Mohon tunggu...
Ervipi
Ervipi Mohon Tunggu... -

bercerita dengan gambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

PKC # 7 : Di Hari Bahagiamu (Ending)

8 Oktober 2014   02:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:58 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi : moslemjava.blogspot.com

Cerita sebelumnya di sini.

Lalu hari itu datang. Rabu 20 Agustus 2014.
Santi pergi ke kantor dengan perasaan kedua kakinya nggak menyentuh tanah. Pengen rasanya ia terbang ke langit lalu pergi. Atau sekalian, pengen rasanya dihisap udara pagi menjadi kabut lalu lenyap dibakar mentari. Daripada merasakan sakit sepedih ini.

Di kantor, Santi berusaha mengalihkan pikirannya ke pekerjaan, tapi mata indahnya tidak mau lepas dari jam tangannya. Jam 8 tepat. Waktu seperti bergerak melambat. Suara riuh staf-staf seruangannya jadi seperti sayup-sayup di antara kecamuk pikirannya. Santi berusaha konsentrasi pada kertas-kertas desain dan hitungan planning produksi di tangannya. Tapi semua seperti figur-figur background di belakang bayangannya yang sedang memakai jas hitam dan peci, dan di samping Rama duduk seorang wanita berkebaya putih dengan hiasan melati di sanggulnya.

Detik demi detik Santi berusaha bertahan. Sampai akhirnya jarum di jam tangannya menunjukkan pukul 08.30. Detik itu ia sadar bahwa Rama sudah menjadi milik orang lain. Seutuhnya milik orang lain, sah secara agama dan hukum. Mulai detik ini, seujung jari Rama pun Santi sudah sama sekali tak punya hak atas Rama. Bahkan hak untuk sekedar dekat dengan Rama. Perasaan mereka berdua sudah dipisahkan oleh tembok tinggi bernama pernikahannya Rama.

Di hari itu, Santi merasa mati rasa. Sampai saat ini. Hatinya sudah penuh dengan luka, dan tak bisa merasakan hal yang lain lagi. Yang ia rasakan cuma perih dan beku. Dan, semua warna di hidupnya seperti lenyap dan berganti menjadi abu-abu. Semuanya kelabu dan gelap. Ia bahkan tak tahu lagi harus melangkah ke kanan atau ke kiri. Baik ke depan ataupun ke belakang ia merasa tak punya tujuan lagi.

Santi pun sudah nggak tahu lagi, apa perasaannya yang sebenarnya terhadap Mas Faisal. Seluruh perasaannya sudah ia tumpahkan seluruhnya kepada Rama sampai tak ada lagi sisa buat orang lain, bahkan buat Mas Faisal sendiri. Santi sungguh merasa tersesat, dan tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah pada keadaan. Teman-temannya mengingatkan agar ia melupakan Rama. Dan, sebenarnya Santi sudah mencoba, tapi gimana ia bisa melupakan mantan kekasihnya itu jika kenangan-kenangan tentang Rama sudah ikut mengalir di nadi darahnya. Sudah menjadi bagian dari dirinya. Tak ada yang bisa mencabutnya, selain saatnya nanti waktu seluruh memorinya hilang terkubur di bawah tanah bersama jasadnya.

Rama. Siapa kamu itu sampai mampu membuat duniaku jungkir balik seperti ini? Sampai membuatku mengabaikan Mas Faisal yang begitu baik kepadaku? Sampai-sampai aku, Santi, yang selalu jadi gadis baik-baik kesayangan ayah ibuku mau berlutut di bawah pesonamu, merendahkan diriku sendiri menjadi pengganggu tunangan orang lain. Mau menanggung rasa sakit sedalam ini dan tak mampu membencimu.

Seandainya saja, aku punya satu saja alasan untuk membencimu, pasti lebih mudah buatku untuk berusaha melupakanmu, dan pelan-pelan menghilangkan perasaan sakit ini. Tapi kamu itu terlalu indah, terlalu sempurna untuk kubenci.

Sekarang apa yang harus aku lakukan? Bahkan keinginan untuk melupakan kamu pun aku nggak ada. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan hanyalah berusaha untuk bertahan di tengah gelombang perasaan sakit dan rindu yang tak berujung. Entah sampai kapan.

Atau mungkin memang benar apa yang dikatakan teman-temanku, kenapa kamu lebih memilih tunanganmu itu daripada aku. Mereka bilang, karena kulit Santi tak seputih kulit Sinta, tunanganmu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun