Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi dan Percikan Api

30 Desember 2023   20:20 Diperbarui: 30 Desember 2023   20:21 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kembang api deras meluncur ke langit berbintang
Dari alun-alun sebuah kota yang lapang
Semua mata tertuju menaruh harap
Percikan apinya agar menyebar  taksekejap

Malam itu indah cahaya sangat gemerlap
Melenakan pandangan mata untuk tetap  menatap

Dari dalam  kedai kopi
Seorang ibu justru keluar dan menepi
Mencari sisa-sisa nyala percikan yang jatuh ke bumi

Ia pun merenung diri
Tahun berganti di malam ini
 ia tuangkan satu baris kalimat puisi
"Jangan lupa ngopi saat datang waktu pagi di kedai ini."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun