiner dengan Energy Absorber yang berfungsi meredam tegangan tali (Lanyard arm) jika kita terjatuh, dan Helm sebagai pelindung kepala kalau ada batu-batu yang jatuh dari atas.
Setelah berdoa dan foto bersama kami mulai perjalanan menuju titik start. Jalan yang dilalui mengingatkan saya akan jalan sewaktu trail run, bawaannya jadi pengen lari aja biar cepet nyampe. Hehe
Akhirnya sampai juga kami di titik start dimana di sini kami sudah mulai melihat tangga-tangga besi yang berjajar ke atas. Saya sudah mulai stress karena deg-degan luar biasa.
Dinding tebing benar-benar tegak lurus!! Dan untuk permulaan memanjat agak susah karena jarak tangga besinya masih berjauhan sehingga dipasang tali sebagai bantuan pijakan
Oh iya, sewaktu berada di titik start ini nyamuknya banyak dan ganas, sehingga autan sangat diperlukan. Karena saya tidak membawa saya meminjam kepada salah satu peserta yang lantas dipanggil miss Autan.
Setelah briefing yang dipimpin oleh kang Ajo, dimana kang Ajo juga akan menjadi pemimpin pendakian, satu persatu dari kami mulai memanjat. Mas Bondan akan menyusul di belakang.
Saya mengambil giliran no 5 dan mulai segera memanjat. Memang agak susah di awal sewaktu kaki masih bertumpu pada tali dan sementara itu tangan harus mengkaitkan carabiner ke besi yang tertancap di tebing atau kawat baja yang berada di jalur pendakian. Karena tangan gemetar hebat saya jadi agak susah membuka cincin carabiner.Â