Saya berkenalan dengan daerah Cilincing saat anak saya diterima di SMA 73 Cilincing. Karena tahun ini sistem penerimaan murid sekolah negeri yang berubah, anak saya akhirnya bisa diterima di sma negeri dengan kuota tambahan dan diterima di SMA ini.
Setelah diterima, saya harus melihat kondisi sekolahnya dahulu dan dengan ditemani mama dan keponakan saya akhirnya berkunjung ke daerah Cilincing.Â
Dari rumah saya di daerah karet, saya masuk ke tol dalam kota dan keluar di pintu tol tanjung priok.Â
Setelah melewati jalan raya yang padat dengan aneka truk gandeng yang besar-besar, saya akhirnya bisa mencapai SMA 73 yang letaknya persis di jalan raya Cakung Cilincing yang ramai sekali dengan aneka truk gandeng dan container.Â
Walaupun berada di daerah yang panas dan gersang, sekolahnya sendiri agak masuk ke dalam dan merupakan gedung sekolah yang teduh dan hijau dengan lapangan yang luas.
Singkat cerita, saya akhirnya harus ke SMA ini lagi untuk mengisi surat pengunduran diri dan kali ini saya ditemani Ira Lathief. Â
Teman saya ini bertempat tinggal di Tanjung Priok dan merupakan tour guide serta pendiri dari usaha travel Wisata Kreatif Jakarta.Â
Rencananya, saya dan Ira akan mendatangi obyek wisata seputar Cilincing. Jarang-jarang kan saya main di daerah ini, jadi sekalinya kesini harus dimaksimalkan.
Setelah urusan di SMA 73 selesai, saya dan Ira segera menuju ke tujuan pertama di daerah Cilincing, RM Seafood Babe. Ini rumah makan yang cukup terkenal akan kelezatan olahan makanan berbahan dasar seafood.Â
Segala macam menu tersedia di sini. Ira yang memesan beberapa menu favorit di sini dan setelah makanan datang kai segera menikmatinya.Â
Maklum hari sudah siang dan kami sudah lapar sekali. Udara di daerah Jakarta Utara yang panas juga menyebabkan kami ingin cepat-cepat bisa ngadem di resto ini.
Setelah perut kenyang barulah saya diantar Ira menyusuri beberapa obyek wisata yang lokasinya tidak terlalu jauh dari resto ini.
Wihara Lalitavistara
Termasuk salah satu wihara tertua di Jakarta yang dibangun sejak abad 11. Awalnya bernama Klenteng Sam Kuan Tai Tie dan ditemukan oleh para pelaut yang berlabuh di pantai dekat Cilincing.Â
Penamaan Lalitavistara juga berdasarkan kitab suci agama Budha. Beberapa patung terdapat di sana dan jika kita masuk ke ruang doanya kita akan mendapatkan suasana yang berbeda.Â
Sayang, saat itu sedang ada renovasi di wihara sehingga sebagian halaman tertutup puing. Di sebelah wihara tampak menara pagoda tempat jenazah yang diperabukan di krematorium Cilincing yang terdapat di sebelah wihara.
Mesjid Al Alam Cilincing
Mesjid Al Alam memang ada dua, yang satu lagi terletak di Marunda dan terkenal dengan nama mesjid Si Pitung. Tetapi dua-duanya dibangun oleh orang dan pada tanggal yang sama, yaitu dibagun oleh Fatahillah pada tanggal 22 Juni 1527.
Walaupun sudah di renovasi, bagian dalam mesjid masih dipertahankan keasliannya. Terdapat sebuah kayu berukir yang bertuliskan "Wasiat Sunan Gunung Jati".
Di bawahnya tertulis dalam aksara hanacaraka dan Latin "Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin" dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia "Aku Tititpkan Masjid dan Fakir Miskin".Â
Pembangunan masjid ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tempat ibadah bagi anggota pasukan gabungan Kesultanan Demak & Kesultanan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah selama penyerbuan ke Sunda Kelapa yang dikuasai Portugis.Â
Sebelum bertolak ke Sunda Kelapa, sesuai perintah Sultan Demak, Fatahillah singgah ke Cirebon untuk menggabungkan pasukannya dengan Pasukan Kesultanan Cirebon, baru kemudian bertolak ke Sunda Kelapa setelah mendapat arahan dari Sunan Gunung Jati.
Saat juga sempat melihat suasana tepi sungai Cilincing di mana terdapat banyak kapal-kapal kayu tetapi karena suasana cukup panas dan waktu kami terbatas jadi tidak sempat melihat sumur tua yang terdapat di mesjid ini. Kabarnya airnya bisa membuat awet muda loh.Â
Dari Cilincing kami segera menuju lokasi selanjutnya yaitu Rumah Si Pitung yang termasuk di dalam 12 Jalur Wisata Pesisir.Â
Rumah Si Pitung ini masuk di dalam Museum Kebaharian Situs Marunda Jakarta.
Rumah Si Pitung ini merupakan contoh dari rumah asli masyarakat betawi yang tinggal di pesisir dan dilihat dari bentuknya yang tinggi seperti rumah suku Bugis.Â
Rumah Si Pitung ini sudah di renovasi beberapa kali tetapi masih memperlihatkan wujud aslinya. Konon rumah ini adalah rumah dari H Saepuddin yang merupakan sahabat karib Si Pitung. Si Pitung melarikan diri dari kejaran tentara Belanda dan bersembunyi di rumah ini.
Seru banget akhirnya bisa berwisata ke lokasi baru yang belum pernah saya datangi.Â
Kendala tempat yang jauh dan daerah yang selalu macet memang menjadi hambatan jika masyarakat ingin berwisata ke sini.
Sebenarnya masih ada obyek wisata lain yang belum saya datangi seperti menikmati sunset di pantai Cilincing atau melihat Pura yang terletak di tepi laut (ini hanya jika ada acara di sana).
Nah, untuk teman-teman yang berminat berwisata ke daerah Cilincing dan Marunda dengan ditemani tour guide supaya bisa sekalian diterangkan mengenai sejarah obyek-obyek wisatanya, bisa hubungi IG @wisatakreatifjakarta ya, langsung follow aja biar bisa mendapat info tur-tur yang tersedia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H