Mungkin Anda sudah familiar jika mendengar istilah hipertensi, bukan ? Hipertensi atau  tekanan darah  tinggi yaitu satu dari banyak jenis penyakit tidak menular  yang banyak diderita  masyarakat dari usia dewasa hingga lansia. Â
Kasus hipertensi yang  semakin marak dan terus meningkat dari tahun ketahun. World Health Organization (WHO) menyebutkan terjadi peningkatan setiap tahunnya, tahun 1975 terdapat 594 kasus hipertensi dan pada tahun 2015 meningkat hingga 1,13 miliar orang yang menderita hipertensi di dunia.Â
Tidak hanya itu, data dari Rikesdas tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi kasus hipertensi penduduk Indonesia usia 18 tahun keatas sebesar 25,8%. Sementara itu, pada tahun 2018 terjadi peningkatan prevalensi menjadi 34,1%.Â
Dari data tersebut maka hipertensi perlu mendapatkan penanganan yang lebih intensive dari semua pihak agar kasus hipertensi tidak semakin meningkat.
Sebelum membahas faktor resiko penyebab hipertensi, Anda perlu mengetahui apa itu hipertensi. Â Menurut WHO, Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila terjadi peningkatan tekanan darah dimana sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg.Â
Silent killer menjadi sebutan dari hipertensi atau tekanan darah tinggi, karena banyak dari penderitanya sering mengetahui setelah terjadinya komplikasi penyakit tersebut. Sehingga diperlukan pemantauan kadar tekanan darah secara rutin agar tidak terjadi komplikasi bahkan kematian akibat hipertensi.
Anda mungkin bertanya-tanya, apa saja faktor resiko yang dapat menyebabkan hipertensi. Faktor resiko yang pertama yaitu asupan natrium  yang berlebih. Asupan natrium yang kita konsumsi secara berlebih ternyata dapat memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi.Â
Berdasarkan hasil sebuah penelitian menyatakan bahwa natrium sebagai komposisi cairan ekstraseluler memiliki pengaruh sangat penting dalam menjaga keseimbangan asam basa dan cairan tubuh sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah jika dikonsumsi berlebih.Â
Hal tersebut diperkuat dengan sebuah jurnal yang menjelaskan bahwa asupan diet natrium dapat mempengaruhi peningkatan kadar tekanan darah dalam tubuh. Oleh sebab itu, diperlukan pembatasan asupan natrium sebagai pencegahan terjadinya tekanan darah tinggi.
Faktor risiko penyebab hipertensi yang kedua yaitu konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol yang berlebih dapat memicu peningkatan tekanan darah secara signifikan. Berdasarkan kajian yang telah ada membuktikan bahwa konsumsi alkohol dapat menimbulkan resitensi endotelin, peningkatan stimulasi saraf simpatik dan menghambat zat rileksasi pembuluh darah.Â
Hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Sehingga diperlukan pembatasan konsumsi alkohol serta pemberian edukasi mengenai pengaruh alkohol terhadap kadar tekanan darah sebagai upaya pecegahan terjadinya hipertensi.
Kebiasaan merokok menjadi faktor resiko hipertensi yang ketiga. MerIIokok menjadi salah satu kebiasaan para kaum lelaki yang tidak mengenal masa. Namun, kebiasaan tersebut perlu diwaspadai karena dapat memicu peningkatan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Â
Kajian sebuah jurnal mengungkapkan kebiasaan merokok pada laki laki yang berusia 35 hingga 65 tahun dapat menyebabkan terjadinya risiko hipertensi. Hal tersebut dipengaruhi oleh lamanya kebiasaan merokok yang dilakukan.Â
Semakin lama kebiasaan merokok dilakukan maka semakin tinggi risiko yang menyebabkan hipertensi. Bukan hanya itu, jenis rokok yang dihisap juga dapat mempengaruhi terjadiya hipertensi.Â
Rokok filter yang identik memiliki filter yang berguna sebagai penyaring dapat mengurangi nikotin yang terserap dalam tubuh sehingga zat kimia yang terkandung dalam rokok tidak terlalu banyak terserap dalam tubuh dan jumlah nikotin yang terkandung di dalamnya lebih sedikit dibadingkan dengan jenis rokok tanpa filter.Â
Hal tersebut mendorong untuk melakukan program mengurangi kebiasaan merokok bahkan berhenti merokok untuk mengurangi kasus hipertensi dengan pemberian edukasi pada masyarakat.
Faktor risiko penyebab hipertensi yang keempat yaitu tingkat sosial ekonomi. Pada beberapa kejadian, tingkat ekonomi seseorang berbanding lurus dengan kejadian hipertensi. Orang yang memiliki status ekonomi yang yang rendah biasanya memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang dengan status ekonomi berlebih. Hal tersebut dapat disebabkan karena tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan orang tersebut.Â
Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi pola pikir seseorang mengenai pentingnya kesehatan, begitu pula dengan pendapatan yang kurang menyebabkan terbenturnya untuk mengakses kesehatan.Â
Perlunya perhatian khusus pada masyarakat yang memiliki status ekonomi yang kurang sehingga lebih mudah dalam mengakses kesehatan. Selain itu diperlukan edukasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hipertensi.
Faktor resiko hipertensi yang terakhir adalah obesitas. Seseorang  yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan akan cenderung mengalami risiko tekanan darah tinggi.Â
Obesitas dapat diketahui dengan menggunakan indikator rasio pinggang panggul. Rasio pinggang panggul dapat menjadi sarana dalam penilaian klinis dalam menentukan obesitas sentral.Â
Semakin besar rasio pinggang panggul menunjukkan bahwa timbunan lemak semakin banyak, membuat pembuluh darah semakin menyempit  dan menjadi faktor risiko untuk hipertensi.Â
Dari hal tersebut dapat diketahui obesitas memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi, sehingga memerlukan perhatian yang lebih agar kejadian kasus hipertensi tidak semakin bertambah setiap tahunnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H