Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gara-gara Ketumbar

16 April 2024   11:14 Diperbarui: 16 April 2024   11:19 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang tua sedang menunggu istrinya di bangku selasar rumah sakit. Ada juga anak muda di sampingnya. Bukan anaknya. Anak-anak pak tua semuanya ada di lain kota. Sementara ia dan isterinya di desa.

"Ibu dirawat karena sakit tua, "anak muda di sampingnya ini membuka percakapan.

Pak tua menyimak mendengarkan seraya menerangkan pula isterinya yang punya gejala sakit  jantung.

Di luar dugaan pak tua, anak muda ini memberikan resep herbal untuk alternatif pengobatan penyakit itu dengan racikan ketumbar.

"Lebih bagus yang hitam, " jelasnya sembari menceritakan pengalaman pengobatan ibunya itu di masa sebelumnya.

Pak tua senang mendapat keterangan tersebut. Paling tidak mesti dicoba seraya berharap bisa mengurangi derita isterinya itu. Ia mencatat dengan cermat diingatannya setiap keterangan anak muda ini.

Esoknya ia pun berniat mencari ketumbar hitam di pasar. Tapi baru saja melangkah dari pintu, seorang tamu datang. Karenanya pak tua urungkan untuk pergi, dan sejenak menerima kedatangannya.

Beberapa lama berbincang, dan menyinggung niat pak tua untuk mencari ketumbar hitam, tamu ini terlihat senang. Katanya tidak usah dipikirkan biar ia saja yang membeli langsung dari pasar online. 

Pak tua sangat lapang hatinya atas bantuannya itu, dan menunggu dengan penuh harap kiriman barang tersebut yang hanya dua jam saja bisa ia dapat. 

Selang dua jam diimbangi dengan obrolan ngalor ngidul hingga soal proyek sekolah, seorang kurir tiba ke alamat rumah pak tua. Paket lalu dibayar pula seketika oleh tamu itu kontan.

Pak tua menyambut gembira. Tamu itu kemudian pergi dan berjanji akan datang kembali satu bulan ke depan.

Usai kepergian tamunya yang sudah lama dikenal ini, pak tua langsung ke pasar mencari ketumbar hitam yang sama. Tidak makan waktu lama ketumbar hitam ia dapat dari pasar. Ia pun kembali dan bergegas menggodok ketumbar hitam yang dibelinya tersebut. Setelah jadi ia menuju ke rumah sakit.

Di rumah sakit isterinya diminta untuk meminumnya. Lima hari berturut-turut rupanya ada kemajuan dan akhirnya diperkenankan untuk dirawat di rumah saja.

"Badan sudah enakan sekarang pak, cuma rasanya masih capek saja, " kata isterinya.

Hari berlanjut tanda-tanda kemajuan dirasakan isterinya, dan pak tua yang pensiunan kepala sekolah ini senang bukan kepalang. Saking senangnya ia menjanjikan pada isterinya untuk jalan-jalan ke tempat wisata kenangan dulu ketika awal mulai jadian sebagai pasangan kekasih.
_______
Satu bulan berlalu. Tamu yang pernah memberikan bantuan ketumbar datang kembali. Pak tua menyambut biasa saja sebagai tamu. Bukan urusan yang lain-lain sebab ia seorang pensiunan. 

"Soal proyek sekolah bagaimana, pak? "tanyanya penuh harap.
" Sudah bapak tanyakan pada kenalan. Tapi untuk tahun anggaran sekarang tidak ada, katanya begitu. "

Saat mendengar itu, tamu ini segera pergi, dan tampak kecewa. Bulan berikutnya datang lagi menanyakan hal yang sama dengan jawaban yang sama pula. Bulan ketiga juga demikian.

Saat di bulan ke empat, tamu ini datang meluapkan emosinya. Katanya, isteri bapak sembuh karena ketumbar yang dibelinya. Katanya lagi, proyek sekolah sudah bapak janjikan dan pasti bisa diusahakan. Segala hal diungkapkan sembari marah tidak karuan.

Pak tua yang semula sabar, Lama-lama kesal juga. Ia meninggalkan tamu ini sebentar ke dalam rumah, dan temui kembali tamu itu seraya mengembalikan ketumbar yang dulu dibeli olehnya. Paket itu masih utuh tidak ia buka sama sekali.

"Ini ambil ketumbarnya. Pergi sana. Dasar mandor kepepet! " tegas tapi tenang.
Tamu ini yang disebut mandor pun meninggalkan rumah pak tua kebingungan. Usahanya mendapat informasi proyek sekolah lewat pak tua tidak berjalan mulus.
________
"Untungnya bapak kenal watak orang itu. Jadi ketumbar pemberiannya tidak kita buka, " isterinya memuji.
Lalu dijelaskan pak tua bahwa orang semacam ini biasanya tidak ikhlas memberi, dan selalu menuntut balas. Padahal tidak ada sepakat apapun soal segala proyek yang tamu itu mau. Semua cuma omon-omon saja.

"Mandor itu sejak bapak aktif kerjaannya memang begitu. Selalu pura-pura baik, dan suka memberi tapi ada tujuan. Padahal pemberiannya tidak seberapa. Orang semacam ini seperti benalu saja. "
________
Sementara itu di saat yang sama di kediaman orang yang disebut mandor ini ada keributan. Usut punya usut, cicilan motor terbarunya sudah terlambat empat bulan hingga ditarik kembali tanpa perlawanan.

"Sudah diberi tambahan satu bulan masih saja minta waktu! "tegas seorang muda memaki, entah dari dealer atau leasing seraya menyalakan motor kreditan mandor itu, membawanya pergi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun