Mohon tunggu...
Ervita Widyastuti
Ervita Widyastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Vita

Just ordinary woman but friendly and sweet :) http://ervitanw.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Menyepi Sejenak di Baduy Dalam

3 April 2016   18:20 Diperbarui: 4 April 2016   07:40 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yakin kuat jalan kaki? Tempatnya jauh banget lho, mbak. Jalan kaki berjam-jam. Itu adalah tanggapan dari teman saya ketika mengetahui bahwa saya berniat ke Baduy Dalam.
Pokoknya jalannya jauh banget, lo mesti siap-siap. Itu kata temen saya yang lain yang sudah pernah ke Baduy.
Sejak saya berkesempatan berkunjung ke
Suku Kajang di Sulawesi Selatan yang mirip dengan suku Baduy. Saya memang mempunyai niat yang cukup besar untuk berkunjung ke sini. Letaknya juga tidak terlalu jauh dari Jakarta, maksudnya tidak sampai ke pulau lain seperti misalnya jika ke suku Anak Dalam di Jambi.

 Trip ke Baduy yang dinantikan ditawarkan ke saya sewaktu saya ada acara keluar kota. Jadi saya tidak bisa ikut. Okelah, mungkin belum waktunya saya kesana. Tawaran kedua datang lagi, sekitar bulan Agustus kalau tidak salah, untuk keberangkatan pada tgl 7-9 September 2012. Karena pada tanggal itu saya belum ada acara, saya langsung daftar melalui sms. 

Tetapi, karena niat yang belum kuat, membayangkan bakal sengsara di perjalanan, ada saja hal-hal yang hampir membatalkan keberangkatan saya ke Baduy Dalam. Jadi supaya menghindari terlanjur bayar tapi tidak bisa ikut, saya membayar biaya trip tepat di detik-detik terakhir batas waktu pembayaran. Malah pada hari H pun, saya masih berusaha untuk batal dengan mengirim sms kepada Dhyan yang dibalas dengan telpon yang intinya pokoknya saya harus ikut, kalau tidak uang hangus, tidak dapat dikembalikan.

Akhirnya, jam 9 malam saya sudah tiba di meeting point seberang TMP Kalibata dan sambil menunggu peserta lain yang belum datang, panitia membagikan kaos dan sinopsis mengenai suku Baduy. Jadi sambil menunggu bisa baca sinopsisnya sehingga mengetahui garis besar tentang suku Baduy yang akan kita kunjungi tersebut.

Kira-kira pukul 10 malam, seluruh peserta yang berjumlah 42 orang dengan 10 orang panitia berjalan menuju alat transportasi yang akan membawa kami semua ke Cibolegar. Alat transportasi tersebut adalah truk tronton. Hiks... udah kebayang deh bakal sengsara sepanjang perjalanan, tapi karena sudah niat ya apa boleh buat, segala risiko harus ditanggung. 

Termasuk terkena angin malam sepanjang jalan karena saya duduk paling ujung. Untunglah, ada minyak gosok dari Dhyan jadi saya tidak masuk angin. Panitia memakai tronton karena medan menuju Ciboleger yang curam dengan kondisi jalan yang berlubang di sana sini, sehingga kendaraan ini yang paling memadai. Dan lagi dengan biaya 200 ribu per orang memang tidak mungkin memakai transportasi lain. 

Setelah badan terguncang-guncang sepanjang perjalanan di tempat duduk yang keras, kurang lebih jam 3 pagi akhirnya kami sampai di Cibolegar di mana kami meneruskan istirahat di penginapan sederhana yang hanya berupa kamar dengan kasur tipis. Satu kamar beramai-ramai dengan peserta perempun yang lain. Tetapi untunglah saya bisa tidur, cukup untuk menyimpan tenaga persiapan perjalanan jauh pada pagi harinya. 

Sekitar jam 7 pagi kami semua sudah mempersiapkan keberangkatan dengan mandi, makan pagi dan membeli bekal untuk makan siang serta briefing yang berlanjut dengan perkenalan antar peserta. Untuk trip kali ini diorganisir oleh teman-teman dari PETA (Pencinta Tanah Air) dengan dikenakan biaya Rp. 200 ribu per orang, termasuk transportasi, kaos, sinopsis, penginapan, retribusi dan uang kadeudeuh. 

Tetapi tidak termasuk konsumsi, sehingga untuk makan harus menyiapkan sendiri. Untuk makan malam kami patungan membawa indomie, beras dan ikan asin dan akan dimasak di sana oleh penduduk yang rumahnya menjadi tempat menginap kami. Teman-teman dari PETA sudah beberapa kali menyelenggarakan perjalanan ke Baduy Dalam serta sudah berpengalaman dalam tim SAR, sehingga saya optimis perjalanan ini akan berjalan sesuai dengan itinerary yang telah disusun.

Kampung yang termasuk di Baduy Dalam ada 3 yaitu Cibeo, Cikertawarna dan Cikeusik, tetapi kampung yang terbuka untuk menerima orang luar menginap adalah Cibeo. Rute keberangkatan dan pulang berbeda, untuk berangkat kami akan menempuh jalan sepanjang 10 km dengan melewati Dandang Ageng, kampung Keduketer sampai di Baduy Dalam (Cibeo) dengan melewati banyak tanjakan dan turunan diantaranya adalah Tanjakan Penyesalan yang merupakan tanjakan yang paling panjang. 

Saking panjangnya tanjakan itu mungkin banyak yang menyesal ikut trip ini, hihihi..
Sedangkan untuk jalur pulang lebih jauh lagi yaitu sepanjang 14 km tetapi dengan tanjakan yang lebih sedikit melalu : Kampung Cikertawarna, kampung Gajeboh dan Ciboleger. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun