Saat ini perayaan hari Ulang Tahun tetap bisa dilakukan dengan cara yang cukup unik. Seperti yang dilakukan olah KOMIK. Komunitas Film Kompasiana. Bekerja sama dengan Wisata Kreatif Jakarta dan Kinokuniya Indonesia.
Virtual Tur Tapak Tilas Film Indonesia ini dihadirkan juga dalam rangka peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, sehingga lokasi tur diilhami dari 3 film yang bertemakan kemerdekaan.
Ini adalah pengalaman Virtual Tur saya yang ke dua, yang pertama saya ikutan acara Wisata Kreatif Jakarta Virtual Tur ke Roma, Italia. Karena turnya sangat seru, saya jadi tertarik untuk ikutan lagi.
Setelah kata sambutan dari KOMIK dan Kinokuniya, Mbak Ira selaku pemandu wisata segera memulai tur dengan memberikan itinerary tour hari ini.
Diperankan oleh aktor Rendra Bagus Pamungkas, yang menurut teman lama Wage sangat cocok memerankan Wage dalam film tersebut. Mungkin karena sebelum berperan dalam film tersebut, sang Aktor mengunjungi makam WR Supratman di daerah Purworejo dan mendapat bisikan atau restu untuk memerankan almarhum.
Film Wage banyak mengambil lokasi syuting di museum Sumpah Pemuda, Jl Kramat Raya 106. Walaupun aslinya tidak syuting di sana tetapi museum tersebut menjadi latar film Wage tersebut karena rumah di jalan Kramat Raya tersebut menjadi tempat kegiatan pemuda yang sekolah di STOVIA, sekolah kedokteran Hindia Belanda.Â
Banyak tokoh-tokoh pemuda nasionalis yang bersekolah disana. Lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada kongres Pemuda tahun 1928.Â
Sayang, si pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya tersebut wafat sebelum menyaksikan Indonesia merdeka, karena sakit paru-paru yang dideritanya, di tempat kostnya yang sempit sambil memegang kertas partitur lagu.Â
Oh iya, semangat berjuang Wage semakin besar sejak beliau berdiskusi dengan Sukartono yang tidak lain adalah kakak dari RA Kartini.
Museum Sumpah Pemuda sendiri mempunyai banyak koleksi bersejarah, termasuk biola yang dipakai oleh WR Supratman.
Menuju lokasi berikutnya adalah Gedung Pancasila yang menjadi latar film Pantja-Sila : Cita-cita dan Realita. Disutradarai oleh Tino Saroenggalo dan diperankan oleh aktor Tio Pakusadewo sebagai Soekarno. Film ini menceritakan pidato Soekarno pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Gedung Pancasila sendiri pada awalnya adalah rumah kediaman Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda di Hindia Belanda. Bangunan ini bergaya neoklasik dan dikelilingi oleh taman yang luas. Setelah kemerdekaan Indonesia bangunan ini diserahkan kepada kementrian Luar Negeri dan menjadi gedung tempat mendidik calon diplomat.Â
Saat ini, gedung Pancasila  dimanfaatkan untuk upacara-upacara penting Kementerian Luar Negeri dan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan internasional seperti resepsi untuk menghormati kunjungan petinggi-petinggi asing ke Indonesia, penandatanganan perjanjian dengan negara lain dan organisasi internasional, pertemuan bilateral dan resepsi diplomatik dalam rangka menyambut kunjungan para menteri luar negeri negara sahabat serta jamuan makan resmi dan tidak resmi.Â
Gedung Pancasila juga merupakan tempat penyusunan rancangan Piagam Jakarta dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum proklamasi kemerdekaan.
Akhirnya kita sampai ke lokasi terakhir Virtual Tur hari ini yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Tugu Proklamasi yang menjadi lokasi film Soekarno karya Hanung Bramantyo. Film Soekarno yang menuai banyak polemik karena sempat digugat dan menuai kontroversi berbagai pihak.
Menuju ke Tugu Proklamasi dari Gedung Pancasila, kita melalui jalan-jalan yang juga mempunyai banyak sejarah dan terkait dengan Soekarno.Â
Melalui jalan Cikini Raya kita akan melewati bekas kedai es krim Tjanang dimana Soekarno sering membelikan anak-anaknya es krim tersebut yang sangat hits pada jamannya. (Sekarang kedai es krim tersebut sudah pindah ke sebuah kios kecil sedangkan bekas lokasi es krim yang lama menjadi Hotel Cikini).Â
Saat itu anak-anak Soekarno bersekolah di sekolah Perguruan Cikini (Percik) yang terletak tidak jauh dari kedai es krim tersebut. Â (Kebetulan saat ini anak saya baru masuk di SMA Percik, sehingga saat awal memilih sekolah ini saya sudah sempat membaca sejarahnya). Sekolah Percik adalah sekolah unggulan dan menjadi sekolah anak-anak pejabat dan pengusaha saat itu.
Di jalan Cikini Raya juga terdapat bekas rumah Achmad Subarjo, tepatnya di Jl Cikini Raya No 80. Achmad Subarjo adalah menteri luar negeri pertama setelah Indonesia merdeka. Â
Akhirnya sampailah kita di Tugu Proklamasi yang merupakan Tugu Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terletak di Jl Pegangsaan Timur No 56 dan merupakan bekas kediaman Soekarno. Di sinilah Presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sedangkan untuk perumusan naskah proklamasi dilakukan di kediaman Laksamana Maeda yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jl Imam Bonjol. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Tugu Proklmasi.
Gedung tempat museum ini dibangun pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur Eropa. Sebelum menjadi museum gedung ini sempat menjadi gedung yang disewa oleh Kedutaan Inggris dan Perpustakaan Nasional. Di dalam museum ini terdapat ruang-ruang yang menggambarkan suasana saat perumusan naskah proklamasi dan benda-benda peninggalan sejarah saat itu.
Karena saya suka lari, pada hari Minggu saya sempatkan untuk berlari ke museum ini dari rumah. Sampai sini saya hanya foto di halamannya saja karena museum belum buka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H