Padahal kerja di pabrik yang dilakukannya dulu itu juga atas inisiatifku meminta bantuan koneksi dari rekan kerjaku di kantor, mas Toni. Dan bersyukurnya ia sangat membantu  sehingga yang namanya suamiku ini lantas punya harga diri.
Tapi sekarang suamiku itu sudah tidak berguna lagi. Pengangguran dan mulai payah ongkos yang mesti aku keluarkan setiap harinya.
Hanya karena aku tidak ingin menjanda saja maka ia tetap aku pertahankan sampai sekarang. Â Dan, tentu saja penantianku atas warisan dari orang tuanya yang sedang dihitung untuk dibagikan pada anaknya yang jadi suamiku ini.
Sekarang  hari-hari sangat melelahkan belakangan ini dengan adanya tugas kantor ke daerah yang paling lama dua hari itu.
Aku cuma merasa kasihan saja sekarang ini padanya. Bohong kalau aku benar-benar mencintainya dalam kondisi sekarang. Kalau dia miskin dan tidak punya kemampuan apapun mana mungkin aku mau bertaruh diri.
Jadi pointnya tiada lagi yang namanya cinta. Andai ia tau aku kasihani hidupnya mungkin ia memohon pada Tuhan supaya cintaku saja yang didatangkan seperti saat pertama bertemu. "
Seyan sudahi tulisannya itu, dan menutup buku catatan hariannya. Di Sertai pena ia masukkan semua alat tulis itu ke dalam tasnya.
Ia berpikir ini akan menjadi catatan hariannya yang terakhir di malam pertama di penginapan ini. Selanjutnya untuk esok hidup yang dijalaninya tidak perlu dicatat lagi.Â
Catatan ini akan ia bakar seiring gairah yang ia rasakan malam ini yang ia simpan untuk esok.
_________
Dari balkon kamar penginapan di lantai lima di malam kedua dinas ke luar kotanya itu, Seyan lihat bintang bertaburan.
Bulan juga memancar membagi cahaya pada apa yang ia lihat. Serta sejauh mata memandang semua tampak megah dan terang. Ia lihat pula pepohonan, maupun taman di seberang jalan yang dipenuhi warna warni cahaya.