Berpuluh-puluh tahun lamanya, masyarakat adat hidup dalam kesunyian. Tak diperhatikan, tak diurus negara. Padahal masyarakat adatlah yang menjadi penjaga gawang terakhir ketika hutan dan alam digerus korporasi.
Namun ketika Jokowi menjadi Presiden, kelompok masyarakat adat perlahan diperhatikan. Masuk ke dalam prioritas program Presiden dalam RPJMN juga dalam Nawacita. Hingga kini Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) telah diselenggarakan sebanyak enam kali.
KMAN menegaskan bahwa pemerintah hadir untuk semua eleman masyarakat, tak terkecuali masyarakat adat. Jika selama ini masyarakat adat berjuang sendiri, maka Kemendikbud Ristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan hadir untuk mewujudkan sebuah program layanan advokasi kepercayaan Tuhan YME dan masyarakat adat.
Kemendikbud Ristek bekerja sama dengan Kementerian KLHK, dengan Direktorat Jenderal PSKL dalam waktu dekat akan melakukan kerja sama komitmen yaitu dalam rangka penanganan percepatan penetapan hutan adat.
Penyelenggaraaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI 2022 di Papua menegaskan bahwa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Dilaksanakannya kali ini di Papua menegaskan kebhinekaan kita soal miniatur Indonesia. Bagaimana kebhinekaan itu ditunjukkan dengan Kongres Masyarakat adat ini.
KMAN menegaskan komitmen Presiden Presiden terkait masyarakat adat. Presiden menempatkan masayarakat adat sangat penting untuk diberi perhatian pemenuhan hak-haknya. Sebab itu, masyarakat adat tidak hanya tercantum dalam Nawacita Presiden, tapi juga di RPJMN, program prioritas nasional Presiden.
Masyarakat adat merupakan bagian dari negara ini sebelum kita resmi menjadi sebuah negara yang bernama Indonesia. Jadi ini luar biasa apalagi diselenggarakan di Papua, dan kita melihat bagaimana kebhinekaan itu terpancar kuat di sana.
Kita patut mengungkapkan rasa syukur terhadap kelancaran pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nasional VI dan Festival Danau Sentani. Kesuksesan Kongres Masyarakat Adat, tidak akan tercipta jika tidak melakukan kolaborasi.
Mathius Awoitauw, Bupati Jayapura menyatakan bahwa pelaksanaan KMAN adalah kolaborasi konkrit. Di Papua, masyarakat adat mengekspresikan dirinya bukan saja menyampaikan gagasan, gugatan, masukan kepada pemerintah tetapi juga bekerja sama dengan pemerintah itu sendiri.
Selain itu, acara Kongres Masyarakat Adat mampu mendongrak ekonomi lokal. Saya rasa dengan mengundang atau dengan Festival Danau Sentani ditambah dengan KMAN VI ini banyak orang berkunjung ke Papua, pengunjung ini juga dapat menggerakan ekonomi lokal.
Kita juga patut mengapresiasi kreativitas anak-anak muda Papua. Pemuda-pemudi Papua memiliki bakat terpendam. Hal itu ditunjukkan saat pembukaan Kongres Masyarakat Adat Nasional. Tuhan waktu menciptakan Papua saat sedang tersenyum. Alamnya luar biasa. Mereka di pertunjukan bahwa Papua itu luar biasanya hebatnya.
Mathius Awoitauw, Bupati Jayapura mengatakan bahwa Kongres Adat Nusantara VI ini diselengarakan secara bersamaan dengan tiga agenda lain. Diantaranya; Festival Danau Sentani, kebangkitan adat, dan kongres.
"Kita satukan supaya dapat benar benar tangguh. Supaya mengelolanya dengan bertanggung jawab untuk kehidupannya dan masa depan. Saya pikir ini relevan dengan amanat dari tema yang kita selangarkan dari Kongres ini," jelas Mathius.
Mathius mengungkap terdapat kurang lebih 2.300 yang diharapkan seperti 2.500 orkestra Kongres yang akan mengikuti dari seluruh nusantara. Ada juga peninjau dari luar negeri kemudian dalam negeri. Kemudian ada sejumlah K/L ikut terlibat sebagai narasumber di berbagai sarasehan dan rapat-rapat yang lain nanti.
"Saya pikir ini kolaborasi yang sangat besar, baik yang ada di dalam negeri bersama dengan masyarakat adat, tapi juga perhatian-perhatian dari berbagai Lembaga dari luar negeri," imbuh Mathius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H