Mohon tunggu...
ervina aurellya
ervina aurellya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca bukan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bocah 7 Tahun

11 Desember 2023   23:53 Diperbarui: 12 Desember 2023   02:52 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu hari saya bersama keluarga saya sedang pergi untuk bersenang-senang kita semua pergi ke wisata sumber maron ,tempatnya ada di Dusun Adi Luwih, Karangsuko, Kec. Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur, kita berangkat bersama-sama mengggunakan dua mobil yang berisikan ayah saya(muhammad), mama saya (nur muqtasidah), saya(aurel), dua adik saya yang perempuan nindya dan yang laki-laki azmi, kemudian ada mas roni, tante syamsyiyah, adek arsyila, mas fuad, mbk. Ika ,mbk.nazwa. Kita semua pergi untuk bersenang-senang karena sedang waktu liburan.

Ketika sudah sampai di tempat wisata kita langsung turun membawa barang-barang yang dibawa kemudian mama sya pergi ke loket untuk membeli tiket untuk kita semua, kemudian kita masuk untuk berenang, makan-makan, mainan ban, dan lain-lain. Kemudian kiata semua ganti baju untuk berenang, setelah puas berenang kita foto dulu di depan tulisan sumber maron, kemudian setelah itu terserah kita ingin melakukan permainan apa, mau makan juga boleh. Kita menghabiskan waktu disana dari kita berangkat pagi sampai sore hari.

Kemudian ketika kita sudah selesai bersenang-senang liburan kita beranjak pulang dari sana dan akan mampir untuk membeli makan sebelum pulang ke rumah. Kita mampir di tempat makan langganan kita biasanya makan bersama keluarga disana tante dan mas roni pergi untuk mememsan makanan untuk kita semua karena kita sudah lelah bermain dan liburan bersama. Makanan sudah datang kita lanjut makan tanpa berbicara karena sunnah rasul mengajarkan kita ketika makan tidak boleh bicara.

 kemudian aku tidak sengaja melihat ada anak kecil yang sedang berjualan tissu di pinggir jalan, kira-kira dia masih berumur 7 tahun an, dia bekerja untuk dirinya dan adeknya yang masih kecil, kurang tau ya orang tuanya pergi kemana, kasihan sekali. Kemudian ayah melihatku melamun dipanggilah aku ,ditanya klenapa aku melamun kemudian aku hanya menunjuk ke arah anak kecil tadi yang liat, kemudian ayah hanya melihatku sambil tersenyum aku tanya kenapa ayah, ayah hanya bilang makanlah nanti ayah critakan sebuah kisah, kemudian aku melanjutkan makan hingga selesai setelah selesai aku pergi cuci tangan dan duduk kembali disamping ayah untuk menunggu ayah selesai makan dan menceritakan apa yang ayah ingin kasih tau terhadapku.

Setelah ayah selkesai makan ayah pergi cuci tangan dan duduk kembali di sampingku ,kemudian ayah memulai menceritakan kisah yang sudah ayah ketahui untuk diberitahukan kepadaku, seperti apakah kisahnya yaaa. Ayo kita simak.....

Pada zaman dahulu di sebuah desa kecil yang terletak di antara perbukitan dan tanaman yang hijau dan subur, hiduplah seorang laki-laki sederhana yang namanya Abdullah. Beliau terkenal  di seluruh warga desa karena rasa syukurnya yang tak pernah goyah , sebuah kualitas yang terpancar dari lubuk hatinya. Abdullah bukan juga  orang kaya apabila dilihat dari pandang materi, namun semangatnya memancarkan kekayaan melalui rasa syukur nikmat sederhana yang allah anugerahkan kepada beliau.

Suatu hari, ketika warna keemasan matahari terbenam menyinari desa dengan cahaya yang  hangat, Abdullah mengumpulkan anak-anak desa tersebut  di bawah pohon beringin tua. Dengan binar mata dan senyuman bagaikan bulan sabit di langit, ia mulai berbagi cerita-crita kisah yang mengandung arti dari hadis mendalam tentang rasa syukur.

Abdullah menceritakan kisah seorang bijak tua yang mengembara di padang pasir, hanya membawa jubah yang sobek-sobek  dan hati yang penuh rasa syukur. Meskipun dalam kondisi yang sulit, orang bijak ini tidak pernah berhenti mengucapkan terima kasih atas berkah yang tak terhitung jumlahnya di sekeliling-sekeliling angin sejuk, naungan pohon palem, dan air pemberi kehidupan dari mata air gurun.

Anak-anak dari Penduduk desa mendengarkan dengan seksama, tertarik oleh kemampuan orang bijak untuk menemukan kegembiraan dalam hal-hal yang tampaknya tidak penting. Beliau mengilustrasikan bagaimana rasa syukur orang bijak melampaui saat-saat berkelimpahan, namun juga menjangkau ke dalam kelangkaan.

Ketika kisah tersebut sudah selesai, Ayah memberikanku  sebuah hadis yang sangat menyentuh hati : "Nabi Muhammad (saw) bersabda, 'Lihatlah mereka yang kurang beruntung dari Anda dan jangan lihat mereka yang lebih beruntung dari Anda. , hendaklah kamu meremehkan nikmat Allah yang dianugerahkan kepadamu.'"

Ayah  menjelaskan, hadis tersebut mengajak kita untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri dan mensyukuri nikmat yang sering mereka anggap remeh. Di kisah tersebut abdullah mendorong penduduk desa untuk menjadi seperti orang bijak dalam cerita tersebut, bersyukur tidak hanya pada saat berkelimpahan tetapi juga pada saat mengalami kelangkaan.

Orang-orang di desa itu mulai berubah. Orang-orang mulai menghargai kegembiraan hidup yang sederhana dan tawa anak-anak, kicau burung, dan hangatnya sinar matahari. Udara di desa dipenuhi dengan perasaan bahagia yang baru dirasakan.

Kisah Abdullah tersebut menjadi secercah cahaya yang membimbing warga desa untuk lebih memahami rasa syukur. Hal tersebut  mengubah cara pandang warga desa tersebut , membina sebuah komunitas yang menghargai nikmat Allah menjadi sebuah gaya hidup.

Maka, disitu aku teringat dengan hadis yang telah ayah kasih kepadaku untuk slkalu bersyukur, tidak papa kita melihat keatas ketika kita senang tetapi ketika kita lagi merasa sedih lihatlah kebawah masih ada banyak dibawah kita, seharusnya kita yang bisa makan bersama dan liburan bersama harus tetap bersyukur meskipun hanya liburan di satu tempat dan pulang , dan merasakan makan bersama keluarga yang lengap dan penuh dengan canda tawa

Bersyukur dikala gundah, dikala sedih, dikala kita down adalah hal yang baik karena itu bisa membuat kitra bangkit untuk lebih baik dan berusaha untuk lebih baik, yang terjadi di hari kemarin jadikan sebuah pelajaran yang penting dalam hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun