Beberapa waktu yang lalu, situasi di kawasan Eropa Timur memanas akibat adanya eskalasi besar-besaran tentara Rusia ke perbatasan antara Rusia dan Ukraina. Eskalasi itu terus berlanjut hingga terjadinya invasi yang dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina. Peristiwa yang menjadi pusat perhatian seluruh dunia itu tentu mendapat berbagai respon dari warganet atau netizen dari berbagai dunia, termasuk netizen Indonesia.Â
Ada netizen yang pro dengan tindakan Rusia tersebut, akan tetapi ada juga yang kontra dengan tindakan negara pimpinan Vladimir Putin itu. Namun yang menjadi pertanyaan, netizen Indonesia lebih condong mendukung siapa, Rusia atau Ukraina?
Dikutip dari VOA Indonesia, platform pemantauan dan analisis big data Evello menjabarkan hasil dari risetnya bahwa sebagian besar netizen Indonesia memang lebih mendukung Rusia dalam konflik Rusia-Ukraina. Dipaparkan lebih jauh bahwa 95% pengguna TikTok di Indonesia dan 73% pengguna Instagram di Indonesia mendukung tindakan Rusia tersebut.Â
Hasil survei Indonesia ini justru berbeda dengan hasil data yang diperoleh Evello secara global dimana sebanyak 43,17% netizen di seluruh dunia yang justru mengecam tindakan Rusia tersebut. Menariknya, di Indonesia sendiri cukup banyak pengguna media sosial yang justru ‘menikmati’ situasi perang yang terjadi di kawasan Eropa Timur ini, yaitu sebanyak 12%.
Data yang didapatkan dari Evello di atas telah menjelaskan berapa banyak orang Indonesia yang mendukung tindakan Rusia terhadap Ukraina. Lantas yang menjadi pertanyaan lanjutan adalah mengapa mayoritas netizen Indonesia justru mendukung aksi negara dengan julukan Beruang Merah tersebut?
Ada beberapa faktor penyebabnya dan faktor-faktor tersebut cukup berkaitan erat dengan sentimen agama. Faktor yang pertama adalah adanya sentimen Anti-Amerika dan Anti-Barat yang kuat di dalam pola pikir politik mayoritas masyarakat Indonesia. Sentimen ini muncul akibat dari adanya kebijakan War on Terror yang dilakukan oleh Amerika Serikat pasca kejadian 9/11.Â
War on Terror adalah sebuah istilah yang muncul untuk menggambarkan kebijakan militer Amerika Serikat terkait peristiwa terorisme yang terjadi di kota New York pada tanggal 11 September 2001 yang merenggut total 2977 korban jiwa.Â
Kebijakan ini dibuat untuk memerangi kelompok-kelompok teroris di seluruh dunia dan negara yang diduga memproduksi senjata pemusnah massal, terutama kelompok Al-Qaeda yang merupakan dalang dari aksi 9/11 tersebut.Â
Meskipun musuh dalam perang ini adalah terorisme, tidak dapat kita pungkiri bahwa mayoritas atau bahkan semua kelompok teroris yang dibasmi oleh AS dapat diidentifikasi dari identitas agamanya yaitu sama-sama beridentitas ekstrimis Islam.Â
Maka dari itu, banyak orang terutama yang beragama Islam menganggap tindakan AS tersebut adalah bentuk Islamophobia dan AS dianggap memusuhi Islam. Hal ini yang membuat masyarakat Indonesia yang mana mayoritas penduduknya beragama Islam lebih anti-Amerika Serikat dan mendukung Rusia.Â
Mayoritas netizen Indonesia pada dasarnya tidak melihat konflik ini sebagai konflik antara Rusia dengan Ukraina, melainkan konflik antara AS dengan Rusia. Menurut mereka siapapun yang berseberangan dengan Amerika Serikat, maka dia yang harus dibela. Dan siapapun yang sejalan dengan AS maka dia harus dilawan.