Zaman sudah sangat berbeda. Waktu saya usia sekolah dasar, bulan Ramadan saya isi dengan berkegiatan di masjid kompleks perumahan. Senang rasanya berkumpul dengan teman sebaya, ngabuburit di masjid sambil mengaji bersama.Â
Masuk usia remaja, saya mulai aktif di kegiatan ekskul ROHIS. Tiap bulan Ramadan, sekolah mengadakan pesantren kilat di daerah Bogor dan sekitarnya. Semua kegiatan rohani itu masih terkenang syahdu dalam memori saya.
Kegiatan ibadah selama bulan Ramadan juga turut dirasakan oleh anak-anak saya. Mereka dengan suka cita menikmati setiap kegiatan yang diadakan dari sekolah. Sampai akhirnya pandemi melanda.Â
Semua kegiatan terhenti, tak terkecuali semaraknya Ramadan yang ikut redup di tahun 2020 lalu. Semua kegiatan dilakukan dari rumah, termasuk ibadah salat berjamaah yang diberlakukan sebagai pencegahan penularan Covid-19. Tahun 2020 sungguh tahun yang penuh kepiluan. Gempita semua hari raya keagamaan sirna seketika.
Di 2021 ini, beberapa masjid sudah mulai membuka tempat untuk ibadah dengan syarat mematuhi protokol kesehatan. Anak-anak mulai diperbolehkan menyenandungkan selawat di masjid.Â
Semoga semangat Ramadan tahun ini lebih bergelora walaupun masih di masa pandemi. Ingin sekali saya mengusulkan ke masjid-masjid untuk membuka kegiatan Ramadan bagi anak-anak usia sekolah dasar dan melibatkan remaja-remaja yang sudah lebih besar.
Saya membayangkan kegiatan bercerita tentang kisah 25 nabi, kisah-kisah dalam Al-Qur'an, dan kisah-kisah pahlawan Islam. Iya, kisah pahlawan islam. Saya ingin anak-anak remajanya membacakan kisah-kisah tentang pahlawan Islam dengan gaya yang seru. Ah, mereka pasti pandai memperagakannya. Toh meniru gerakan di Tiktok saja mereka mahir.Â
Masa membacakan cerita ke adik-adiknya tidak bisa. Setuju, tidak? Membacakan cerita bisa dilakukan menjelang berbuka puasa bersama di masjid. Bukankah fenomena ini memprihatinkan kita semua?Â
Saat ini anak-anak kita lebih hafal lagu K-POP dan artis sinetron dibandingkan dengan nama-nama nabi dan nama-nama pahlawan Islam. Bahkan, ada anak-anak yang bercita-cita menjadi Iron Man atau Batman yang notabene superhero-superhero itu tidak nyata.Â
Bagaimana menyampaikan ke anak-anak kita kalau pahlawan yang nyata itu tidak berada dalam dunia imajinasi? Ya, dengan cara menceritakan tentang pahlawan yang nyata terukir dalam sejarah.Â
Pasti seru sekali jika si kakak yang berusia remaja mengisahkan kembali cerita pahlawan-pahlawan Islam dengan gaya anak-anak.Â
Kisah tentang Muhammad Al-Fatih yang menaklukan musuh-musuh Islam dan kemudian merangkul mereka untuk menjaga keseimbangan toleransi beragama atau kisah Shalahuddin Al Ayyubi menaklukan Jerussalem.Â
Semua kenyataan yang menakjuban tersebut terukir dalam sejarah dunia dan dilakukan oleh pahlawan-pahlawan Islam.
Semoga harapan saya ini bisa terwujud. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan.
(Ed. Haeriah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI