Pada sisi lain, anak juga memberikan tanda bahwa mereka sedang jenuh dengan aktivitas kesehariannya, mereka menginginkan rehat (down time). Ini adalah hal pertama yang harus kita fahami. Kebosanan bukanlah hal buruk bagi anak, itu adalah pertanda bahwa anak perlu menciptakan sesuatu sendiri.Â
Biarkan anak-anak mencari dan menemukan sesuatu yang baru untuk dikerjakan dan memenuhi rasa bosan. Artinya, berikan mereka waktu untuk menyelesaikan kebosanannya.Â
Dengan memberikan waktu, mereka akan tahu bahwa kita menghargai mereka. Kebosanan adalah fenomena nyata kehidupan. Biarkan anak-anak mengalaminya, mereka akan tahu bahwa hidup tidak seperti alur rangkaian acara hiburan.
Memahami siklus konflik antara orangtua dan anak mungkin ada penyebabnya. Konflik anak dengan orangtua memang wajar terjadi. Usia, perbedaan visi, hingga gender adalah beberapa hal yang kadang mendasari timbulnya konflik.Â
Hampir semua manusia ingin memiliki keturunan, namun tidak semuanya siap untuk menjadi pengasuh bagi anak-anaknya kelak. Setidaknya kita bisa melihat fenomena keseharian di sekitar kita, tentang "kenakalan" anak-anak dan tekanan orangtua dalam mengasuh anak-anak mereka.Â
Konflik dalam pengasuhan antara orangtua dan anak merupakan hal biasa dalam kehidupan. Ini adalah jejak yang membuktikan dinamika hubungan diantara keduanya. Banyak diantaranya menjadi sebuah titik balik kuatnya hubungan orangtua dan anak, namun tidak sedikit yang menjadi sebaliknya. Anak-anak hampir selalu akan menjadi korban jika terjadi konflik dengan orangtua mereka.Â
Mereka tidak memiliki otoritas untuk membawa keinginan dan emosinya dipahami orangtua mereka, sedangkan orangtua dengan segudang pengetahuan dan pengalamannya memiliki otoritas penuh untuk selalu "menang" dalam konflik.
Pengetahuan dan pengalaman akan menjadi guide bagi orangtua untuk mengekspresikan perasaan tertekan dan frustasi saat berhadapan dengan anak mereka dalam sebuah konflik. Mereka bisa menekan dengan berbagai cara, mulai dengan intimidasi kontak mata, meninggikan suara, memberikan hukuman fisik sampai hukuman mengacuhkan anak-anak mereka.Â
Beberapa orangtua mengaku menyesal sesaat setelah konflik berakhir dengan "kemenangan" mereka. Kemudian mencoba memperbaiki hubungan dengan berbagai hal, mulai menjalin komunikasi yang lebih lembut sampai memberikan hadiah.Â
Sayangnya hanya sedikit dari resolusi tersebut yang benar-benar menyelesaikan masalah. Â Jika konflik adalah api, maka untuk menaklukkannya kita butuh pengetahuan tentang api.Â
Untuk mendapatkan pemahaman yang kaya tentang konflik pengasuhan, kita mulai dari bagaimana orangtua dan anak biasanya memandang, berpikir, merasakan dan kemudian berperilaku sebagai respon dari peristiwa yang penuh tekanan dan situasi penuh masalah. Konflik antara orangtua dan anak terjadi karena perbedaan pandangan, pikiran, perasaan dan respon perilaku antara keduanya. Itulah mengetahui siklus tersebut sangat penting bagi orangtua yang keseharian berhadapan dengan anak, entah itu anak sendiri ataupun siswa di sekolahan.