Penelitian yang berjudul Nilai Edukasi dalam Lirik Tembang Dolanan di Wilayah Gresik Jawa Timur: Kajian Foklore (Penelitian Dasar) berangkat dari kegundahan yang dialami peneliti mengenai kearifan lokal yang kian pudar di kalangan generasi anak-anak saat ini.Â
Usia anak adalah usia emas dalam penanaman moral. Pada usia ini, anak-anak akan belajar hal-hal baru yang nantinya akan berdampak pada karakter. Umumnya, usia anak adalah usia meniru dan mencontoh apa yang orang dewasa lakukan.
Fenomena saat ini, dunia musik mulai menjamak berbagai kalangan yang nyatanya tidak dapat terkendali. Masuknya budaya-budaya yang tidak sesuai dengan usia menjadi salah satu faktor degradasi moral akibat nilai-nilai edukasi yang tidak terkandung dalam lirik yang dinyanyikan. Perhatian itu kini difokuskan pada anak-anak yang banyak menyanyikan lagu-lagu orang dewasa, yang notabenenya bergenre asmara.
Lagu-lagu popular yang marak dinyanyikan oleh orang dewasa juga menjadi perhatian anak. Lingkungan pun turut mempengaruhi perkembangan karakter anak. Ditambah era digital saat ini, gawai sudah menjadi biasa jika dimainkan oleh anak-anak. Mereka dapat mengeksplor banyak sesuai dengan kemauannya. Jika tanpa bimbingan orang tua, anak akan menjadi tidak terkontrol.
Berangkat dari masalah itu, muncullah penelitian yang memfokuskan pada lagu-lagu anak atau yang dahulu disebut dengan tembang dolanan. Tembang dolanan sangat berbeda dengan perkembangan lagu saat ini. nilai-nilai dalam lirik tembang dolanan memiliki karakteristik yang mendidik, lebih sederhana sehingga mudah dipahami dan dihafal, dan pemilihan diksi yang sesuai dengan kapasitas berpikir anak-anak. Ditambah tembang dolanan yang umumnya digunakan sebagai pengiring permainan.Â
Kegiatan yang dilakukan di SD Muhammadiyah 26 Surabaya pada tanggal 28 Februari 2023 merupakan tindak lanjut dari proposal penelitian yang telah lolos di Riset-MU. Kelas 5A dipilih sebagai subjek penelitian dengan jumlah siswa sebanyak 22. Ustadzah Izza sebagai wali kelas 5A menyambut dengan baik kedatangan tim peneliti dari UM Surabaya.
Anak-anak tersebut, yang tinggal di kota, sebagian ada yang mengenal macam-macam tembang hingga ada yang tidak mengenal sama sekali. Tim peneliti mengajak anak-anak untuk memainkan permainan yang diiringi dengan tembang dolanan. Di antaranya ialah tembang dolanan yang berjudul Cublek-Cublek Suweng dan Padhang Bulan. Kedua judul tembang ini diyanyikan bersama lengkap dengan permainnya. Anak-anak yang belum mengenal lagu dan permainan mengikuti dengan antusias dengan teman-teman yang lain.
Sebelum itu, nilai edukasi yang difokuskan pada penelitian ini ialah yang mengacu pada profil pelajar Pancasila di antaranya, nilai-nilai gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif . Ketua peneliti menjelaskan terlebih dahulu materi yang mencakup mengenalkan lirik dan terjemahan kemudian menjelaskan makna yang terkandung dalam tembang dolanan tersebut.
mengajarkan untuk senantiasa berbuat baik, saling bergotong royong dalam kutip hal yang positif, mandiri menghadapi sesuatu secara mandiri sejatinya sejak dini anak-anak harus diajarkan kemandirian, bernalar kritis dan kritis untuk menghadapi dan menyelesaikan sesuatu hal.Â
Setelah memahami materi yang telah diberikan sebagai dasar pengetahuan anak-anak, dilanjutkan dengan permainan dan berdiskusi bersama. Anak-anak dibentuk menjadi tiga kelompok yang masing-masing kelompok terdapat enam siswa.Â
Cara bermain dengan tembang dolanan Cublek-Cublek Suweng yaitu salah satu pemain menjadi meja, pemain lainnya membawa gaco berupa kerikil memutarkannya ke tangan pemain sat uke lainnya dan bernyanyi bersama-sama. Apabila lagunya selesai maka semua pemain harus menggenggam tangan dan pemain yang menjadi meja harus menebak pemain yang membawa kerikil. Setelah bermain, mereka mendiskusikan dan mempresentasikan mengenai profil pelajar Pancasila mana sajakah yang terkandung dalm lirik tembang dolanan.