Mohon tunggu...
Ervina Pratisya Dewi
Ervina Pratisya Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Ervina Pratisya Dewi

College Student Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Hentikan Tindakan dan Perilaku Cyberbullying Guna Mewujudkan Indonesia yang Maju

21 Mei 2022   12:41 Diperbarui: 21 Mei 2022   20:45 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

         Walaupun begitu, tetapi tetap masih banyak komentar positif dari netizen Indonesia yang lain seperti, "Masyaallah abang ganteng, sholeh senyumnya manis banget" tulis akun @ecin.kura*********. "Aaaaa gemes bngt bang L" tulis akun @lisna********, "Sehat ya Al-Fatih jd anak sholeh Aamiin" tulis akun @enif***, "Masya Allah tabarakallah,,,, lembut wajahnya kayak mamahnya,,,,," tulis akun @husnah_*******, dan masih banyak lagi komentar positif netizen Indonesia lainnya yang jelas tetap lebih banyak dari komentar negatif netizen Indonesia. 

         Kasus di atas sangat memprihatinkan karena yang diserang adalah bayi baru berusia empat bulan yang tidak bersalah, tidak berdosa, dan tidak tahu apa-apa. Mereka tidak memikirkan dampak betapa sakitnya kedua orang tua si anak dan keluarga besarnya. Mereka juga tidak memposisikan diri mereka jika mempunyai anak dan anaknya diejek oleh orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan seperti yang mereka lontarkan pada anak pasangan selebriti Lesty Kejora dan Rizky Billar tersebut. 

        Perlu diketahui bahwa meski tidak meninggalkan luka fisik, dampak yang ditimbulkan akibat cyberbullying itu sangat bahaya dan tidak bisa dipandang sebelah mata. Tentunya dampak itu akan membekas pada diri korban tersebut tidak hanya sebentar melainkan membekas hingga pada periode waktu yang sangat lama bagi korban. Korban akan merasa teraniaya, tidak berdaya, sedih, tidak percaya diri, selalu merasa sendiri, frustasi, dan terasingkan dari lingkungannya. Kasus cyberbullying sedikit banyak telah mempengaruhi kesehatan mental korban. Menurut studi dalam Journal of Medical Internet Research, korban cyberbullying lebih rentan menyakiti dirinya sendiri, bahkan tidak akan segan-segan untuk melakukan aksi bunuh diri.

        Oleh karena itu kita sebagai pengguna media sosial aktif perlu mengetahui dan hati-hati bahwa Pemerintah  telah  mengeluarkan Undang - Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 yang kemudian mengalami perubahan dalam Undang - Undang Nomor 19  Tahun 2016. Dimana dalam UU ITE tersebut terdapat beberapa pasal yang berhubungan dengan penyalahgunaan penyebaran informasi elektronik. Dan jika melanggar, tentunya ada hukuman yang pasti berlaku bagi kita.

        Sudah sangat jelas bahwa semua Agama melarang keras pembullyan dalam bentuk apapun itu. Oleh karena itu, yang dapat menghentikan tindakan pembullyan yang sudah marak terjadi dimanapun ini adalah dari diri kita sendiri. Ubahlah mindset yang menganggap bahwa dengan menindas orang lain, merendahkan orang lain, atau dalam kata lain membully orang lain akan menjadikan diri kita keren, atau akan menjadikan diri kita berkuasa. Karena yang berkuasa disini hanyalah Tuhan. Dan Tuhan sangat melarang tindakan dan perilaku pembullyan. Percayalah bahwa segala perbuatan yang kita lakukan semasa di dunia ini akan dipertanggung jawabkan dan ada balasannya di akhirat nanti. Dan jangan lupakan juga bahwa di dunia ini ada yang dinamakan karma. Karma itu bisa datang kapan saja dan dimana saja. Dalam waktu dekat maupun dalam waktu lambat. Berbuatlah baik untuk mendapatkan karma baik. Dan jika memilih berbuat jahat maka bersiaplah juga untuk mendapatkan karma yang buruk. 

        Lantas, yang dimaksud upaya dalam diri kita sendiri yang dapat menghentikan tindakan pembullyan ini seperti apa?. Maksudnya adalah marilah kita tanamkan pada diri kita sendiri bahwa tidak baik membeda-bedakan dalam berteman, dalam bermitra kerja, dan dalam apapun. Karena manusia itu tidak diciptakan dalam keadaan sempurna. Dan juga selalu diingat dalam hati dan pikiran kita bahwa apapun yang kita perbuat itu Tuhan akan selalu melihatnya. Bukankah berteman dan menjalin sosialisasi tanpa membeda-bedakan itu sangat nyaman dan tentram?.         

        Upaya ini tentunya tidak hanya dilakukan oleh salah satu golongan saja. Melainkan untuk dilakukan oleh seluruh masyarakat di Indonesia dan seluruh masyarakat di dunia ini. Karena, pada dasarnya kita sebagai warga negara Indonesia memiliki pedoman yaitu Pancasila. Lebih tepatnya untuk tindakan pembullyan ini berada pada sila kedua yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab" dimana pada sila kedua itu kita selaku warga negara Indonesia sebaiknya menerapkannya dan mewujudkan sila kedua itu pada kehidupan sehari-hari kita. Mengingat bahwa di negara kita Indonesia ini sangat luas terbentang dari Sabang sampai Merauke, beragam budaya, bahasa, ras, suku, dan agamanya. Tak lupa juga kita memiliki semboyan "Bhineka Tunggal Ika" yang memiliki arti "Berbeda-beda tetapi tetap satu jua". Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita untuk tidak membeda-bedakan seseorang berdasarkan ras, suku, budaya, agama, fisik, warna kulit, status sosial, pendidikan terakhir, dan lain sebagainya. Mari kita bergandengan tangan bersama-sama untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini agar tetap utuh, damai, tentram, dan rukun. Jadikanlah perbedaan sebagai alat pemersatu bangsa, bukan pemecah bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun