Walaupun sudah di renovasi, bagian dalam mesjid masih dipertahankan keasliannya. Terdapat sebuah kayu berukir yang bertuliskan "Wasiat Sunan Gunung Jati".
Di bawahnya tertulis dalam aksara hanacaraka dan Latin "Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin" dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia "Aku Tititpkan Masjid dan Fakir Miskin".Â
Pembangunan masjid ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tempat ibadah bagi anggota pasukan gabungan Kesultanan Demak & Kesultanan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah selama penyerbuan ke Sunda Kelapa yang dikuasai Portugis.Â
Sebelum bertolak ke Sunda Kelapa, sesuai perintah Sultan Demak, Fatahillah singgah ke Cirebon untuk menggabungkan pasukannya dengan Pasukan Kesultanan Cirebon, baru kemudian bertolak ke Sunda Kelapa setelah mendapat arahan dari Sunan Gunung Jati.
Saat juga sempat melihat suasana tepi sungai Cilincing di mana terdapat banyak kapal-kapal kayu tetapi karena suasana cukup panas dan waktu kami terbatas jadi tidak sempat melihat sumur tua yang terdapat di mesjid ini. Kabarnya airnya bisa membuat awet muda loh.Â
Dari Cilincing kami segera menuju lokasi selanjutnya yaitu Rumah Si Pitung yang termasuk di dalam 12 Jalur Wisata Pesisir.Â
Rumah Si Pitung ini masuk di dalam Museum Kebaharian Situs Marunda Jakarta.